4. Always Him

2.3K 169 0
                                    

Ting!

Suara pintu lift terbuka dan orang-orang di dalamnya berhamburan keluar. Rafli melenggang sambil membawa tas kerjanya menuju lobi. Ia hanya ingin segera sampai di rumah dan beristirahat di ranjang empuknya. Ia akan menginap di rumah orang tuanya karena besok hari libur.

"Rafli!" seru seseorang yang memanggilnya. Rafli menolehkan wajahnya dan melihat seorang gadis cantik berambut pendek sebahu yang berjalan ke arahnya dengan gaya anggunnya. Masih ingat juga ternyata janjinya untuk menemuinya.

"Tadi aku cari di ruangan kamu, kamu udah gak ada. Kok gak ngasih tahu aku kalau udah pulang?" ucapnya sambil memanyunkan bibirnya. Tapi Rafli tak tertarik.

"Maaf, Wid. Aku kira gak jadi, soalnya gak ngasih tahu lagi. Jadi ya pulang aja." gadis itu masih memasang wajah kesalnya.

"Aku tadi tanggung nyelesain laporan yang tinggal setengah lagi, jadi belum sempet kasih tahu." Rafli hanya mengangguk. Saat istirahat tadi, gadis bernama Widya itu merengek ingin main ke rumahnya dengan alasan ingin bertemu bundanya dan memberikan kue buatannya sendiri. Ia tahu jika Widya selalu gencar mendekatinya 3 bulan ini. Dia adalah karyawati baru di divisi keuangan yang dimutasi dari kantor cabang 5 bulan yang lalu. Tapi Rafli bukannya malah tertarik, justru ia semakin tak nyaman dan risih dengan berbagai bentuk perhatiannya. Bukan seperti ini yang Rafli inginkan. Tapi ia tak tega menolak keinginan gadis itu mengingat Widya sudah susah-susah membuat kue untuk bundanya. Apa salahnya ia menghargai dan mengizinkan gadis itu untuk berkunjung ke rumahnya. Mungkin memang niatnya untuk bersilaturahmi. Ia tak boleh berprasangka buruk dulu.

"Yaudah. Ayo, takut keburu malem nanti kamu pulangnya! Aku gak mau kamu terlalu malem pulang dari rumahku." Widya tersenyum dan mengangguk. Ia merasa senang karena merasa Rafli perhatian kepadanya. Mereka berdua pun melenggang menuju parkiran di mana motor Rafli berada.

***

Suara ramai dari dalam rumah menandakan anggota keluarga sedang berkumpul dengan lengkap. Rafli turun dari motornya begitu ia sampai di depan rumahnya diikuti oleh Widya. Gadis itu mengamati rumah Rafli yang bagus meski tidak begitu mewah namun betah untuk dipandang.

"Ayo!" ajaknya kepada Widya. Mereka berdua pun berjalan masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum!" serunya begitu memasuki rumah.

"Walaikumsalam." jawab suara yang terdengar serempak dari arah ruang keluarga. Dilihatnya kedua orang tua dan adiknya serta keponakannya sedang berkumpul di sana. Pantas saja ramai. Mereka menolehkan wajah pada Rafli yang baru datang. Pandangan mereka beralih pada gadis di belakang Rafli. Rafli menolehkan wajahnya ke belakang.

"Oh iya, ini Widya, teman kantorku. Dia ingin bersilaturahmi ke sini." jelasnya untuk menjawab rasa penasaran mereka tentang siapa gadis yang dibawanya. Widya tersenyum canggung, lalu bergerak menyalami mereka satu per satu. Lila tersenyum melihat gadis itu.

"Kamu teman kantornya Rafli, Nak?" Widya tersenyum dan mengangguk.

"Iya, Bu. Saya rekannya di kantor. Ini ada bingkisan dari saya." ucapnya sambil menyerahkan sebuah paper bag ke tangan Lila.

"Aduh... Jadi ngerepotin. Padahal gak usah repot-repot." Widya hanya tersenyum.

"Tidak apa-apa kok, Bu." pandangannya lalu beralih pada gadis kecil yang sedang asyik mewarnai di buku bergambarnya. Ia tersenyum dan mendekatinya.

"Hai. Namanya siapa?" tanyanya lembut. Icha yang sedang asyik mewarnai gambarnya mendongakkan kepalanya.

"Icha, Tante." jawabnya singkat, lalu ia fokus kembali pada aktivitasnya. Widya menatap Lila sejenak.

Guardian AngelOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz