"Pria di sini lebih menarik dari dirimu."

"Mereka tidak memperhatikanmu," kata Victor terang-terangan, banyak sekali pria menatap badan gadis ini terutama bagian dada dan punggung.

"Kau memakai baju dengan punggung terbuka."

"Terserah," katanya memutar bola mata, dan sontak cengkraman di pinggang Juliet mengencang membuat jarak mereka semakin merapat.

"Jangan memutar bola matamu," katanya tajam.

Momen mereka itu tidak disia-siakan oleh wartawan dengan mengabadikan kejadian sangat langka.

Seorang miliarder sedang menggandeng wanita cantik di pesta peresmian suatu perusahaan besar di dunia, sangatlah menakjubkan karena sebelumnya pria itu tidak pernah menggandeng wanita lain.

"Kau tidak tersenyum."

"Aku tidak suka tersenyum untuk orang lain," katanya singkat sampai Victor dihampiri oleh sebuah host acara televisi.

Memang pesta peresmian Axton Company sangatlah meriah seperti artis Hollywood saja. Dan masuk beberapa siaran Amerika juga luar negeri, karena hanya perusahaan inilah yang kabarnya selalu ditunggu-tunggu seluruh dunia.

"Dan di sini kita bertemu seorang pembisnis hebat, Victor Melvin Dwight," kata host nya.

"Dia sangat menjijikkan," gumam Victor pelan.

"Sangat mengejutkan untuk malam ini, dunia akan terguncang saat kau membawa wanita cantik ini. Jika boleh tahu siapakah Nona yang sedang bersama Anda?" tanya hostnya kepada Victor tanpa memberi senyuman sedikitpun.

Saatnya memberitahu dunia akan sebuah kepalsuan.

"She's my grilfriend, she's mine."

***


Pesta sangat meriah, di dalamnya banyak orang penting dan terpandang. Di ujung sana terlihat keluarganya sedang berkumpul, ayahnya, paman, dan saudara.

Juliet merasa sendirian, Victor telah bergabung dengan yang lain dan menelantarkannya. Di sini, dekat kolam renang Juliet hanya diam mengaduk-ngaduk wine di tangannya.

Bahkan keluarganya sendiri tidak menghampiri Juliet, sungguh malang nasibnya malam ini.

"Juliet," panggil seseorang membuat dirinya menoleh, dan terkejut.

"Jordan," panggil Juliet dengan nada yang terkesan senang dan rasa bercampur aduk.

"Sedang apa kau dipesta ini? Bersama siapa?" tanya Jordan duduk di samping Juliet.

Keduanya terlihat sangat canggung. Kaku, layaknya orang pertama kali kenal dan saling menyapa. Padahal mereka sudah kenal sangat lama, lama sekali.

"Aku bersama seseorang," jawab Juliet tersenyum manis. "Apakah kau tinggal di Seattle?" tanyanya.

"Iya, beberapa bulan ke depan aku akan kembali ke New York," katanya tersenyum manis, sangat manis.

Mereka saling memandang satu sama lain, seolah tatapan itu menyalurkan rasa yang sulit diartikan dan hanya mereka yang mampu merasakan semua.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Jordan kembali.

"Baik," gumam Juliet dengan mengernyitkan kening.

Tangannya mengusap kedua bahunya yang memang memakai gaun terbuka. Sial, dia lupa jika musim dingin telah merajalela di kota ini, seharusnya dia menyiapkan mantel hangat.

"Lebih baik kita ke dalam."

Jordan mengulurkan tangannya kepada Juliet dan dia menerima uluran itu. Keduanya masuk ke dalam ballroom sebuah hotel mewah, terdengar musik klasik mengalun indah.

"Do you want play dance with me?" tanya Jordan sedikit membungkuk. "Ayolah, sebelum kita berpisah."

"Tentu saja," kata Juliet, lagipula di sini tidak ada media dan hal-hal mencurigakan.

Jadi tidak ada yang curiga jika dirinya berdansa dengan pria lain selain Victor, berita hubungan mereka akan tersebar nanti besok pagi mungkin.

Jordan meraih pinggang Juliet mesra, begitu juga Juliet yang melingkarkan tangannya ke leher pria itu. Mereka berdansa menikmati musik dan larut akan kebersamaan, seolah hanya ada mereka berdua di dalam ruangan mewah tersebut.

Tanpa Juliet tahu jika Victor tengah memandang keduanya, pria itu mencari-cari Juliet yang ternyata bersama Jordan. Sepupu dekatnya.

Victor memperhatikan mereka di ujung sana, melihat setiap detik Juliet mampu tersenyum lebar kepada pria lain, apakah gadis itu lupa jika dia tidak sendirian ke pesta ini?

"Kau masih kaku untuk berdansa ternyata," kata Jordan menempelkan keningnya dengan Juliet yang terlihat gugup dan bersemu merah.

"Kau sangat menggemaskan," bisik Jordan mesra.

"Kau membuatku gugup," lirih Juliet tertunduk malu.

"Angkat kepalamu, kau tahu mahkotamu akan jatuh nantinya."

Juliet terkekeh mendengar lelucon Jordan yang selalu dia ucapkan dari dulu dan belum berubah. Jordan yang melihat lengkungan indah di wajah Juliet diam kaku, dan jantungnya berdegup kencang.

"I miss you," lirih Jordan tiba-tiba.

Senyuman itu berhenti terbit mendengar ungkapan penuh perasaan dari pria yang sedang di dalam pelukannya. "Ini terlalu cepat, i know. Butuh lima detik untuk mencintaimu, namun butuh waktu lama jika harus melupakan dirimu. Bohong jika aku tidak memikirkanmu di sini. Seattle hanya pelarianku melupakanmu."

Tangannya yang memeluk pinggang Juliet kini beralih menangkup kedua pipinya, memandang perempuan yang telah bersemayam dalam hatinya.

Perempuan yang sudah ada tertanam dan sulit untuk dilupakan, sehebat apapun dia pergi tetap Juliet akan mengikuti langkahnya. Bayangan kenangan itu sangat jelas di antara mereka.

"Do you miss me back?" tanya Jordan lirih.

Belum juga Juliet menjawab tubuhnya telah ditarik paksa, dan sebuah tangan kekar sedang merengkuhnya erat. Seseorang itu adalah Victor Melvin.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jordan kepada sepupunya sendiri.

Dia merasa tidak suka ada orang lain mengganggu momennya, dan perlakuan Victor tadi sangat tidak sopan, menarik Juliet dan memeluk pinggangnya erat. Seolah memberi peringatan tanda kepemilikannya.

"Jangan dekati milikku," kata Victor dengan menatap dalam Juliet. "She's mine."

"And don't forget, she's my ex grilfriend," timpal Jordan tidak ingin kalah. Sontak pengakuan itu sangatlah mengejutkan, ada fakta jika dirinya bukanlah pria pertama bagi Juliet.

***

Jangan lupa untuk vote dan komentar nya.

See you...

© DESSCHYA

Instagram: @desy.yyy

Entangled with The Jerk [AXTON'S SERIES 3]Where stories live. Discover now