12. Jawaban

909 127 0
                                    


☆☆
(Namakamu) menghampiri Iqbaal yang sedang berada di kantin bersama Kiki dan Bastian.

"Iqbaal," ucapnya memanggil.

"Tuh, bebeb lo datang," bisik Bastian sembari menahan tawa. Iqbaal menatapnya tajam.
Dengan segera, Iqbaal mengubah mimik wajahnya menjadi seceria mungkin. Ia berbalik.

"Ada apa (Nam)?" Tanyanya.

"Aku mau bicara sama kamu, berdua!"

Iqbaal mengangguk.

"Oke."

Iqbaal mengekori (Namakamu) sampai mereka duduk di bangku taman.

"Aku mau jawab pertanyaan kamu, sekarang!" Kata (Namakamu) malu-malu.

Iqbaal tak menjawab, membiarkan (Namakamu) melanjutkan perkataanya.

"Aku mau terima kamu jadi pacar aku.
Aku mau kamu bisa melindungi aku dan bahagiain aku."

Reflek, Iqbaal memeluk (Namakamu) ketika melihat Aldi yang berjalan mendekatinya dengan raut wajah yang terlihat kecewa.

"(Namakamu), pulang sekolah nanti aku mau ajak kamu ketemu sama seseorang," ucap Aldi dengan datar.
(Namakamu) menatap Iqbaal.

"Mau lo bawa kemana cewek gue," sahut Iqbaal dengan nada tidak santainya.

Aldi tampak menahan amarah.
"Ketemu seseorang yang lebih penting dari pada lo," balas Aldi.

"Oke, aku mau. Tapi sebentar saja ya."

Aldi mengangguk.

"Eum.. aku duluan ya, mau ke toilet," ucap (Namakamu) yang di balas anggukan oleh keduanya.

Ketika Iqbaal akan melangkahkan kaki dari tempat itu, Aldi menahannya.

"Lo sudah berhasil dapatin cintanya (Namakamu).
Dan gue berharap lo bisa jaga dia.
Jangan buat (Namakamu) menangis, karena gue nggak segan-segan buat pisahin lo sama (Namakamu)."

Aldi menatap Iqbaal tajam, begitu pula sebaliknya.

"Bodoamat sama ancaman lo. Emang lo siapa?
Gue nggak takut sama ancaman cupu lo itu."

Setelah mengucapkan itu, Iqbaal pergi. Aldi menatapnya tajam sembari mengepalkan ke dua tangaannya.

☆☆
"Ayah.." (Namakamu) berlari kecil di jalanan halaman rumah Aldi.
Ia mendapati ayahnya duduk di teras rumah Aldi bersama pasangan paruh baya.

Galang menoleh dengan cepat. Ia memeluk gadis kecilnya.

" (Namakamu) merindukan ayah! Kenapa ayah menghilang? Apa ayah tidak sayang lagi sama (Namakamu)?"

Galang tersenyum sembari menggeleng.

"Ayah lebih merindukan (Namakamu). Maaf, selama ini ayah tidak di sisi (Namakamu).
Maafin ayah nak."

Galang menyeka liukan air di sekitar pipi gembul (Namakamu).

"(Namakamu), di sinilah sebenarnya tempat tinggal ayah.
Itu eyang mu, dan Aldi adalah adik ayah."

(Namakamu) membolakan ke dua matanya. Ia melihat pasangan paruh baya yang menatapnya sinis. Ralat, hanya si wanita yang menatapnya sinis.
Ia juga melihat Aldi yang memalingkan muka, seakan enggan melihatnya.

"Kakek, nenek, om," ucapnya pelan.

☆☆
Tiga bulan kemudian..

(Namakamu) memandang langit cerah siang ini dari balkon kamarnya.
Tiga bulan ini kehidupannya berubah 180 derajat.
Kehidupan yang dulu sederhana dan banyak orang yang menyayanginya, kini berubah.

Ayahnya yang dulu selalu ada untuknya, kini menjadi gila kerja.
Aldi, teman sekaligus om-nya, yang dulu menyayangi dan mencintainya, kini menjadi acuh terhadapnya.
Nenek yang dulu ia kira bisa menjadi teman ngobrolnya, malah selalu mengucapkan kata-kata pedas yang berhasil membuatnya sakit hati.
Sedangkan Iqbaal, sang kekasih yang sudah tiga bulan ini bersamanny, tak menganggapnya ada.
Kini hanya ada sang kakek yang menyayanginya dengan sepenuh hati.

(Namakamu) tersenyum miris. Tiba-tiba ada seseorang yang menariknya dan menghempaskannya ke ranjang kamarnya.

"Hai cucu yang malang, jangan harap kamu bisa tinggal di sini selamanya.
Sebentar lagi, orang tua dari ibumu akan memungutmu."

Perkataan pedas itu lagi-lagi keluar.
(Namakamu) memegangi hatinya yang sakit.
Dan dengan tanpa dosa, neneknya melangkah pergi.

"Ayah," ucapnya lirih.

Happy Reading

Dua part lagi tamat😊
Nantikan ya...

SUNRISE❌IDRWhere stories live. Discover now