♥teror

7.1K 375 120
                                    

terdengar sebuah jeritan panjang di pagi buta. kami terbangun dan melihat teh irma udah menjerit histeris minta pulang.

" pulang aja.. pulang sekarang... pulang!!". teriaknya berkali kali. tyaz menenangkan ibunya yg histeris. aku berjalan kesisi tempat tidur. terlihat tanah aneh berserakan dibawahnya dan beberapa kembang yg biasa dipakai buat nyekar orang mati.

" ga ada kepalanya!! aku mau pulang.. td aku lihat disana.. ga ada kepalanya!!". katanya lg histeris.

" udah mah.. gpp.. mamah istirahat yaaa". kata tyaz mulai lembut.

" enggak.. pokok e pulang!!!".jawab teh irma menolak lalu turun dari tempat tidur dan mencabut infusnya dengan paksa. darah menetes dari vena bekas tusukan infus yg tadi dilepas. tyaz menekannya kuat dengan ibu jari tangan kanannya. darah yg menetes bukan warna merah.. namun hitam pekat.. menetes dilantai beberapa tetes saat ku usap dengan alas kaki masih berwarna hitam.

" udah.. bawa pulang aja". kataku lalu kutinggal berkemas.

" tp len.. mamahnya masih sakit". kata hariz menolak.

" terserah.. aku gamau disini menunggunya". kataku berubah tiba tiba membuat tyaz bingung.

" kenapa len?". tanya tyaz mendekatiku.

" bawa aja pulang.. dia ga sakit secara medis..". kataku membuat dia terdiam lalu langsung beres beres.

" len.. km ga perlu bilang gt.. biarin aja". kata arga ga suka dengan sikapku.

" udah aku duga km tau kan dan km diam. knp gak bilang dr kmrin ga??". tanyaku mulai jengkel. dia selalu diam saat tau hal hal kayak gini.

" Ya tuhan...!!". pekik tyaz kaget saat mau mengambil barang barang yg ada dalam almari rias. banyak tanah berserakan dan berbau amis.

" udah tinggalin aja.. jangan dibawa". kataku sambil melanjutkan berkemas.

" tp ponselku gmn?". tanyanya bingung.

aku mendekat dan melihat ponselnya sama sekali gak kena tanah. sekeliling tempat ponsel itu ditaruh juga bersih.

" ambil yg itu.. km beli dengan gajimu sendiri?". tanyaku membuatnya mengangguk namun masih bingung. dan dia mengambil kunci mobil dari gundukan tanah yg menimbunnya sebagian di almari. aku diam aja mungkin dia blom ngerti.

setelah aku nguruz administrasi rumah sakit dan tyaz tanda tangan form pulang permintaan sendiri kami membawa teh irma ke bawah menggunakan kursi roda dan diantar satu perawat jaga sampai lobi depan. saat berada di lift lantai satu beberapa pengunjung yg satu lift turun dengan kita agak kaget. dibawah kursi roda teh irma juga ada tanah dan sedikit basah. bau amis sangat memyengat sampai semua menutup hidung.

" lennn??". kata tyaz mulai kawatir.

" hariz kamu tunggu teh irma dilobi sama tyaz aku dan arga aja yg ambil mobilmu, mana kuncinya?". pintaku ke hariz dia mengambil kunci dan memberikan ke arga.
" tapi aku juga bawa mobil.. gini aja.. km sama arga biar hariz nemenin aku dimobil sama mamahku.. riz km jagain mamahku dulu yaa aku ambil mobil juga". katanya masih ngeyel.

" iyaa.. aku jagain mamah". jawab hariz sambil cengar cengir.. masih aja dia nyari celah.. dasar playboy.

tempat tyaz memarkir mobil tak jauh dari hariz kmrin parkir. beberapa orang satpam berdiri dideket tyaz memarkir mobil. terlihat banyak tanah mengotori, dibawah mobil juga banyak tanah yg sama.

" ini kenapaa??" tanya tyaz bingung.

" udah.. km ikut kita aja dimobil hariz.

" trus mobilku gmn.. barangku disitu semua". katanya mulai menangis.

The Final ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang