alex

4.7K 293 89
                                    

Setelah dira meneteskan beberapa tetes darahnya ke benda yang ada didalam plastik hitam kegaduhan mulai mereda dan perlahan menghilang.

" jika km tak memberinya makan sesuai waktu yang kamu tentukan maka salah satu dari kita mungkin akan jd korban, tapi tetap kita harus percaya pada Allah SWT yang pasti akan menjaga kita bila kita selalu mendekat padaNya.. bisa jadi kamu sendiri yang jadi korban". Kata eyang suryo menasehati dira.

Hal hal kayak gini sudah terbiasa bagi eyang suryo. Dulu beliau 7 tahun mengabdi disebuah pesantren dijawa barat.  Dan sering menyembuhkan orang orang yang terkena hal seperti ini dan berurusan sama hal kayak gini.

Dira tampak tertekan. Dia terdiam lama kemudian sesekali tertawa samar. Terlihat jelas dari sudut bibirnya. Lalu dia berubah tenang kembali. Ada yang aneh dalam dirinya. Tak pernah kutemui sesuatu seperti ini. Terakhir kali aku merasakan aura mirip seperti ini ketika aku bertemu dengan lev.. si keji itu.

" yasudah sekarang begini.. kamu harus kembalikan semua ini.. ini bukan urusan kita.. kita ini mahkluk yg paling tinggi derajatnya.. jangan mau merendah pada mahkluk lain yg sama sama ciptaan Allah SWT.. ". Kata eyang seakan mengerti apa yg eyang suryo ucapkan.

Lalu kulihat dira kembali lagi seperti tadi. Melemah.. sedih dan putus asa.. tak ada warna warna seperti yg tadi disekitar tubuhnya. Siapa kau sebenarnya???

" iyaa eyang.. tolong saya". Ucapnya lagi kali ini sesenggukan.

" yasudah.. kembalikan!!". Pinta eyang suryo. Kali ini dira menangis menjadi seakan dia tak sanggup lagi berkata kata.

" tadi.. kamu bilang akan nemenin kan???!!". Kata dira tiba tiba padaku.

" nah lo.. mampus". Ucap haris spontan. Kuinjak kakinya yg berdiri disampingku.

" gimana eyang.. bolehkan elen nemenin saya". Tanya dira memelas.

" siang hari". Kata eyang tegas.

" oke.. siang hari.., jadi kapan berangkat??". Tanya dira melihat aku, haris dan arga bergantian.

" aku ga ikut". Ucap haris menolak.

" kamu ya harus ikut orang kamu yang ditumbalin kok". Jawab eyang suryo blak blak an bikin haris mewek.

" apa hubungannya mbahhh???". Tanya haris masih ga terima.

'Braaaakkkkkkk!!!!!' Terdengar pintu depan terbentur sesuatu.

Aku berjalan menuju kaca besar yg tertutup tirai deket ruang tamu. Kusibak sedikit hingga pemandangan dihalaman rumah terlihat. Seseorang berdiri tegap ditengah halaman. Sinar lampu dari jalanan menerangi dari arah belakang tubuhnya membuat wajahnya tak terlihat olehku.

Perasaan berdesir seperti ingat seseorang dimasa lalu mengalihkan perhatianku dari masalah dira.

Seseorang dengan kedua telapak kaki yg tak jelas berdiri di apa. Tak ada bayangan yg terpantul dari dirinya meski sinar lampu menerangi dari arah belakangnya. Kulihat jam dinding masih menunjukkan pukul 4.30 pagi. Aku tersenyum namun rasanya pait.

" siapa len?". Tanya arga.

" tak ada". Jawabku singkat.

Bayangan itu kadang bikin aku sakit tapi mengobati rasa kangen. Bodoh.. ini masih jam segini.. biasanya dulu kalo berangkat kuliah juga dijemput retno dan dia biasa mematung nunggu aku disitu kalo aku lama ga keluar. Rasanya aku ingin menangis tapi ntah kenapa tak bisa. Pundakku disentuh eyang dari belakang.

" sejak kapan?". Tanyaku masih melihat kearah luar melalui kaca besar didepanku.

" sejak dulu..". Jawab eyang singkat. Aku hanya terdiam.. itu bukan retno.

The Final ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang