Chapter 3: Underground Tunnel

214 8 2
                                    

"Nak Zega mau kemana?" 

Suara itu membuat Zega kaget seketika, ia pun berusaha untuk setenang mungkin dan berbalik untuk menjawab pertanyaan tadi. Ketika dia menengok kebelakang ternyata dia adalah kakek ketua desa ini. 

"Eh kakek, gpp kok cuma mau nyusul temen yang ada disana." Jawab Zega.

"Owh begitu, sekalian ajak temen perempuan mu kesini ya. Ajak dia makan bersama." balas kakek itu.

"Makan bersama? Maksud kakek?"

"Ituloh kamu ga liat kita sedang membakar daging malam ini?"

"Maksud kakek remaja lelaki yang sedang di bakar disana?" Jawab Zega dengan nada takut.

"Iya dong, lagian dia yang datang sendiri ke rumah kakek. Yasudah kakek tangkap saja buat makan malam warga desa disini." Jawab kakek itu dengan tenang seperti sehabis menangkap hewan buruan.

"Ahh, iya kek saya pergi dulu sebentar." 

"Iya nak Zega nanti kesini lagi ya."

Zega pun sebisa mungkin untuk keluar dari kerumunan itu. Miko yang dari tadi menunggu Zega dari luar kerumunan pun mendadak kebingungan dengan kondisi Zega. Zega pun secepat mungkin untuk mendekati Miko dan membawanya kembali ke rumah neneknya.

"Zega ada apa dengan mu? Ada masalah ya?" Tanya Miko dengan rasa kebingungan.

"Sudah diam dulu, kita masuk ke rumah sekarang." Balas Zega.

"Tapi ada apa?"

Zega pun tak menghiraukan pertanyaan Miko dan langsung memegang tangannya dan menariknya menuju rumah neneknya. Tanpa lama pun akhirnya mereka sampai di rumah dengan kondisi terengah-engah. Miko semakin bingung dengan Zega yang sekarang seperti orang yang sedang kehilangan sesuatu. 

"Zega, tolong jelaskan apa yang terjadi? Kenapa kamu menjadi seperti orang yang linglung seperti ini?!" Tanya Miko.

"Kita harus pergi dari desa ini secepat mungkin!" ucap Zega.

"Tapi kenapa? Kita baru saja sampai disini 2 jam yang lalu."

"Warga di sini semua sudah gila! Mereka seperti bukan manusia pada umumnya."

"Maksudmu apa? Jelaskan kepadaku!"

"Aku tak yakin kamu bisa menerima kenyataan ini... ."

"Tolong beri tahu aku sekarang."

"Bima--" 

"Tok...Tok...Tok!"

Suara ketukan itu memberhentikan obrolan mereka, Zega pun dengan sigap langsung menutup semua akses masuk di rumah itu.

"Kita sampingkan dulu masalah tadi, cepat bantu aku untuk mencari jalan dari rumah ini."

Ketukan itu semakin kencang dan diiringi dengan orang-orang yang berteriak tidak jelas dari luar. Para warga desa seakan ingin mengambil hewan yang sedang terperangkap di perangkap mereka. 

"Cepat cari akses keluar dari rumah ini Miko, Aku akan menahan pintu depan ini!" Ucap Zega.

"Baiklah, tahan sebentar... ." Jawab Miko.

Zega menahan pintu depan agar para warga tersebut tidak bisa masuk ke rumah itu. Sedangkan Miko sibuk dengan mencari jalan keluar selain dari pintu depan. 

"Miko cepatlah, dorongan mereka semakin kuat!" 

"Tolong tahan sebentar aku menemukan sebuah pintu dari bawah kasurmu."

"Benarkah? cek isinya!"

"Nak Zega, Tolong buka pintunya untuk kakek. Kakek ingin masuk!" 

Suara itu tiba tiba muncul dari luar pintu yang sedang ditahan oleh Zega, sembari disusul dengan warga yang terlihat dari jendela sedang membawa beberapa obor dari luar.

"Miko cepatlah! Mereka semakin menggila!" Ucap Zega.

"Cepat kesini! Aku sudah memasukan barang pasokan kita... ."

"Aku segera kesana!"

Zega yang masih menahan di depan pintu langsung melepaskan tangannya. Pintu itupun langsung rubuh yang disusul tubuh para warga yang jatuh dan mulai masuk ke rumah itu. Secepat mungkin Zega langsung menuju kamar belakang dan menemui Miko disana. 

"Cepat masuk kesini!" Ucap Miko.

"Baiklah!"

Zega langsung merangkak masuk ke bawah kasur itu dan berhasil masuk ke ruangan rahasia di bawah sana. Mereka berdua pun mengawasi keadaan diluar dari ruangan itu. Warga yang tadi berada di luar rumah sekarang sepenuhnya masuk ke rumah itu. Zega dan Miko hanya bisa melihat kaki mereka dari bawah kasur itu.

"Untung kau menemukan ruangan di bawah kasur ini." Ucap Zega.

"Iya, aku tak sengaja menemukannya saat vas bunga yang ada di meja tiba tiba jatuh dan masuk ke sini."

"Kita masih di beri nyawa oleh tuhan."

"Ngomong-ngomong ada apa dengan warga disini?"

"Aku akan memberi tahu kepadamu, tapi kita menunggu situasi sekarang sampai aman. Setidaknya mereka sudah keluar dari rumah ini."

"Itu akan membuang-buang waktu kita."

"Tapi apa yang kita bisa lakukan sekarang? Kita terjebak disini." balas Zega.

"Tidak sepenuhnya terjebak, lihat dibelakangmu. Kita ternyata berada di terowongan bawah tanah."

"Kamu benar juga. Apa kita harus menulusuri terowongan ini?"

"Sepertinya iya. Tapi apa kau tak keberatan yang membawa tas persediaan kita?"

"Iya tak apa-apa, terowongan ini juga tidak terlalu kecil untuk dijelajah jadi tak masalah."

"Baiklah. Terima kasih... ."

Mereka berdua pun mencoba menjelajahi terowongan itu, dengan di awal perjalanan terowongan itu agak menjorok ke bawah. 

"Oh iya Miko, ada yang mau ku bicarakan."

To Be Continued.

Tahan, selasa up lagi '-'b

The Village ForestWhere stories live. Discover now