Membelikan Ponsel Pintar

2.2K 241 15
                                    



Saya sudah lama menunda untuk membelikan ayah saya ponsel pintar, yang berkamera, bisa internet. Selama ini, saya cukup 'nyaman' dengan memfasilitasi ayah dengan ponsel yang bisa digunakan untuk menelpon dan sms saja. Alasannya, saya takut ayah saya terjebak arus berita hoax seperti kebanyakan pengguna media sosial. Namun, beberapa minggu lalu, saya termenung membaca status seorang teman baik saya, Fiersa Besari, yang membelikan ibunya ponsel pintar berkali-kali, meski rusak dan dibelikan lagi. Alasannya, agar ibunya bahagia di masa tua, bisa berkomunikasi tanpa keluar rumah untuk ngobrol dengan teman-temannya. Yang lebih membuat saya tertegun lagi, tulisanya soal, lebih kurangnya begini: jangan kesal mengajari ibu memakai ponsel pintar, sebab dulu ibumu pernah dengan sabar mengajarmu banyak hal.

Hal itu seolah memukul saya. Saya selama ini menunda membelikan ayah saya ponsel pintar karena ketakutan saya yang belum tentu terjadi. Padahal, bisa jadi ponsel itu digunakan untuk mendengar dan menonton ceramah di youtube, atau video call dengan sodara-sodaranya. Akhirnya, saya memutuskan untuk membelikan beliau ponsel pintar. Semakin hari, saya semakin sadar, apa yang saya miliki hari ini adalah buah usaha beliau. Alangkah jahatnya saya, jika untuk hal-hal kecil yang menyebabkan kebahagiaannya malah sengaja saya tunda. Padahal, beliau bahkan tidak pernah menunda mengirimi saya uang jajan saat masih kuliah. Kalau tidak karena jasa beliau, mungkin saya tidak jadi saya yang sekarang. Atau mungkin, saya sudah kelaparan dari dulu. Saya sadar, apa yang saya beri pada beliau, adalah bagian kecil dari banyak hal yang layak beliau terima.

Di hari lahir ayah yang berulang, saya berdoa semoga usia ayah masih panjang. Semoga usia kita sama-sama panjang. Saya ingin melihat ayah saya bahagia.

---boycandra

hidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang