1. °Hari Paling Buruk°

11K 491 3
                                    

***

Adrian tidak bisa menahan air matanya lagi, kepergian Nabila benar-benar membuat Adrian terkuka begitu dalam. Tidak berbicara apa-apa, tapi tante Sonia bisa menyaksikan bagaimana tangis Adrian yang begitu menyedihkan.

"Adrian, mamah berharap kamu bisa mengihklaskan kepergian Nabila, ya."

Adrian tidak menjawab apa-apa, matanya tertuju pada makam Nabila yang baru saja selesai ditutup. Padahal baru dua bulan yang lalu mereka menikah, menjalin hubungan suami istri yang begitu humoris, Adrian merasa menjadi laki-laki paling beruntung yang bisa menikahi Nabila. Perempuan cantik pemilik suara merdu saat bernyayi. Dia juga sangat pandai bermain piano, banyak lagu yang diciptakan untuk Adrian, sebagai ungkapan cinta dalam melody yang dimainkan. Menikah karena cinta lalu hidup bersama ingin selamanya bersama, tapi harapan Adrian seolah ditolak oleh takdir. Karena perempuan itu sudah mengingkari janjinya, dia pergi tanpa pesan terakhir, kematian secara mendadak sangat mengejutkan batin Brayen.

"Ini sudah dua bulan, kepan berita baik itu sampai ditelingaku?"

"Berita apa?" Nabila melepaskan tangan Adrian yang sejak tadi memeluk pinggangnya, lalu mengangkat kepala untuk menatap suami tercinta.

"Berita bahwa ada bayi di dalam perutmu ini."

"Oh, itu. Hihihi, tunggu nanti. Kita kan lagi sama-sama usaha. Jadi tinggal nunggu hasilnya kan?"

Adrian mengangguk, lalu mencium kening Nabila dengan lembut.

"Aku akan menunggu kabar itu, aku tidak sabar."

"Kalau kita dikasih anak, kamu mau berapa?"

"Satu saja."

"Kenapa?"

"Karena aku tidak ingin melihat kamu kesakitan saat melahirkannya. Jadi, cukup satu saja. Aku tidak akan meminta lagi."

"Tapi, aku ingin sepasang anak, perempuan dan laki-laki. Biar lengkap."

Adrian kembali tersenyum, senang mendengar pengakuan itu.

"Kalau kamu bersedia dan tidak keberatan, baiklah. Kita cukup punya dua anak saja."

Rasanya percakapan itu masih terdengar jelas di telinga Adrian. Tidak pernah terfikir kebersamaan itu hanya singkat terjalin. Adrian merasa kalau ia akan bisa menua bersama, tapi sekali lagi, itu semua hanya angan Adrian yang sudah pupus.

"Kak, aku tau kakak sedih karna kepergian kak Nabila. Tapi, aku harap kakak bisa ihklasin ini semua ya,"

"Nabila istriku. Aku tidak akan bisa melepas dia pergi."

Amel mendesah, ia tahu keterpurukan sang kakak. Untuk sekarang Amel sendiri juga belum bisa berbuat apa-apa, memaksa Adrian untuk bisa merelakan Nabila memang sangat sulit. Pria itu begitu mencintai istrinya. Kesuksesan yang Adrian dapatkan tidak lepas dari dukungan yang Nabila berikan. Perempuan itu juga menjaga hatinya selama tujuh tahun ditinggalkan, karena Adrian harus melanjutkan kuliah di luar negri, mencapai gelar hingga menapatkan S2. Komunikasi baik yang selalu Nabila berikan, lalu saran terbaik yang selalu diajukan. Setelah pulang dari luar negri, Adrian memutuskan langsung melamar Nabila. Kebersamaan yang sangat singkat yang hanya berumur dua bulan. Adrian sangat menyesal karena pernah meninggalkan Nabila.

***

"Bu, aku kasihan dengan Adrian. Dia tidak mau makan." Sonia kembali dengan hasil yang sama, meletakkan kembali nakas yang berisikan sepiring nasi dan segelas air putih. Sudah berusaha membujuk agar Adrian mau makan, tapi anak itu tidak memberikan jawaban apa-apa. Kamarnya seolah tidak berpenghuni. Orang yang di dalam hanya mengabaikannya.

K A N I AWo Geschichten leben. Entdecke jetzt