Pria dan Senja

12 1 0
                                    

"Bukankah begitu? Senja saja bahkan mampu menerima kenyataan bahwa tak selamanya ia di kagumi."

Siapa sangka, hal yang sudah kita perjuangkan harus berakhir bahkan sangat tragis.

Sore itu seseorang ku lihat merenung sembari duduk di bangku taman tanpa teman, menceritakan kesedihan nya terhadap burung senja sore itu.

"Hai, mengapa engkau sendirian saja di bawah senja ini?" tanya ku sembari mendekat ketempat nya.

"Aku hanya ingin bercerita lewat burung yang lebih bisa menjaga rahasia dari pada senja"

"Mengapa tak kau ceritakan saja pada ku?" tanya ku kembali seraya duduk tepat disamping nya.

"Aku hanya takut"

"Apa yang harus kau takut kan? Aku tidak pernah memakan orang, aku masih waras."

"Hahaha, tidak. Bukan itu" jawab nya singkat dengan tawa yang jelas di buat-buat.

"Lantas?"

Dengan menghirup napas yang panjang ia bercerita lirih, "Aku pernah terlalu percaya dengan seseorang, tapi pada akhir nya aku lah yang di kecewakan."

"Hei, tenang lah. Aku tidak seperti itu, justru aku juga mengalami hal yang sama dengan mu."

"Tapi, mengapa tidak ada penyesalan di wajah mu?" tanya nya heran.

"Siapa bilang? Kau tau, ada banyak hal yang dapat merubah semua nya, namun tetap saja perubahan itu melalui masa lalu yang kau benci itu. Intinya kau tak bisa meninggalkan itu. Ia akan tetap abadi."

"Lantas, kau mampu berdiri setelah jatuh bahkan tersungkur?"

"Tidak, aku hanya duduk. Ya, di rumah yang telah ku ciptakan itu. Berjalan setelah itu? Tidak juga, apalagi berlari. Aku duduk di rumah itu lantas menunggu hingga aku sembuh dan membangun kembali rumah yang ku ciptakan itu walaupun masih ada sakit yang ku rasa." jawab ku sambil melihat burung menari-nari di udara.

"Bukan kah lebih baik kau pergi meninggalkan dan membangun kembali rumah yang baru?"

"Buat ku artinya sama saja. Bukan kah lebih baik kau melanjutkan apa yang sudah kau bangun sebelum nya walaupun harus sendiri? Lantas mengapa harus membangun nya lagi?"
"Hei, sudah lah. Bukankah aku bertanya sesuatu dengan mu? Apa yang membuat mu merenung lantas bercerita di bawah senja ini?" Lanjut ku bertanya.

"Ah iya. Aku hampir saja lupa"

***

22 Juni

Mentari tersenyum, membangunkan setiap insan dengan ceria melalui celah jendela di kediaman nya. Bercerita bahwa hari ini adalah hari terbaik bagi semua nya. -Mungkin, aku tidak tau.

Pukul 06.00 WIB, waktu yang tepat mentari muncul dari singgah sana nya. Sontak ia terbangun lantas melihat isi smartphone nya, tidak ada yang aneh.

"Selamat pagi, kau sudah bangun? Jangan lupa untuk mandi dan sarapan ya. Kabari aku kalau kau sedang beraktivitas. I love you"

Isi pesan singkat di pagi hari yang setiap saat ia ucapkan melalui aplikasi yang bernama Whatsapp kepada seorang wanita yang selalu ia cari layak nya keluarga nya sendiri.

Bermodalkan senyum indah dari mentari, ia berpikir sama dengan mentari lantas menganggap semua nya tak ada hal yang aneh, hanya hari-hari biasa yang ia lalui. Dengan semangat ia bangun, melakukan aktivitas yang biasa nya ia lakukan -tentu saja tidak lupa dengan kamar nya terlebih dahulu- dan menunggu balasan pesan singkat dari wanita itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PRIA DIBAWAH SENJAWhere stories live. Discover now