2

12.6K 1.7K 119
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Dua mangkok mie dengan rasa yang berbeda sudah tersaji di atas meja ruang tamu. Sarah dan Petang pun sudah duduk manis di atas karpet. Tidak duduk di sofa karena bila duduk di sofa kenikmatan memakan mie ala-ala warung lesehan tidak akan terasa. Mie masih sangat panas oleh karena itu keduanya masih belum berani untuk melahapnya. Mereka tidak ingin lidah mereka melepuh.

"Sampai sekarang gue masih aneh. Orang Korea kok pada kuat yah makan-makanan panas. Lidah mereka apa nggak ngelepuh?" Sarah membuka pembicaraan.

Pertengkaran tentang kriteria jodoh sepertinya telah dilupakan.

"Mana gue tahu. Gue kan bukan orang Korea," jawab Petang seadanya. Matanya sepenuhnya tercurah pada layar televisi yang tengah menayangkan sinetron, "Lo pasti korban sinetron ini."

"Apa?" tanya Sarah kebingungan.

"Lo nganggap gue meninggal terus jadi arwah gentayangan pasti gara-gara sinetron ini."

Sarah langsung menatap televisi dan tak lama tawanya langsung pecah, "Iya. Gara-gara sinetron ini. Kok lo tahu sih?"

"Riska."

"Siapa Riska?"

"Pramugari di maskapai tempat gue kerja. Dia suka cerita tentang sinetron ini. Kisahnya tentang si cowok yang meninggal pas mau ngelamar pacarnya. Dan akhirnya si cowok itu gentayangan. Iya kan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Petang, Sarah malah balik bertanya, "Si Riska ceritain sinetron ini ke lo?"

"Bukanlah. Nggak ada kerjaan banget gue nyimak cerita macam gituan. Gue nggak sengaja denger pas dia cerita sambil nunjuk-nunjuk ke arah tv yang ada di ruang tunggu."

"Oh."

Keduanya mulai melahap mie yang sudah tak panas lagi sambil melanjutkan pembicaraan tentang makhluk gentayangan.

"Jadi nggak mungkin yah orang yang meninggal jadi hantu?"

"Nggak. Yang jadi hantu itu setan. Dan niat setan datang dalam wujud menyerupai manusia yang udah meninggal itu agar terjadi fitnah. Itu yang disebut fitnah kubur. Membicarakan orang yang sudah meninggal gara-gara jadi hantu. Padahal nyatanya nggak ada orang meninggal jadi hantu," ucap Petang disela kegiatannya melahap mie.

Setelah pembahasan tentang hantu selesai, pembicaraan keduanya kembali ke masalah tentang jodoh. Namun yang dibicarakan sekarang bukan jodoh untuk Sarah, namun jodoh untuk Petang.

"Gue pengen punya istri yang shalehah."

Sarah langsung tertawa, "Tumben pengen punya istri yang shalehah. Pantesan dari tadi ngomongnya tentang agama terus. Jangan-jangan lo udah punya calon yah?"

"Belum. Masih dalam tahap mencari."

"Selain shaleha. Ada kriteria lain nggak?"

"Ada. Mukanya harus enak di pandang. Jadi kalau nanti gue mandang muka dia lelah gue langsung hilang."

"Berarti istri lo harus cantik yah?"

"Nggak juga. Yang penting enak pas gue pandang."

"Kalau muka jerawatan kaya gue mana enak yah buat dipandang? Kasihan banget yah yang nanti jadi suami gue."

Petang langsung tertawa.

"Ya Allah lo tega banget sih Tang, tertawa di atas penderitaan gue," dengan membabi-buta Sarah memukuli kepala Petang dengan bantal sofa.

SarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang