Bagian 5

1.4K 205 57
                                    

Krystal menyusuri koridor lantai 2 gedung E sekolahnya—Halim High School—menuju ruang kelas. Raganya mungkin berjalan namun pikirannya melayang-layang. Ia masih ingat kejadian semalam dimana ia terbangun dan mencuri dengar percakapan Kai dan Oppanya yang lain. Getar ketakutan masih menguasai tubuhnya ketika mengingat kembali amarah Kai malam itu. Bagaimana beringasnya pria itu saat memperingatkan Oppanya yang lain untuk tidak melibatkan dirinya ke dalam misi.

Sejujurnya Krystal tidak pernah tau alasan mengapa Kai begitu menentang keras dirinya terlibat dalam misi Ace. Intelijen seolah menjadi teritorial terlarang untuk Krystal. Padahal sejak awal Kai menjadi agent, Krystal sangat ingin mengikuti jejaknya. Dapat membantu misi pria itu, juga mengurangi kecemasannya yang berlebihan setiap kali Kai harus menghilang demi misi.

Kemelut di kepala Krystal sedikit terganggu ketika ia merasakan langkahnya diikuti. Wajah gadis itu seketika merengut, menyadari dua cecunguk yang selalu setia mengekorinya. Padahal tadi sehabis keluar dari toilet, Krystal sudah memarahi mereka habis-habisan, tetapi rupanya dua orang itu terlalu bebal. Atau mungkin Oppa-oppanya terlalu menakutkan hingga mereka tak berani melanggar perintah.

"Sudah kubilang jangan mengikutiku!" Krystal berseru, kesal. Ia berbalik, berkacak pinggang dan menatap tajam dua laki-laki dihadapannya. Tetapi usahanya mengintimidasi dua penjaga abal-abalnya sepertinya gagal total melihat reaksi Lucas dan Chenle yang hanya meringis, memamerkan deretan gigi mereka seolah mereka sedang berada dalam iklan pasta gigi.

"Maaf, Krys tapi ini demi kelancaran uang bulanan kami dan keselamatanmu." jawab Lucas nyengir.

Chenle atau yang biasa dipanggil Lele itu mengangguk setuju, masih dengan cengiran lebar yang ingin sekali Krystal lemparkan ke kolam piranha. "Betul betul betul, Noona."

Ouch! Krsytal bersumpah sesampainya dirumah nanti ia akan melayangkan protesnya kepada Oppa-oppanya. Mengapa mereka harus mempekerjakan teman seangkatannya sebagai penjaga yang mengekorinya kemana-mana! Seolah ia adalah bayi besar yang tak sanggup menjaga dirinya sendiri. Itu memang benar, Krys. Kau bahkan dikeroyok delapan orang pembencimu beberapa minggu yang lalu. Gadis itu mendengus, memprotes dewi batinnya yang tak sejalan dengan pemikirannya.

"Kalian benar-benar serius ingin menjagaku?"

Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Lucas dan Lele mengangguk serentak. Biarpun tampang mereka meragukan dan tingkah mereka serba pecicilan namun mereka benar-benar serius ingin mempertahankan perkerjaan paruh waktu mereka sebagai penjaga Krystal. Bagaiamanapun, gaji yang mereka dapatkan lumayan besar hingga mereka tak perlu khwatir lagi mengenai biaya pendidikan mereka di masa depan. Seminggu lalu mereka benar-benar kecolongan besar. Namun mereka bisa apa ketika pengeroyokan itu ternyata sudah direncanakan dengan sangat matang, di tempat yang tak terjangkau oleh mereka. Delapan orang gadis sengaja berlama-lama di toilet sampai Krystal masuk dan mereka mulai menyerangnya.

Awalnya Lucas dan Lele juga tidak tahu mengapa Krystal harus dijaga sedemikian rupa. Setahu mereka gadis itu bukan anak pejabat maupun putri konglomerat yang harus dijaga ekstra ketat. Tetapi setelah mereka diterima sebagai penjaga Krystal melalui seleksi ekstra ketat—dan setelah Kai meyakinkan mereka bahwa pekerjaannya penuh misi berbahaya (dalam hal ini, Kai membebaskan Lucas dan Lele menebak-nebak sendiri pekerjaannya tanpa membongkar identitasnya)—akhirnya mereka tahu sedikit alasan yang membuat gadis itu butuh penjagaan dan pengawasan. Kai menjelaskan Krystal butuh penjagaan karena musuhnya tersebar dimana-mana, dan gadis itu sering ketakutan dalam keadaan tertentu.

Sesungguhnya tugas mereka pun sederhana. Menjaga Krystal selama di sekolah dan melaporkan keadaannya setiap 30 menit sekali pada Kai maupun Oppa Krystal yang lain. Kecuali dalam kasus emergency, mereka diwajibkan untuk segera lapor.

"Kalau begitu...bisakah kalian membantuku?" tanya Krystal sedikit merajuk, menampilkan senyum terbaiknya yang paling menawan.

Lucas menautkan alisnya penuh curiga. Tadi marah-marah, sekarang beramah tamah bahkan sampai mengumbar senyum selebar itu. Ia melirik Lele yang reaksinya tak kalah bingung darinya.

"Apa?" dan kali ini, ketika senyum Krystal enggan pudar, Lucas sadar bahwa gadis di depannya tak sedang tersenyum melainkan menyeringai dengan begitu halus. Yang entah mengapa terasa begitu membahayakan.

Krystal tersenyum puas melihat hasil kerja Lucas dan Lele. Dua manusia itu bisa juga dimanfaatkan demi kelancaran aksi nekatnya kali ini. Diamatinya dengan penuh kekaguman sosok yang terpantul dalam kaca di depannya. Seorang gadis kumal dengan kulit kusam lengkap dengan bintik-bintik hitam diseputar pipinya. Kacamata bulat sebesar cawan tergantung rapi diatas hidungnya. Rambutnya dikepang asal menjadi dua bagian, sedangkan pakaian yang membalutnya cukup elegan—dress flowery warna biru langit yang panjangnya hanya mencapai lutut.

"Kau mengerikan, Noona." Komentar Lele begitu melihat penampilan baru Krystal. Dia tak habis pikir kenapa angsa cantik harus bersusah payah mengubah penampilannya menjadi bebek buruk rupa seperti itu. Padahal tadi dipikirannya Krystal akan meminta tolong untuk sesuatu yang sukar dilakukan agar ia dan Lucas tak membuntutinya lagi. Tetapi rupanya gadis itu terlalu unik untuk bisa ditebak. Ia meminta dirinya dan Lucas membelikan baju, kaca mata, serta membayari biaya rias salon yang sangat menunjang penampilan buruk rupannya.

"Apa kau juga menjalankan misi berbahaya seperti Kakakmu?" Pertanyaan Lucas sontak membuat Krystal tercekat. Ia melirik laki-laki itu singkat, sebelum terfokus kembali pada bayangannya dalam cermin.

Lele menjitak kepala Lucas, "Kau bodoh atau apa? Mana mungkin Hyungdeul menyuruh gadis kesayangan mereka untuk melakoni hal membahayakan macam itu. Apalagi Kai Hyung, auhh" laki-laki imut itu begidik ngeri, mengusap kedua lengannya seolah tatapan dingin Kai yang berada dalam bayangannya sanggup membekukan tubuhnya.

Krystal berdehem pelan. "Berhenti berdebat untuk hal tak penting. Hari ini aku ada les. Aku berpenampilan seperti ini agar para laki-laki tak menggangguku. Kalian pasti ingat banyak teman lesku yang membenciku karena pacar mereka beralih menyukaiku." Katanya seraya tersenyum kecut demi menyempurnakan aktingnya. Ia pastikan kedua laki-laki itu akan percaya pada aktingnya kali ini. Lagipula apa yang dikatakannya tak sepenuhnya bohong dan dua laki-laki itu jelas sudah melihat realitanya mengingat merekalah yang melaporkan kejadian keroyokan massal itu pada Kai.

"Susah sekali menjadi orang cantik." kata Lele simpatik.

"Kalian pulanglah, tempat lesku ada disebelah salon ini jadi kalian tak perlu mengawalku."

Lucas termenung cukup lama, menimang apakah ia harus menuruti kemauan Krystal atau mengikuti kata hatinya. Pada akhirnya ia hanya bisa menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah begitu mendapat pesan dari salah seorang teman sekelompoknya yang mengancamnya untuk segera datang mengerjakan tugas mereka. TIDAK DATANG TIDAK AKAN ADA NAMAMU DALAM PAPER! Begitulah N.B dari pesan ancaman itu, membuat Lucas yang biasa absen jika ada tugas kelompok merunduk patuh pada titah dalam pesan mengerikan itu.

"Jaga dirimu baik-baik, Krys." Ujar Lucas sebelum keluar dari salon diikuti Lele yang berjalan dibelakangnya.

"Bye Noona."

Krystal mengangguk. Begitu mereka menghilang dari pandangan matanya, gadis itu menghembuskan nafas lega. Ia bersyukur alasannya sanggup diterima oleh akal. Ugh, tak sia-sia ia dulu sering melihat pelatihan Oppanya. Setidaknya ia memiliki kecerdasan yang cukup mumpuni walaupun ia tak pandai berkelahi.

"Sekarang aku siap. Semangat Krystal!" serunya dalam hati, menyemangati diri sendiri.

TBC

Teruntuk Ksal yang dengan sabar nagih cerita ini tiap ada kesempatan

ACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang