5. Girl's Day Out

2.2K 152 0
                                    

KRINGGGG!!!!

"Enghhh...." Ira menggeliat dalam tidurnya saat dirasanya ada suara nyaring yang begitu menganggunya dari meja nakasnya. Diraihnya benda persegi yang menjadi alarmnya setiap ia bangun. Dimatikannya jam weker yang dipegangnya dan menaruhnya kembali di samping ranjangnya. Mimpi indahnya yang begitu ia nikmati terpaksa harus terputus begitu saja membuatnya mengerang kesal. Ia tidak minat untuk melanjutkan tidurnya lagi. Akhirnya ia terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya dan menggeliatkan tubuhnya sambil menguap lebar. Dikuceknya kedua mata sipitnya dan samar-samar ia melihat jam di dinding menunjukkan pukul 5 lebih 3 menit.

"Haahhh... Udah pagi lagi ternyata." gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur. Matanya masih terasa berat dan malas untuk terbuka. Tadi malam ia tidur larut sekitar jam setengah satu lebih. Tugas murid-muridnya yang belum sempat disentuhnya langsung ia kerjakan seharian ditambah dengan asyik mengobrol ria lewat pesan dengan omnya Icha muridnya yang ternyata bermanfaat menemani kesuntukannya dalam memeriksa beberapa tugas yang menumpuk. Awalnya ia sempat heran kenapa omnya Icha yang ia baru tahu bernama Rafli bisa menghubunginya. Lalu ia teringat kalau 2 hari yang lalu mereka bertukar nomor ponsel di sekolah. Memikirkan hal itu membuatnya tersenyum sendiri. Rafli ternyata orang yang asyik dan tidak membosankan atau kaku dalam mengobrol. Sepertinya dia adalah lelaki yang baik dilihat bagaimana sayangnya ia kepada keponakannya. Setelah cukup lama ia duduk di ranjangnya, ia memutuskan untuk segera turun karena waktu shubuh sudah berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul 5 lebih 15 menit. Ia sengaja memasang alarm karena ia suka bangun telat dan gampang untuk terbujuk tidur kembali. Kasur yang empuk dan selimut yang tebal begitu menggoda untuk menyuruhnya kembali tenggelam di alam mimpi. Untunglah hari ini adalah hari libur, jadi ia tak perlu takut kesiangan pergi ke sekolah.

Setelah melaksanakan sholat shubuh dan membereskan kamarnya, seperti biasa ia membantu bundanya di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi atau mencuci perabotan kotor bekas makan. Bubur ayam menjadi menu pilihan untuk sarapan pagi keluarga mereka hari ini. Bundanya itu jago dalam memasak. Tak akan diragukan lagi apa pun jenis makanannya, sudah pasti akan terasa lezat di lidah para anggota keluarganya. Bunda memang ratu dan idola mereka.

"Kamu goreng kerupuknya, ya! Nanti masukkan ke toples yang besar di sana." pinta Alika sambil menunjuk sebuah toples besar yang ditaruh di atas tempat penyimpan beras. Ira hanya mengangguk. Ia berjalan menuju kompor sambil membawa satu kantong kerupuk mentah berwarna oranye untuk digoreng. Ia menuangkan minyak goreng sedikit ke dalam wajan untuk menambahnya dan memanaskannya lagi. Lalu ia pun mulai menggoreng kerupuk sampai terasa renyah. Lama berkutat di dapur, akhirnya bubur ayam sebentar lagi siap saji. Tinggal mengiris seledri dan menyuwir ayam. Setelah semua bahan selesai, ia dan bundanya membawa bahan campuran untuk bubur ke meja makan. Ayah dan adiknya sedang lari pagi keliling komplek. Sebentar lagi juga pasti datang.

"Assalamualaikum!" seru suara dari luar. Ira menolehkan wajahnya untuk melihat siapa yang datang. Baru saja ia menduga, akhirnya mereka datang juga. Kedua lelaki tampan berbeda usia itu kini langsung duduk di meja makan.

"Hmmm... Udah gak sabar nih pengen nyicipin. Sayang! Buburnya udah siap belum?" seru Nathan setengah berteriak kepada istrinya di dapur.

"Bentar lagi, Mas."

"Ayo kita bawa ke depan!" pinta Alika yang diangguki oleh Ira. Alika membawa 4 mangkuk bubur ayam dalam nampan menuju ruang makan. Keluarganya sudah lengkap berkumpul untuk sarapan pagi. Nino menatap penuh minat dan dengan tak sabar ia segera menerima bubur ayam yang sudah lengkap topping-nya. Ketika ia akan menyuapnya, suara lembut sang bunda menegurnya membuatnya menghentikan aktivitasnya.

"Doa dulu! Kebiasaan." tegur Alika yang dibalas oleh cengiran lebar pemuda itu.

"Hehe... Maaf, Bun." Ira hanya menggelengkan kepalanya. Nathan memimpin do'a sebelum makan. Mereka pun mulai menikmati sarapan pagi mereka dengan penuh kenikmatan. Masakan sang bunda memang patut diacungi jempol. Meski ada tukang bubur ayam di dekat komplek mereka, tapi ayah dan anak itu lebih memilih untuk mencicipi masakan ratu mereka yang tiada duanya dari makanan lainnya yang dibuat oleh tangan orang lain.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang