15. Wanita Terbahagia

2.2K 128 0
                                    

Sungguh lega rasanya jika orang yang kita inginkan sudah mengucap janji suci di depan semua orang untuk menghalalkan kita. Tak ada hal yang lebih membahagiakan dari ini selain dipinang oleh lelaki yang disukai. Rasanya seperti mimpi kita sudah resmi menjadi sepasang suami istri yang sudah sah di mata hukum dan agama. Dan hal ini terjadi pada Ira yang sedari tadi tak pernah melunturkan senyumnya. Wajahnya terlihat lebih bersinar dan aura yang berbeda terpancar dari penampilannya yang bak ratu saat ini. Duduk di pelaminan berdua dengan Rafli yang terlihat lebih tampan dan gagah saat ini. Tak hentinya mereka memberikan senyuman kepada para tamu undangan yang memberikan salam dan ucapan selamat. Benar-benar seperti mimpi mereka berdua berdiri di sini menjadi raja dan ratu sehari. Hari terindah yang mereka impikan selama ini. Namun ada yang kurang.

"Ssshhh...." Rafli meringis saat tangannya yang digips tersenggol sedikit saat ia sedang bersalaman. Maklum, antrian sedang panjang. Ira langsung menolehkan wajahnya dan memandang khawatir lelaki yang kini menjadi suaminya.

"Kamu kenapa, Mas? Apa sakit lagi?" tanyanya sambil meneliti tangan Rafli. Rafli masih meringis menahan rasa ngilu di tangannya.

"Kesenggol dikit." ucapnya sambil tetap berusaha menerima uluran tangan para tamu dengan tangan kanannya. Mereka melirik tangan Rafli yang digips dan merasa heran dengan apa yang terjadi dengan mempelai pria. Ira menghela nafasnya, teringat dengan kejadian yang membuat suaminya menjadi seperti ini di hari bahagianya.

"YA ALLAH... MAS!!" Ira langsung berlari menghampiri Rafli yang tersungkur di tanah sambil meringis kesakitan memegangi tangannya. Wajahnya babak belur bekas pukulan.

"Mas ini, aku bilang tadi jangan! Udah tahu bakalan kayak gini jadinya." ucapnya kesal sambil membantu calon suaminya untuk bangkit. Ira menatap tajam kakaknya yang memasang wajah datar tanpa dosa.

"Kakak itu ada-ada aja, deh! Lihat, 'kan! Calon suami aku jadi korban." geramnya tak mengerti dengan kelakuan sang kakak. Ia terkejut bukan main waktu Rafli meminta izin padanya untuk bertarung melawan kakaknya. Ia terkejut dan takut, bagaimanapun Ian bukanlah tandingannya. Ia tahu jika Rafli tak mempunyai kemampuan bela diri sehebat kakaknya. Tapi Rafli terus meyakinkannya bahwa ia akan baik-baik saja. Demi dirinya, lelaki itu rela mengerahkan segala kemampuannya untuk melawan kakaknya. Karena kenekatannya, akhirnya ia berakhir seperti ini, menjadi samsak hidup bagi Ian.

"Astaghfirullah.... Nak Rafli!" Alika yang datang dari arah dapur langsung berlari dan mendekati calon menantunya. Ia menatap putranya yang masih memasang wajah datarnya.

"Ada apa ini? Kenapa Nak Rafli bisa seperti ini?" tanyanya kaget sekaligus bingung dengan apa yang tengah terjadi. Ia baru saja pulang dari acara arisannya.

"Gara-gara Kak Ian, tuh! Dia ngajak Mas Rafli buat duel. Mas Rafli kan gak sejago dia, dan akhirnya jadi kayak gini." keluhnya masih dengan nada kesalnya. Alika menatap putranya.

"Apa benar itu, Yan?" tanyanya kepada Ian yang diangguki oleh sang putra.

"Aku hanya ingin mengujinya saja, Bun. Aku hanya ingin yang terbaik untuk Ira. Apa dia sanggup melindungi adikku atau tidak." Alika menghela nafasnya.

"Tapi tak harus kayak gini juga, Nak. Bagaimana kalau Nak Rafli kenapa-napa? Mereka akan menikah sebentar lagi." Alika kembali mengalihkan pandangannya pada Rafli yang masih memegangi tangannya.

"Sepertinya tangannya ada yang patah tulangnya. Kita harus segera bawa ke rumah sakit." usulnya yang diangguki oleh Ira. Mata Ira sudah berkaca-kaca melihat kondisi calon suaminya, takut terjadi apa-apa. Tinggal menghitung minggu mereka akan melangsungkan pernikahan.

Guardian AngelWhere stories live. Discover now