Chapter 13

9.7K 377 28
                                    

Selama perjalanan pulang aku begitu sumringah. Hatiku meletup letup kecil dan senyumku terus mengembang. Malam ini moodku menjadi sangat bagus. Selama makan malam tadi dengan Sarah memang hujan turun sangat lebat.
Sehingga dia terpaksa dijemput karena hujan tak kunjung berhenti.
Dia memang menawari tumpangan untuk mengantarku tapi aku menolak. Aku lebih baik pulang sendiri karena aku harus mengambil kunci rumah dahulu di tempat Tante. Dan terlebih aku malu dan gengsi bila diantar olehnya.

Ibuku pergi keluar kota malam ini dan kuncinya dia titipkan disana. Rumah tante memang lumayan jauh dan memakan waktu sedikit lama untuk menempuh kesana. Hampir satu jam hanya untuk bolak balik dan sampai kerumah lagi. Tante juga memintaku untuk menginap dirumahnya saja, tapi kutolak lagi, aku berdalih tidak ada yang menjaga rumah.

Hujan malam ini cukup lama. Sebentar deras, sebentar reda kemudian gerimis lagi lalu ditambah angin kencang. Memang lagi musim penghujan sekarang. Jalanan kini dipenuhi oleh genangan air. Kendaran juga sudah tak begitu banyak.
Kurapatkan jaket denimku agar badan terasa hangat. Sebentar lagi aku sampai dirumah.
Kulihat jam ditanganku. Sudah pukul setengah 12 sekarang. Padahal tadi aku keluar rumah jam enam lebih dan selesai makan jam sembilan. Itupun juga menunggu hujan reda.

Dari kejauhan aku melihat seseorang berdiri didepan rumahku. Siapa orang yang sudah larut begini masih berkunjung kerumah. Tamu? atau jangan jangan ingin mencuri?
Sosok laki-laki berpakaian gelap dan tingginya kira-kira hampir sama denganku. Langkahku kupercepat dan segera mendekatinya karena curiga.

Dia membelakangiku dan kepalanya tertunduk. Nampak dari belakang pakaiannya basah kuyup. Dia kehujanan. Aku yakin pasti dia berdiri sudah lama sejak dari tadi awal hujan turun.

Aku belum bisa melihat wajahnya karena matanya tertutup rambutnya yang basah. Dia tak sadar kehadiranku. Sampai aku berada tepat dihadapannya dan mataku terbelak tak percaya.

"Nando?!!" Aku tersentak.

Kenapa dia disini?. Dia menaikkan kepalanya dan menatapku. Dia tampak begitu kacau karena kehujanan.

"Elu ngapain disini? Udah lama? Kok ga masuk aj-" aku merasa pertanyaan yang kulontarkan begitu bodoh. Jelas jelas rumahku kosong tak ada orang. Lampu saja belum dinyalakan. Pengamen pun pasti tau kalo rumah itu sepi, karena penghuninya tak ada dirumah. Nando masih terdiam mungkin karena kelamaan terkena hujan.
"- ya udah yuk masuk." aku mengajaknya masuk kerumahku.
Kunyalakan lampu. Nando tepat mengekor dibelakangku.

Sebentar.
Tadi dia menelponku saat aku masih makan dengan Sarah dan itu pun jam setengah delapan dan sekarang sudah jam setengah dua belas. Berarti sudah hampir empat jam,- ohh God dia menungguku selama itu dan kehujanan.
Aku benar benar merasa bersalah dan tak enak dengannya.

Kuajaknya masuk ke kamarku. Dia masih berdiri diam membisu. Kuambil handuk dan pakaian ganti untuknya.

"Ndo, elu keringin badan lu dulu trus lu ganti pakaian. Gue mau bikinin teh anget buat elu. Nih pakaianya." kuberikan padanya. Tangannya begitu putih dan sudah berkeriput saat kuberikan pakaian ganti.

Ku tinggalkan dia agar dia bisa berganti pakaian. Aku bergegas kedapur mengambil cangkir dan menyeduh teh. Aku yakin sesuatu yang buruk terjadi pada Nando, dan itu pasti berhubungan dengan Sandra.
Sebelumnya dia bilang untuk menemui Sandra malam ini. Dan Nando juga mengajak ku untuk menemaninya tapi aku tak bisa karena aku sudah ada janji dengan Sarah. Aku begitu khawatir dengannya karena dia terlihat sangat kacau.

Secangkir teh panas sudah ditanganku. Aku kembali masuk kekamar dan Nando masih berdiri sama seperti saat aku keluar kamar. Pakaiannya belum ia ganti. Handuk dan pakaian yang kuberikan juga masih ia pegang. Tetesan air terus mengalir karena pakaian dan badannya sangat basah. Kepalanya masih tertunduk. Pandangannya kosong dan tubuhnya mematung.

Boy crushWhere stories live. Discover now