"Sarah mau rasa strawberry. Nggak mau rasa tiramisu lagi."

"Iya. Insyaallah nanti Papa belikan. Mau berapa?"

"Dua aja. Satu buat Sarah satu lagi buat Petang."

"Memangnya Petang suka rasa strawberry?"

"Apa yang Sarah suka pasti Petang suka."

Lamunan Sarah tentang masa lalu terhenti saat dia mendengar tangisan seorang bayi yang menangis kencang di dalam gendongan Ibunya yang terlihat pucat. Sepertinya si ibu kelelahan karena harus terus-terusan berusaha menenangkan bayinya yang rewel. Perlahan Sarah beranjak dari duduknya. Dia hampiri ibu itu yang kebetulan duduk tak jauh dari tempatnya duduk.

"Bolehkah saya membantu ibu untuk menenangkannya?" tanya Sarah meminta ijin.

Si ibu menatap Sarah dengan tatapan kebingungan.

"Saya ingin membantu untuk menenangkannya."

"Tidak usah mbak," ucap si ibu menolak. Namun, ketika si bayi semakin kencang tangisnya akhirnya si ibu mengijinkan Sarah untuk menenangkannya.

Sarah menggendong bayi itu dengan sangat hati-hati sambil menyenandungkan sebuah shalawat dengan suara pelan. Namun masih dapat di dengar oleh Petang. Ini kali pertama bagi Petang melihat Sarah menggendong bayi. Sarah tidak suka anak kecil apalagi bayi karena menurut dia anak kecil terutama bayi hanya bisa menangis, namun sepertinya sekarang Sarah telah membuang rasa tidak suka itu. Dan inipun kali pertama bagi Petang mendengar Sarah menyenandungkan sebuah shalawat padahal biasanya lagu Korea yang selalu Sarah senandungkan. Sarahnya benar-benar telah berubah.

Sarahnya? Kata itu menggelitik hatinya.

"Lo udah cocok jadi ibu," ucap Petang pada Sarah yang masih berusaha untuk menenangkan bayi yang kini dalam gendongannya.

Sarah hanya menimpali ucapan Petang dengan senyum tipis.

"Gue tahu ini bukan waktu yang tepat tapi gue pengen ngasih tahu lo sekarang juga."

Dahi Sarah mengerut bingung, "Ngasih tahu apa?"

"Gue udah ketemu sama seseorang yang bakal gue jadiin istri."

Mata Sarah membulat sempurna. Dia menatap Petang dengan tatapan tidak percaya, "Jangan bercanda."

"Gue nggak bercanda. Gue rasa gue cinta sama dia dan bodohnya gue baru sadar itu sekarang."

Sarah mengedarkan pandangannya. Menatap ke sekitar, "Apa dia yang mau kamu jadiin calon istri ada disini?"

Petang mengangguk.

"Yang mana orangnya?" tanya Sarah penasaran. Dia kembali menatap ke sekitar. Bayi yang ada di dalam gendongannya sudah mulai tenang namun anehnya hatinya yang tiba-tiba terasa tidak tenang saat tahu kalau ternyata Petang telah memiliki calon istri.

"Yang pake ghamis warna abu-abu sekarang dia lagi gendong bayi."

"Gendong bayi? Dia janda? Kamu mau nikah sama janda?" tanya Sarah tidak percaya seraya terus mencari keberadaan wanita yang Petang maksud. Pake ghamis warna abu-abu gendong bayi. Ada wanita yang sedang gendong bayi tapi ghamisnya berwarna kuning bukan abu-abu, "Yang mana sih orangnya? Kok kamu tiba-tiba mau jadiin dia istri kamu? Emang kamu udah kenal sama dia?"

"Aku udah kenal sama dia dari aku masih kecil."

Dahi Sarah semakin berkerut, "Siapa namanya?"

"Sarah," ucap Petang sambil tersenyum geli saat melihat wajah Sarah yang shock.

"Nggak lucu," gerutu Sarah sambil menatap marah pada Petang.

"Aku memang nggak niat buat ngelucu. Aku mau kamu jadi istri aku. Maaf kalau cara ngelamar aku nggak romantis."

Mata Sarah mengerjap bingung.

"Gimana? Kamu terima nggak lamaran aku?"

"Aa..aku.. aku nggak percaya sama apa yang kamu bilang."

"Apa yang harus aku lakuin agar kamu percaya?"

Sarah tidak bisa menjawab pertanyaan Petang. Apa yang Petang utarakan benar-benar membuatnya kaget dan bingung.

Karena Sarah tidak memberikan tanggapan akhirnya Petang berinisiatif untuk menghubungi Ari. Petang sengaja menglospeker panggilannya pada Ari dan di panggilan itu Petang mengutarakan niatnya untuk meminang Sarah.

"Gimana sekarang kamu percayakan kalau aku serius?"

"Apa kamu ngelamar aku karena kamu ngerasa kasihan sama aku yang sekarang udah nggak punya Ayah?"

Petang menggeleng tegas, "Bukan itu."

"Terus karena apa? Kita udah sahabatan dari kecil dan aku yakin kamu nggak mungkin cinta sama aku."

"Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini. Aku cinta sama kamu dan aku mau kamu jadi istri aku. Titik nggak bisa ditawar."

"Kok gitu sih?" Gerutu Sarah, "Udah nggak romantis maksa lagi. Emang kamu kira aku bakal nerima lamaran kamu?"

"Seratus persen yakin. Kamu pasti bakal nerima lamaran aku."

"Kata siapa?"

"Kata aku barusan," Jawab Petang asal sambil tersenyum lebar, "Nikah itu ibadah semakin cepat semakin bagus. Kita nikahnya akhir bulan ini yah."

"PETANG!!! AKU NGGAK MAU!!!" tanpa sadar Sarah berteriak hingga bayi yang ada di dalam gendongannya kembali menangis.

S E L E S A I





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 13, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SarahWhere stories live. Discover now