Chapter 18

11.2K 455 84
                                    

Dan akhirnya.....

"Sam!!..bangun!! Samuel! Enak banget lu! Gue yang nyetir malah elu yang molor mulu! kita uda sampe nih!" kata Nando sambil menggoncangkan badanku.

Mataku terbuka. Begitu terang diluar sana. Tubuhku masih tersandar di bangku penumpang dan kepalaku sedikit menempel di jendela. Sabuk pengaman juga masih melingkari badanku. Ternyata aku berada di dalam mobil.

Barusan tadi apa? mimpi? Menunggang kuda, peternakan, kebun berry, danau dan sunset? semua nya tak nyata? Tapi mengapa begitu..ah sudahlah.

Ku sadarkan diriku sepenuhnya. Kubenarkan posisiku dan ku usap bagian ujung mulutku agar terbebas dari air liur yang menempel.

"Kita dimana Ndo?" aku celingukan melihat kanan kiri. Masih bingung, karena nyawaku belum pulih sepenuhnya.

Disekeliling banyak pohon tinggi menjulang. Seperti hutan tropis mini. Lalu banyak suara serangga khas alam liar. Suara aliran air yang terdengar gemericik menandakan bahwa ada sungai disana.

"Elu kalo perjalanan jauh emang suka mabok ya? muka lu rada pucet gitu. Elu gak papa?" katanya memastikan keadanku sambil menepuk pelan bahuku.

"Gue gak papa kok, cuma tadi mimpi aneh aja." ku usap lagi wajahku.

"Mimpi apa emang? Mimpi setan?"

"Bukan, tapi mimpiin elu." kataku santai.

"Haa? serius!? elu mimpiin gue?! Yang bener? terus terus!? di mimpi lu gue ngapain?" Nando terlihat sangat antusias, senyumnya mengembang lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih. Wajahnya terlihat menggemaskan bila menatapku seperti itu.

"Kita nunggang kuda, metik buah berry, trus kita ke dermaga liat sunset di pinggir danau, terus elu deketin gue dan elu ngelakuin...." ku potong kalimatku.

"Ngelakuin apa?" tanyanya sedikit mendekat kearahku.

Tak mungkin kuceritakan padanya bahwa dia hendak menciumku. Nanti yang ada dia bisa heboh sampe subuh. Aku berdiam sejenak. Melihat wajahnya, ekspresi Nando begitu penasaran menunggu jawabanku.

"Ga ada! keburu elu bangunin gue."

"Yaelah..gue pikir apaan."

"Kita ngapain ndo disini?" aku masih celingukan melihat kanan kiri.

Pepohon yang begitu rindang hampir menghalangi cahaya matahari yang masuk. Tempat ini kurasa sangat jauh dari keramaian. Jangankan keramaian, rumah penduduk aja ga ada. Cocok mungkin buat lokasi pembunuhan.

"Elu ga mau nge-mutilasi gue kan disini?" tanyaku was was.

"Ngaco lu! Kita mau rafting disini. Dan elu harus ikut nemenin gue. Yaudah yuk turun!"

Kami keluar dari mobil. Tempat ini masih asri. Udara segar yang dihasilkan pepohonan menambah oksigen yang kami hirup.

Aku mengikuti Nando berjalan menuju tempat pos arum jeram. Lumayan terjal menuju kesana. Tempat ini lembab, aku harus sedikit berhati-hati dengan langkahku agar tak terpeleset. Jalanan bebatuan yang menuruni anak tangga dan jalan setapak yang ditumbuhi lumut menambah kewaspadaanku. Suara aliran sungai makin terdengar.

Tak lama berjalan kami sudah sampai di pos awal. Banyak perahu karet warna orange kemerahan yang berjejer rapi. Orang- orang juga banyak mengenakan perlengkapan rafting.

"Elu tunggu bentar disini ya, kalo uda siap, tar elu gue panggil." aku mengangguk.

Aku sedikit mendekat kearah sungai. Aliran air nya cukup deras. Banyak tanaman hijau berdaun lebar, merambat dan akar pohon yang menggantung menghiasi tempat ini. Sebuah perahu karet dengan enam penumpang melintas didepan mataku. Mereka nampak bersemangat mendayung perahunya agar seimbang. Cipratan air ke tubuh mereka sepertinya malah membuat senang. Dan aku?

Boy crushWhere stories live. Discover now