30. Prasangka

1.7K 92 0
                                    

Pagi ini Ira sudah bersiap-siap dengan koper kecilnya yang berisi peralatan make up yang lengkap. Ia diundang oleh teman SMA-nya dulu untuk datang ke acara lamarannya dan diminta untuk merias temannya yang akan menjadi ratu di acaranya itu. Meski ia sudah tidak bekerja lagi di salon, tapi kadang masih ada yang suka memakai jasanya untuk merias dalam suatu acara-acara. Ia tak sengaja bertemu dengan teman SMA-nya yang lumayan dekat dengannya secara tidak sengaja di restoran ayam 4 hari yang lalu saat ia sedang makan siang di sana bersama putrinya dan pengasuhnya, dan ia diminta untuk merias temannya tersebut karena temannya tahu kalau Ira suka mengikuti kursus tata rias sewaktu SMA dulu. Dia pernah menjadi bahan uji coba Ira dan hasilnya cukup memukau.

"Rumahnya di mana, Bun?" tanya Rafli yang sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja.

"Gak terlalu jauh, sih. Cukup sekali naik angkot dari sini." Ira membantu merapikan dasi suaminya yang agak miring.

"Nanti pulangnya hati-hati, ya! Minta jemput supirnya Icha atau siapa aja yang bisa." Ira mengangguk.

"Iya. Kan sama Mbak Ina juga nanti perginya." Rafli mengangguk. Ia cukup percaya dengan pengasuh putrinya yang bisa diandalkan.

Mereka berjalan menuju ruang makan. Di sana sudah tersedia roti bakar dan dua cangkir teh manis. Mereka sarapan pagi terlebih dahulu. Tak berapa lama, Liana sudah muncul bersama pengasuhnya dan putrinya sudah terlihat manis dan segar dengan dress biru lautnya yang imut.

"Putri kesayangan Bunda udah cantik. Jadi nih Dedek jalan-jalannya." ucap Ira sambil mengambil putrinya dari gendongan pengasuhnya. Rafli tersenyum dan meraih tas kerjanya.

"Yuk, kita berangkat sekarang!" ajaknya kepada mereka. Mereka berjalan keluar menuju garasi kecil yang menyimpan mobil. Mereka akan diantar Rafli terlebih dahulu menuju lokasi sebelum bekerja. Tak lama mobil mulai melaju meninggalkan rumah. Perjalanan menuju rumah teman Ira tak begitu jauh dan terletak di kompleks perumahan. Mobil memasuki kompleks perumahan dan berhenti di sebuah rumah yang cukup besar dan bagus dengan cat putih. Ada tenda yang dipasang di halaman rumah dan beberapa kursi plastik. Terlihat beberapa orang yang sibuk berlalu lalang untuk mempersiapkan acara.

"Ini rumahnya?" tanya Rafli sambil mengamati rumah itu Ira mengangguk.

"Iya, Yah. Yaudah, Bunda mau ke dalem dulu, ya! Jangan telat makan siang!" pesannya sambil meraih tangan suaminya untuk menyalaminya. Rafli mencium kening istrinya dan juga kening putrinya dengan sayang.

"Nanti kalau udah selesai jangan lupa hubungi Ayah, ya! Jangan lupa minta jemput!" Ira mengangguk.

"Mbak Ina, titip mereka, ya!" pintanya kepada pengasuh putrinya yang duduk di belakang.

"Iya, Mas. Tenang aja."

"Dedek jangan nakal, ya! Kasihan Bunda dan adik bayi di perut, nanti capek. Oke!" Liana hanya tersenyum. Ia mengulurkan tangan mungilnya untuk menyalami ayahnya. Ia memang sudah dibiasakan oleh Ira dan Rafli untuk menyalami orang tuanya jika akan berpergian. Rafli menyambut uluran tangan gempal itu, sedikit menariknya dan menciumi wajahnya gemas. Liana hanya tertawa geli.

Mereka pun turun dari mobil dan tak lama mobil Rafli meninggalkan mereka. Ira masuk ke dalam diikuti oleh pengasuhnya yang membawa tas yang berisi keperluan Liana dan juga koper kecil milik Ira. Mereka disambut oleh seorang perempuan seusia Ira di teras rumah.

"Suami kamu mana, Ra?" tanya perempuan itu.

"Udah pergi lagi. Dia takut kesiangan dan maaf katanya gak bisa mampir dulu." perempuan itu mengangguk.

"Ayo masuk, yuk!" pintanya menuntun mereka untuk masuk ke dalam rumah. Ira memberi kode pengasuhnya untuk mengikutinya. Mereka disambut oleh tuan rumah di dalam. Ira menyalami orang tua temannya dan beberapa saudaranya.

Guardian AngelWhere stories live. Discover now