Manusia Oh Manusia

2 0 0
                                    


Dor !!! Dor !!! Dor !!! Suara tembakan berkali-kali terdengar. Kulihat orang-orang tewas seketika di pinggiran jalan. Darah dan otak mereka berceceran disana. Warga yang menyaksikan kejadian itu takut dan tak ingin keluar dari rumah atau toko mereka. Yang ada hanya seorang wanita biasa, memegang pistol revolver untuk membunuh orang-orang yang berada disekitarnya. Hingga polisi dan tentara datang. Mereka mati sia-sia tanpa melakukan perlawan terlebih dahulu. Wah, wanita ini hebat juga ya ? menembak para polisi dan tentara dengan satu pistol kecil saja. Helikopter yang membantu melalui udara pun kewalahan melawan wanita ini. Dia hanya berjalan kecil biasa saja. Membunuh mereka tanpa ampun. Mungkin dia menggunakan cheat peluru dan nyawa tak terbatas seperti di game GTA.

Tak ada seorang pun yang berani mendekatinya. Walaupun dia hanya wanita yang tak ada bedanya dengan wanita lainnya. Tapi dia terlalu brutal untuk urusan keji seperti ini. Bahkan para pimpinan kepolisian dan tentara pun turun tangan mendekatinya dengan cara yang halus. Tapi itu tak mudah, wanita itu akan megancam memberi teror yang lebih jika nusa dan bangsa di negara ini tak mau berubah.

"Bro, lu saja yang coba berbicara dengan wanita itu. Siapa tau lu bisa merubahnya." Kata kawan yang berada disebelahku.

"Ya sudahlah. Kalaupun aku tewas, itu sudah kehendak takdir yang maha kuasa." Kataku yang keluar dari kosan dan berjalan santai menuju wanita berpistol itu.

"Kau mau mati juga ternyata ya ?." Tanya wanita itu dengan santai menenteng pistolnya kearah ku.

"Aku Cuma menanyakan satu hal padamu." Jawabku kepadanya dengan santai pula.

"Tanya tentang apa ?." Tanyanya menurunkan senjata itu. Nampaknya Aku mulai bisa bernegoisasi.

"Kenapa kau membunuh mereka semua ? Tanpa ada yang tersisa sekalipun ?." Tanyaku duduk santai di bangku pinggiran jalan.

"Kau bertanya tentang itu ? Haha. Kau tau ? Manusia saat ini sudah rusak. Mereka sudah tak bisa menghargai alam, tak bisa menghargai manusia lainnya. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri, memikirkan perut yang kosong itu. Mereka tak mampu berbuat lebih untuk kebaikan. Nyata-nyatanya saat mereka mengeluarkan jargon bersatu sesama manusia, itu hanyalah bualan semata. Tak ada tuh aksi nyata dari diri mereka sendiri. Pembodohan, kembali kemasa penjajahan, bukan, kembali kemasa jahiliah, dimana benda mati dipuja-puja bak para dewa yang mendatangkan keberkahan. Haha, lucunya zaman ini. zaman dimana bukan modernisasi yang dibutuhkan, tetapi sebuah sistem dimana orang orang fasik melakukan secara terorganisir. Ada lagi yang kau pertanyakan sejauh ini ?." Jawabnya yang melempar kembali pertanyaan kepadaku.

"Sepertinya kau sangat menarik ya. Dari segi pemikiranmu yang mengkritisi umat manusia. Jika kau mengkritisi manusia seperti itu, berarti kau mengkritisi diri sendiri ?." Tanyaku kembali dengan tenang.

"Haha. Aku bahkan tidak tahu kalau aku ini adalah manusia. Yang ku tahu hanyalah, Aku tinggal di dunia ini untuk mengatakan sebenarnya. Dan menghapuskan sistem tersebut dari generasi penerus dunia ini. Coba hirup udara ini. Penuh dengan polusi. Asap rokok masih saja bebas dijalanan. Mereka terus memproduksi zat zat nikotin yang berbahaya bagi non pengguna. Tren dikalangan mereka adalah menggunakan masker anti asap yang membuat mereka tidak menghirup polusi rusak itu. Para aktivis lingkungan pun berubah menjadi teroris yang mengancam keselamatan dunia. Mereka bertindak radikal lebih dari kelompok teroris yang selalu di propagandakan oleh negara adikuasa. Manusia telah merusak sistem tatanan global yang sebenarnya. Sistem itu melenceng dari jalan kebenaran, hanya demi harta, kekuasaan, dan kenikmatan. Ada lagi yang kau tanyakan sebelum ajal menjemputmu ?." Tanya wanita itu kembali menyodorkan pistol revolver kearahku.

"Haha. Kau selalu saja menyebut mati, mati, dan mati. Memangnya kau ini tuhan ? Atau kau hanyalah malaikat pencabut nyawa ?." Kataku bertanya sambil tertawa kecil.

"Aku kan sudah bilang, Aku ini tak tau siapa sebenarnya. Jadi kalau kau anggap aku ini tuhan, Kau pasti sudah menyembahku. Bukankah manusia seperti itu ? Menyembah sesuatu yang melebihi diri mereka. Yah, manusia hanyalah sekumpulan makhluk hidup bodoh yang hanya menumpang berak di bumi ini." Katanya yang kuhentikan sejenak.

"Kau pikir manusia hanyalah sekumpulan makhluk bodoh dan Cuma numpang berak saja ? Kalau begitu, kau apa ? Bukankah kau juga menumpang berak di bumi ini ?." Tanyaku kembali.

"Bahkan sejak aku terlahir didunia ini, Aku tak tau rasanya berak itu apa, dan rasanya menjadi bodoh itu apa." Jawabnya.

"Lalu, Aku menanyakan sesuatu lagi padamu. Apakah kau terlahir didunia ini tanpa orang tua ? Apakah kau hidup didunia ini sebatang kara ? Apakah kau..." Belum aku melanjutan, dia langsung menjawab.

"Aku, hanya sendiri. Aku tak ada yang menemani. Aku tak ada orang untuk dicintai. Tak ada orang untuk disayangi. Jadi, buat apa aku hidup didunia seperti ini ? Jika semua menghindariku karena aku hanyalah pembunuh yang kejam." Katanya menurunkan revolver itu.

"Hanyalah ? Kau bukan lagi hanyalah, tetapi kau sudah menjadi teror di dunia ini !!!." Kataku berdiri menghadap wanita itu dengan sorotan yang tajam.

"Menurutmu, aku ini teroris ? Lalu, Kau anggap mereka yang bersenjata dan selalu berkata Kami akan melindungi rakyat itu apa ? Lalu Kau anggap mereka yang berdasi dan merampas uang rakyat secara sempurna tanpa ada yang mengetahui hingga mereka kaya dan menyembunyikan uang rakyat dibalik kekayaannya itu apa ?." Tanyanya kepadaku yang tiba tiba diam sejenak.

"Kau ada benarnya. Mereka yang kau sebut itu hanyalah sebagian kecil dari teroris-teroris keji didunia. Menurutku, mereka yang berbasis radikal untuk mencapai kemenangan bukanlah teroris sesungguhnya. Teroris sesungguhnya itu adalah pusat dari orang-orang yang kau katakan. Sayangnya, dunia ini sudah dipenuhi pikiran kotor, itulah yang mengubah mindset sebenarnya dalam diri mereka. Mencuci otak manusia lebih mudah daripada mencuci pakaian yang bertumpuk." Kataku yang membuat wanita ini tersenyum.

"Sepertinya, kau sependapat denganku. Aku rasa, kau adalah orang yang melebihi ku. Sebenarnya kau ini siapa ?." Tanyanya dengan nada penasaran.

"Aku ini hanya seorang mahasiswa yang menumpang lewat dan..." Tiba-tiba aku menghilang dari hadapannya.

"Dan aku hanya mengambil revolver ini untuk barang bukti jalan kesucianmu telah sirna." Kataku langsung merampas senjatanya dan memegang kuat kedua tangannya kebelakang.

"Haha. Kau hebat juga ya ? Bisa meringkusku dengan mudah. Bahkan mereka yang aku bunuh saja main keroyokan, masih gagal. Haha." Katanya tertawa terbahak-bahak. Dan aku langsung menyerahkan wanita ini pada yang berwajib. Nampaknya mereka masih belum bisa mewajibkan diri untuk menjaga seluruh umat manusia.

Penerka ResahDonde viven las historias. Descúbrelo ahora