2. 4 Hari, 4 Cerita, 4 Jiwa - Windland

32 5 2
                                    


      Sajian yang dihidangkan oleh mesin bar milik Jack ini berakhir dengan rasa yang tidak terlalu buruk dimulut Ore Rui. Untuk ukuran makanan yang dihasilkan oleh sebuah mesin, rasa yang dihasilkan cukup untuk memuaskan lidah dan tentunya perut juga. Ditambah dengan penampilan makanannya di atas piring yang sangat cantik untuk dipandang mata. Makanan yang dihidangkan semakin membuat perut lapar karena penampilannya. Secara tidak langsung, penampilannya membuat makanan tersebut jadi semakin memiliki nilai lebih untuk cita rasanya di mulut. Entah karena faktanya makanan itu memang terasa lezat atau hanya karena perut Ore Rui yang terlalu lapar dan kosong sehingga rasa makanan tersebut tidak menjadi sebuah persoalan dan tetap terasa lezat.

      Selama Ore menyantap makanannya, Jack si lelaki paruh baya itu terus berbicara tanpa henti didepan layar tabletnya, mengomentari setiap artikel berita yang dia baca. Membuat Ore yang sedang menyantap makanannya tahu apa yang sedang dibacanya. Jack memang benar-benar senang berbicara. Ore terlalu sibuk dengan makanannya untuk menanggapi setiap ucapannya dan benar-benar tidak memedulikannya.

       Merasakan keberadaan Jack yang sekarang sudah ada dihadapannya, Ore berhenti mengunyah dan menelan makanan yang ada di dalam mulutnya segera. Merasa terganggu di tengah santapannya, Ore memutuskan untuk mengangkat kepalanya.

       "Tarzan, sekarang beri tahu aku, bagaimana caranya kamu bisa bertahan di Zona 3 ini tanpa memakai pakaian sehelai pun? Atau kamu terlalu bodoh membiarkan angin dari badai mengoyak dirimu dari luar dan dalam?" Jack bertanya keheranan, raut wajahnya sangat menunjukkannya.

       "Kamu bertanya, atau sedang bersiap untuk menciumku, Jack?" Tidak berniat untuk menjawab, Ore hanya menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Jack kepadanya dengan jawaban lain. Nada bicaranya sangat datar. Mata Ore menatap Jack dengan tajam. Wajah Jack hanya berjarak sejengkal dari wajahnya. Jika kursi tempat Ore duduk lebih dekat dengan meja bar, mungkin saja bibir mereka akan saling bertemu. Sangat tidak dapat dibayangkan.

       "Ore. Ore Rui. Berhenti memanggilku dengan tarzan." Melanjutkan perkataannya sembari memberikan jarak antara wajahnya dengan wajah Jack. Ore tahu dengan sebutan apa orang-orang biasa memanggilnya. Ore memutuskan untuk memberikan namanya kepada Jack, dengan alasan dia lelah mendengar Jack memanggilnya dengan sebutan "Tarzan" hanya karena penampilannya tanpa busana saat sampai di bar ini. Tidak menjawab pertanyaan Jack, Ore kembali berurusan dengan makanannya.

      "Sekarang kamu berbicara," Ucap Jack dengan nada meledek. Jack kembali duduk di kursinya, kembali bermain dengan tabletnya. "Setidaknya aku tahu kamu mendengarkanku, nak." Kepala Jack mengangguk-ngangguk puas sambil tertawa karena berhasil membuat Ore akhirnya berbicara.

       Ore telah menghabiskan makanannya. Bunyi di perutnya sekarang sudah hilang. Seakan mengetahui Ore sudah menyelesaikan makanannya, mesin bar itu secara otomatis menelan piring kotor dihadapan Ore. Meja itu kembali bersih. Ore mengelap sudut-sudut bibirnya menggunakan tisu yang telah tersedia usai menyantap makanannya. Ore masih mendengar Jack terus berbicara, mengomentari segala hal yang dia baca dari tablet tembus pandangnya.

       "Kapan kamu akan mulai berhenti untuk berbicara, Jack?" Ucap Ore ketus karena lelah mendengar segala komentar yang diberikannya terhadap setiap berita yang bahkan Ore benar-benar tidak peduli pada isi dari berita yang dibacanya. Sudah tiga puluh menit Jack berbicara sampai Ore menyelesaikan makanannya dan sampai sekarang dia masih belum memutuskan untuk berhenti berbicara. Jack tidak pernah lelah berbicara.

       Jack kembali tertawa. Kali ini tawanya terdengar lebih puas dibandingkan dengan sebelumnya. Jack senang akhirnya dia berhasil membuat Ore memulai percakapan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bingkisan untuk SemestaWhere stories live. Discover now