Bu Melani selaku guru piket hari ini sudah menunggu di gerbang bersama dengan security.
Cici bergegas berlari. Dia bangun kesiangan hari ini. Masih sekitar 500 meter lagi dia sampai disekolah, dan waktu yang dia miliki hanya sekitar 2 menit lagi sebelum gerbang benar-benar ditutup.
"Aduh, capek banget gue." Cici mengelap peluh yang mengalir dari dahinya.
Dia masih berlari sekuat tenaganya. Waktu sudah sangat mepet sekali saat ini. Cici tidak pernah datang ke sekolah dengan terburu-buru seperti ini. Apalagi sampai terlambat. Dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri kalau dia terlambat.
Tetapi, saat ini dia tidak bisa memungkiri bahwa dia adalah salah satu murid yang terlambat. Lebih tepatnya, satu-satunya murid yang terlambat.
Saat dia sudah sampai di depan gerbang sekolah, tidak ada satupun murid yang terlambat. Bersih, hanya terlihat security dan Bu Melanie yang senantiasa berdiri di depan gerbang.
Dia berjalan kearah gerbang sekolah dengan perasaan takut. Saat tiga langkah lagi Cici akan sampai ke gerbang sekolah, tiba-tiba ada sebuah tangan menepuk pundaknya.
Sebelum Cici berteriak, mulutnya berhasil di bungkam oleh si pemilik tangan tadi. Ia menarik tubuh Cici ke belakang pohon besar yang berada dekat dengan gerbang sekolah.
"Siapa lo?!" Cici melepas bungkamannya dengan paksa.
"Diem elah, masih untung gue selamatin." Si pemilik tangan itu membela diri.
"Ck, selamatin apanya? Lo malah bikin masalah tau gak. Kalo ketahuan gimana? Malah makin panjang masalahnya." Cici masih kesal.
"Makanya jangan berisik biar gak ketahuan!"
Cici berdecak kesal sambil melipat kedua tangannya didepan dada dengan kesal.
"Nama gue Jimmy, lo siapa?"
"Kepo lo." Jawab Cici sekenanya.
Jimmy hanya bergumam tidak jelas. Cici masih gelisah, dia melirik jam tangannya. Sudah pukul setengah delapan, upacara sedang berlangsung sekarang dan dia masih diluar gerbang sekolah. Dia panik.
Jimmy yang melihat Cici yang gelisah dan hampir menangis langsung menarik tangan Cici menuju motornya yang terparkir di pinggir jalan.
"Mau kemana?" Tanya Cici masih tidak mengerti dengan jalan pikiran cowok satu ini.
"Bolos. Cepetan naik!"
Cici menggeleng cepat, "Gilak! Mana berani gue bolos."
"Daripada lo masuk, orang tua lo pasti pasti bakal dipanggil karena lo telat. Kalo lo bolos sekali paling cuma ditanyain kenapa gak sekolah hari ini, dan lo gak bakal di kasih surat panggilan. Pilih yang mana?"
Cici masih diam, dia masih mencerna kata-kata yang dilontarkan Jimmy. Dia masih bingung harus masuk ke sekolah atau ikutan bolos.
"Kalo ga mau sih gapapa."
"I-iya gue ikut deh." Cici langsung berjalan kearah motor Jimmy. Dia memegang pundak Jimmy saat menaiki motornya.
"Nih, pake helm. Keselamatan nomor satu." Jimmy menyodorkan helm coklat kepada Cici yang langsung dipakai.
"Jim, kita bolos mesti pake baju sekolah? Gak ganti baju dulu?"
Jimmy membuka baju putihnya dan meninggalkan kaos hitam yang masih melekat ditubuhnya. Kemudian dia menyodorkan sweater maroon miliknya kepada Cici.
YOU ARE READING
AURORA♕[ON GOING]
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM BACA!!!⚠️ Takdir memang suka bermain dengan kehidupan, seperti takdir Cici yang bertemu kembali dengan Divo diwaktu yang tidak disangka. Mereka kembali bertemu dan masih dihantui oleh masa lalu yang kelam. Divo berusaha mencari seb...
♕Eleven♕
Start from the beginning
![AURORA♕[ON GOING]](https://img.wattpad.com/cover/60544432-64-k75216.jpg)