Chapter 17

10.7K 419 62
                                    

Sudah bersih aku sekarang, tak ada lagi bau kecut dibadanku. Kupakai baju yang Nando berikan padaku. Sedikit kelonggaran kurasa, ya memang, badan Nando jauh lebih berisi dibandingkan dengan tubuhku tapi ya sudahlah, toh ga kaya cacingan juga.

Kulihat diriku di cermin, ku sentuh lagi bibirku. Baru saja aku dicium olehnya. Ingatanku kembali terulang kejadian yang tadi. Ini bukan mimpi kan? Nando ga lagi mabuk kan? Kenapa dia tiba-tiba menciumku? arghh! bisa gila aku.

Kenapa aku malah merasa deg-degan saat membayangkannya lagi? Dan kenapa aku tak risih atau marah dicium olehnya? Oh, mungkin karena dia juga pernah mencium pipiku jadi aku sudah sedikit terbiasa diciumnya.

Dan kenapa saat Nando menciumku tubuhku tak menolaknya, malah diam membeku? Mungkin aku terlalu shock saat itu. Apa jangan-jangan aku menyukainya? Tapi....arghhhhh!
Kutampar-tampar pipiku sendiri saking gemasnya. Duh, ternyata sakit juga.

"Oke Sam, elu gak apa apa. Tadi dia cuma iseng aja. Mungkin dia khilaf gara gara lihat body mulus yang elu punya. Makanya dia pengen ngicipin elu sedikit. Hmm! elu emang mempesona Sam!" kuyakinkan diriku sendiri dicermin dengan jariku yang kubentuk seperti pistol.

Haahh...
Aku menghela nafas panjang. Mungkin tingkat kewarasanku sudah sedikit berkurang sekarang. Kemudian aku mengelus jidatku sendiri.

Ku lihat diriku lagi dan ku pandangi disekelilingku. Tempat ini sudah tak lagi asing bagiku, cukup sering aku mendatangi rumah Nando terutama kamarnya. Rumah sebesar ini hanya dihuni oleh 3 orang, itu pun kalo ayahnya dirumah. Padahal dia sering ditinggal ayahnya mulu buat urusan bisnis. Aku bisa bayangkan bagaimana kesepian yang Nando alami, kasian.

Aku melangkah keluar dari kamar mandi. Kulihat Nando sedang menelpon seseorang. Kuberjalan menuju laptop dan hendak menyelesaikan makalah yang tadi sempat tertunda. Tak sengaja terdengar, ternyata Nando berbicara dengan ayahnya.

"Berarti malem ini papah ga pulang? .. Yaah yaudah deh, lagian ada Samuel juga kok disini.." katanya sambil mondar mandir di sudut kamar.
Hei! kenapa namaku ikut dibawa bawa? Aku masi berkutik dengan laptop dan fokus dengan tugasku.

"Iya pah habis ini...ni masi bikin tugas kok...hmm...hah!? iyaya! aku sendiri malah lupa! hahahaha...iya pah makasi yaa! hehehe...tahun ini? berarti sekarang jadi 18...uhmm.. apa yaa...kalo mobil aja gimana pah? hehe..yang murah-murah aja...janji deh ga bakal dibuat kebut-kebutan...beneran pah?! Serius!! yesss!! makasi ya pah!!....iya iya..siap boss!...iya..daah.."

Kemudian dia menutup telponnya. Senyum Nando langsung mengembang setelah ditelpon ayahnya. Mungkin dia baru melepas rindu, makanya sumringah gitu.

"Yeahhh!!..lalala..lalala..." Nando menari-nari sambil nyanyi ga jelas. Dahiku mengerut melihat tingkahnya.

Mula-mula pinggulnya ia goyangkan kanan kiri. Lalu kedua tangannya ia kepakkan seperti gerakan terbang kemudian berputar putar layaknya balerina setelah itu melompat dan menjatuhkan badan nya kekasur diakhiri dengan sikap lilin.

Nampak dia begitu bahagia setelah ngobrol dengan ayahnya. Kesan cool yang dia miliki seakan rubuh seketika, tarian nya bagaikan artis dangdut yang sedang kesemutan sekujur tubuh.
Lebih parah malah, kali ini Nando terlihat hina. Ckckck..

"Kenapa lu? girang amat."

"Jelas dong! hehehe.."

"Bokap lu mau ngasi duit ke elu ya?" tanyaku sedikit kepo.

"Enggak, lebih dari itu malah. Bokap katanya mau gue ngasi mobil. Hehehe.." dia tersenyum lebar.

What!? seriusan? gila, enak banget ni bocah! Ga heran juga sih, keluarga Nando kan tajir. Tapi tetep dia beruntung banget bisa dibeliin mobil. Iri rasanya.

Boy crushUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum