Bagian 6

1.4K 222 66
                                    

Hal pertama yang terlintas dalam pikiran Krystal ketika memasuki Belle Cosmetics adalah bahwa toko itu sangatlah nyaman untuk ukuran tempat belanja. Selain seluruh dekorasi ruangannya terlihat cantik dan feminim dengan dekorasi serba pink dan putih, pekerjanya yang kesemuanya wanita juga sangat ramah. Musik eye listening diputar untuk menemani transaksi jual-beli kosmetik, serta disediakan sofa-sofa besar dibeberapa sudut ruangan untuk memfasilitasi mereka yang sekiranya ingin mengambil jeda sejenak pada saat memilih barang.

Krystal kembali mengedarkan pandangannya, mencari letak terbaik untuk memasang segala peralatan yang telah ia siapkan. Beruntungnya ia membawa beberapa pernak-perniknya yang disemati dengan alat-alat canggih. Jangan ditanya lagi siapa yang memberinya, karena jelas jawabannya adalah para Ace, terutama Chan yang terobsesi memberikan hasil-hasil eksperimennya itu padanya.

“Ada yang bisa dibantu, Nona?” Krystal mengalihkan pandangan, melihat salah seorang pramuniaga tengah tersenyum ramah padanya. Senyum itu menyungging dari sudut ke sudut, membuatnya sedikit mempertanyakan apakah ia masuk ke tempat yang benar. Dari suasana dan keramahan yang tersaji, toko ini tidak terlihat seperti tempat untuk menyembunyikan kejahatan, atau tempat dimana kejahatan itu bermula. Apalagi para perempuan yang berkunjung kesini juga terlihat puas, baik remaja maupun wanita berkemeja, semua berlalu-lalang menyunggingkan senyum riang tanpa sedikitpun semburat keanehan.

“Apa ada cream yang bisa menghilangkan bintik hitam dipipiku?” Krystal berkata saat pramuniaga tadi tak kunjung meninggalkan sisinya. Jarinya menunjuk pipinya yang sudah di make-up sedemikian rupa hingga kelihatan lebih gelap dari kulit aslinya dan berbintik hitam seperti bekas jerawat lama.

Pramuniaga yang kira-kira berusia tak jauh diatas Krystal itu kembali memamerkan senyum mendengar permintaan calon konsumennya. Ia sudah biasa menghadapi gadis-gadis remaja yang ingin mengubah penampilan mereka hanya dengan cream wajah seolah benda itu mengandung magis dan bukannya racikan bahan kimia.

“Baiklah, mari ikut saya.” Sembari berjalan, Krystal terus mengamati sekitar. Berdasarkan film serta animasi bertema intelijen yang rajin ia tonton, pada kondisi ‘normal’ seperti inilah seorang agent maupun spy harus waspada. Karena pada dasarnya penjahat akan berusaha keras menyembunyikan keganjilan dibalik kenormalan yang ada. Namun benarkah demikian? Ataukah itu hanya rekaan yang menjelma menjadi kenyataan dibalik skenario seorang sutradara?

Entahlah. Apapun itu Krystal harus tetap waspada.

Mereka berjalan agak kesudut dimana etalase berisi jajaran tub dan jar yang ditata dengan sangat rapi berada. Mata Krystal memicing saat tak sengaja menangkap siluet dua orang gadis yang digiring masuk melewati pintu besi bertagar ‘selain pekerja dilarang masuk’ oleh salah seorang pramuniaga.

Aneh.

Krystal tahu kedua gadis itu bukanlah pekerja menilik pakaian yang mereka kenakan adalah rok sekolah dengan sweater sebagai luaran, jelas berbeda dengan seluruh pekerja toko yang semuanya menggunakan seragam berwarna pink pastel. Tetapi kenapa mereka dibawa masuk ke tempat yang hanya diperuntukkan untuk karyawan?

“Ini beberapa cream yang dapat Nona gunakan untuk membantu menghilangkan noda hitam di pipi Nona.” Kata Pramuniaga itu sambil menunjukkan tiga merk BB Cream yang sering muncul diberbagai iklan televisi.

“Pilihkan yang paling bagus untukku, Eonni.” Pinta Krystal memasang wajah grasah-grusuh layaknya abg yang terlalu bersemangat merubah penampilan upik abunya menjadi Cinderella hanya untuk menggaet pria yang diam-diam ia kagumi.

ACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang