Chapter 1 - I Got Caught

403 70 76
                                    

SUARA air yang terjatuh dari bilahan bambu di taman terdengar begitu menyejukkan hati. Hembusan angin yang masuk melalui celah-celah jendela membelai rambutku dengan lembut, seakan menyuruh tubuhku meninggalkan ruangan ini.

Jam berdentang menunjukkan pukul dua siang. Mataku memperhatikan benda-benda disekeliling tanpa makna yang berarti hanya untuk mengusir kebosanan

Hari ini Senin, 5 Juli.

Lingkaran bewarna merah tampak melingkari tanggal hari ini. Keterangan itu bertuliskan 'Pergantian staff apoteker' dengan tulisan tangan yang sangat kecil. Aku menandai kalender ponselku. Ini merupakan hari yang spesial, karena pergantian Staff yang dimaksud itu adalah diriku.

"Selesai." gumamku.

Aku menatap lekat-lekat tanggal hari ini—mengingatnya, hari pertamaku bekerja. Tapi kalau kulihat-lihat lagi, perasaanku seperti mengatakan ada hal lain yang sama spesialnya.

Sayangnya aku lupa..

"Shirayuki Rin-san,"

Aku menoleh ke belakang. Kesunyian yang menemaniku kini dipenuhi suara derap kakinya.

"Shirayuki-san, di dapur lauknya tinggal ayam dan daging rasa teriyaki. Kau mau yang mana?" tanya Ayaka sambil memperlihatkan dua kotak bento bewarna kuning untuk ayam dan kotak merah untuk sapi di kedua tangannya.

"Kurasa yang merah." kataku tanpa ragu seraya mengambil sumpit di meja makan.

Di hari pertamaku bekerja, aku mendapat jadwal siang dari pukul sepuluh pagi sampai  empat sore. Manajer bilang, para pegawai disini sangatlah sibuk karena perlu pulang-pergi ke pusat. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa aku ditempatkan disini.

Sebelum mulai mendingin, aku  segera membuka bento berisi daging sapi. Ayaka terlihat sudah lama menahan laparnya.

"Itadakimasu!"

"Itadakimasu,"

Kami mulai melahap bento dengan perlahan, dagingnya yang sangat empuk dan juicy menggugah seleraku untuk melahap lebih besar.

"Enak!" seru Ayaka, matanya berbinar-binar kemudian menyumpitnya lagi.

Aku mengangguk setuju dengannya. Aku rela memotong gaji pertamaku untuk memakan satu kotak lagi.

Ayaka tiba-tiba menjentikkan jarinya, "Apa kau pernah ke Kyoto? Kau harus coba masakan ibuku— rasanya lima kali lipat lebih enak dari ini!"

"Benarkah? Kelihatannya ibumu pandai memasak Fuyuka-san, pasti rasanya enak." ujarku.

Ia tersenyum bangga, nada bicaranya penuh semangat. "Kapan-kapan ikutlah denganku kesana. Ibuku pasti akan sangat senang!"

"Arigato Fuyuka-san." balasku sambil tersenyum. Kami melanjutkan makan.

Lima tahun hampir berlalu. Namaku sejujurnya bukanlah Shirayuki Rin seperti yang Ayaka sebutkan tadi, aku menggantinya untuk membuka lembaran baru di pulau kecil benua Asia ini— Jepang.

Kupikir, kehidupanku disini sangatlah baik dan damai. Bisa dibilang, kebutuhan pribadiku sangatlah tercukupi. Walaupun suraiku berbeda— menandakan bukan keturunan Mongoloid, hal itu tidak menjadikan mereka mendiskriminasikanku. Memang benar rupanya, orang Timur sangatlah ramah dan penuh sopan santun seperti perkataan kebanyakan orang.

Semejak bekerja, aku belum pergi kemana-kemana selain di Rebun dan di pusat, Okinawa. Perusahaan tempatku bekerja adalah perusahaan swasta. Walaupun demikian, perusahaan ini sangatlah maju. Obat-obat buatan mereka dikenal dunia dan menguasai pasar. Sifat perusahaan yang terbuka juga memudahkan orang asing ikut terlibat. Itulah mengapa aku juga bisa bekerja disini.

Mixed FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang