Yoongi

6.7K 805 70
                                    

Seokjin pernah berkata padaku, bahwa Taehyung adalah satu-satunya member yang terlihat begitu canggung denganku. Namjoonpun berkomentar soal anehnya hubunganku dengan kawan satu kampungku itu. Hoseok bahkan berceloteh enteng tentang Taehyung yang selalu takut jika ingin mengajakku bicara.
Semua itu lantas membuatku berpikir, memang apa salahku padanya?

"Hyung, kurasa Taehyung terlalu segan padamu. Dia terlihat tidak nyaman saat berlatih dance tadi."

Komentar itu keluar dari mulut Park Jimin sesaat setelah berakhirnya sesi latihan menari untuk single baru kami.
Tanganku meraih botol air mineral yang langsung kuteguk tak sabaran.

"Jika dia merasa tak nyaman, dia hanya perlu bicara pada Seungdeuk Hyung, kan?", ujarku santai menimpali. Meski tak ayal menimbulkan rasa tak suka yang menghampiri.

"Mana dia berani untuk protes, Hyung. Tapi serius, bagian kau mencekik leher Taehyung itu luar biasa, lho! Sayang sekali, chemistry kalian benar-benar payah."

Setelah berucap seperti itu, Jimin melenggang pergi karena mendengar Jungkook memanggilnya. Sedang aku masih betah duduk bersandar sembari menatap bayangku sendiri dalam cermin raksasa di depan.

Aku meringis. Terlebih saat sosok Taehyung melintas di depan mataku. Hanya sekelibat, karena mendadak ia berlari entah mengejar apa.
Kurasa Taehyung berlebihan. Harusnya dia tak perlu sungkan denganku. Lagipula, kenapa hanya aku yang diperlakukan secara berbeda? Kenapa aku merasa dia terus menghindariku?

Karena aku terkesan galak dan menyeramkan? Karena aku tak suka banyak bicara? Atau karena apa?

Jujur saja, aku sendiripun tak merasa nyaman jika kondisi hubungan kami seperti ini bahkan ketika memasuki tahun kelima kami bersama. Kuakui, sejak masa trainee, hanya Taehyunglah yang sama sekali tak pernah mengajakku bicara. Kalaupun ia datang untuk menanyakan sesuatu, ia akan minta ditemani Jimin atau Jungkook.

Ah, benar. Jungkook. Hanya dia yang terlihat paling dekat dengan Taehyung. Setiap hari mereka selalu bersama seperti bocah kembar asal Malaysia itu--aku lupa namanya.
Jujur saja, kadang saat melihat mereka bersama, aku merasa iri.

Karena nyatanya, aku tidak pernah sedekat itu dengan siapapun. Bahkan dengan salah satu member dalam grup ini.

Namjoon terlalu lengket dengan Hoseok yang seumuran dengannya. Seokjin, yang notabene teman sekamarkupun tak terlalu banyak mengobrol denganku. Dia justru lebih suka becanda dengan maknae line. Sedangkan aku, uhm, entahlah. Aku lebih suka berduaan dengan studioku selama berjam-jam.

Tapi, ada yang berbeda kali ini. Tepat tiga hari pasca latihan dance yang canggung itu, aku mendapati Taehyung berdiri di depan pintu kamarku. Di tangannya sudah ada nampan berisikan nasi lengkap dengan lauk pauknya.
Ah, ini jatah makan malamku yang terlewatkan tadi.

Entah aku ingin menyalahkan siapa atas tumpahnya air mineral ke pakaianku yang membuat hasrat ingin makan lenyap begitu saja. Yang kuingat, saat itu Taehyung hendak memberikan air minum pada Hoseok tapi di sisi lain dia tengah sibuk berdebat dengan Jimin entah soal apa.
Mungkin berebut makanan, seperti biasanya. Ah, tak paham juga.

"Terima kasih."

Ucapku sembari mengambil alih nampan berat itu dari tangan Taehyung. Dia mengangguk pelan, dan ketika aku menutup pintu sekilas bisa kulihat dia menghela napas.

Dan entah kenapa, tingkahnya barusan justru membuatku tak enak hati.

Sebegitukah terpaksanya ia mengantarkan makan malam untukku? Ck, harusnya ia berani menolak jika ia tak berniat melakukannya. Karena aku yakin, dia seperti itu atas titah Namjoon atau Seokjin.

HEY, BRO! (Taegi) ✔Where stories live. Discover now