Chapter 1 - Shinobi Coffee

59 14 25
                                    


Indonesia, Februari 2018

Shinobi Coffee


Hai. Namaku Alvi, lengkapnya Alvi Pravidian. Umurku 20 tahun lebih empat bulan, dan masih single. Oke, abaikan. Sebaiknya kalian jangan terlalu banyak bertanya, karena aku sedang sangat sibuk. Yap, sore ini pengunjung sangat ramai karena sudah memasuki weekend.

Tanganku terus bergulat dengan ketel, air panas serta bubuk hitam yang memiliki aroma yang menyegarkan, menyeduhnya cangkir demi cangkir untuk dapat memuaskan para pelaggan.

Bukankah sudah kubilang untuk jangan bertanya?

Baiklah, cairan hitam ini namanya kopi, ingat yah K-O-P-I. Sudah menjadi tugasku untuk meracik ramuan hitam ini agar dapat menghasilkan berbagai macam rasa yang terkandung di dalamnya.

Oh, Bukan. Ini bukan bubuk kopi dalam kemasan bermerek kereta api tenggelam itu. Kalian bisa melihat jajaran biji kopi hitam di belakangku? biji-biji itulah yang sedang kuseduh, jadi kopi yang saya suguhkan ini 100% biji kopi asli dengan segala kandungannya.

Kalian bertanya apa yang sedang kulakukan? Oh, ayolah. Tugasku di Kedai Kopi ini adalah sebagai penyeduh kopi, atau lebih kerennya disebut Barista. Berbeda dengan Bertender, Barista di-spesifik-kan untuk jenis minuman atau seduhan kopi.

Apa kalian sedang berfikir untuk menjadi seorang Barista?

Sebaiknya jangan! Jadi Barista itu gak segampang yang kalian lihat. Hidup kalian akan selalu berkecimpung dengan kopi, kopi, dan kopi. Biji hitam ini sangat misterius. Jadi, jika kalian memiliki niat seperti itu sebaiknya mundur dari sekarang. Jadi Barista itu berat, biar aku aja.

Oke, ini pertanyaan terakhir. Karena masih ada delapan cangkir yang menunggu untuk kuisi dan diantarkan pada pelanggan.

Kenapa harus repot-repot menyeduh kopi dengan berbagai macam suhu dan alat yang banyak jenisnya? Padahal tinggal memasukan bubuk kopi kedalam gelas dan tuang air panas. Bahkan sampai ada spesialisasi profesi segala.

Emang repot sih, dan daripada kalian terus bertanya. Nih! Cobalah kopi buatanku. 

Gimana? Apa yang kalian rasakan? Asam? Manis? Ada rasa buah mangga? Pisang? Sedikit rasa teh melati? Dark chocolate? Itulah mengerikannya kopi.

Dalam biji kopi ini terkandung berbagai macam rasa, tak hanya pahit. Tentu saja biji-biji kopi ini aku dapatkan dari berbagai macam daerah di Indonesia, bahkan dari Luar Negeri. Tiap daerah yang menanam biji kopi ini memiliki karakteristik rasa masing-masing, dan berbagai macam alat seduh dan ratusan teknik yang kupelajari adalah untuk menarik cita rasa sesungguhnya yang tersembunyi dalam biji berwarna hitam ini. Menarik bukan? Inilah yang membuat kopi menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia saat ini.

Sudahlah, jangan terlalu banyak bertanya. Nikmati kopimu, nanti kalian juga mengerti. So, enjoy your coffee time.

Oh iya, hati-hati dengan kepalamu. Jangan lakukan gerakan mendadak, sebelum ..

Tak!

"Fyuh, hampir saja."

Inilah alasan saya tidak mengizinkan kalian untuk tidak duduk lama-lama di meja bar. Terlalu berbahaya.

Seperti namanya, Shinobi Coffee. Kedai kopi ini mengusung tema ninja yang terkenal di Jepang pada zaman Edo. Mulai dari design interior yang dibuat menyerupai rumah jepang zaman dulu, hingga seragam para karyawan disini yang menggunakan Shozoko atau baju ninja yang sering kalian lihat di film-film, tentunya tanpa penutup kepala.

Kegilaan owner kami dengan yang namanya ninja tak hanya sampai disitu. Dia sampai memasukan beberapa tatacara ninja pada SOP (Standar Operasional). Seperti bergerak cepat, lincah dan tanpa suara sampai teknik memberi tahukan saat ada pesanan masuk. Seperti ini.

Tak!

Nah, ini yang dilempar adalah pisau sungguhan. Meski hanya bagian ujungnya saja yang tajam tapi tetap berbahaya. Pada bagian ujung pisau ini ada gulungan kertas yang menggatung dan ini adalah tanda ada pesanan masuk dari pelanggan. Cukup mengerikan bukan? Tapi, ini adalah salah satu daya tarik dari kedai kami. Tentunya para Waitress-nya juga gak sembarangan, mereka sudah dilatih untuk melempar tepat sasaran.

Tak! Tak!

"Weits, santai dong Re."

"Udah cepetan! Lagi rame nih."

Buset dah, Rere galak banget. Sepertinya dia sedang dalam masa sensitifnya para wanita. Rere itu salah satu Front Linner kami, dia biasanya gak segalak itu. anggota Front Linner lainnya ada Teguh, Rosi, dan Aldo.

Dibalik meja bar ada aku sebagai Barista utama dan asisten imutku Nadila, dia cukup pendiam orangnya. Penjaga mesin kasir sekaligus manajer kita diisi oleh Kak Rubi, lelaki cool dengan kharisma tinggi. Namun sayang seribu sayang, dia masih jomblo.

Dan untuk bagian dapur, para chef gila kita ada Ray, Dony, dan Arfa. STOP! Kalian jangan masuk kesana. Dapur saat jam ramai adalah tempat yang sangat berbahaya. Pisau beterbangan, dan mayat-mayat sisa masakan berserakan dimana-mana. Sebaiknya kalian jangan masuk, demi keselamatan nyawa kalian.

Baiklah, cukup perkenalan dari tim kami. Silahkan tim lawan memperkenalkan diri. Haha.

Malam semakin larut, dan para pelanggan pun sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Waktu sekarang menunjukan jam sepuluh malam. Kedai kami pun mulai sepi karena sebagian pengunjung sudah kembali ke peraduannya masing-masing.

Akhirnya aku bisa duduk dengan santai. Me-relax-kan badanku yang sudah lelah, sambil menanggapi obrolan-obrolan para penghuni terakhir. Yap, mereka adalah para Regular Member di Shinobi Coffee ini, mereka biasanya menemani kami di jam-jam terakhir hingga tutup. Merekalah pelanggan paling setia.

Ditengah obrolan kami, salah satu orang yang sedang memainkan ponsel pintarnya berseru, "Oi, kalian udah tau berita ini?"

"Emang berita apa?" sahut salah seorang disebelahnya.

Diapun menunjukan ponsel pintarnya pada kami.

"JKT 48 kehilangan salah seorang membernya yang sangat terkenal, dia menyatakan diri untuk graduate dan membantu management dari balik layar. Emang kenapa sama JKT 48?"

"Eh maaf, salah berita."

"Yeeh, Wota Akut!"

"Iya maapin. Nih yang ini!" diapun kembali menunjukan layar ponselnya pada kami.

"Kecelakaan di Gunung Puntang. Sebuah mobil menabrak tebing dan meluncur bebas menuruni jurang yang curam. Diduga pengemudi mobil itu sedang mengantuk dan tertidur saat mengendarai mobil tersebut dengan kecepatan tinggi." kira-kira begitulah isi beritanya.

"Wow, Gunung Puntang itu tempat Kebun Kopi yang terkenal itu kan? Kok bisa sih? Terus nasib kopi disana gimana?" seruku antusias.

"Lah? Malah nanyain kopi?" sanggah salah seorang penghuni terakhir.

"Iya lah! Kan kasihan mereka(kopi) kalo sampai kena imbasnya," jawabku cepat.

"Ck. Gak tau juga sih nasib kopi-kopi lu gimana. Samperin gih!"

"Iya, nanti gue video call mereka."

Obrolan kamipun terus berlanjut hingga larut malam. hingga papan 'Close' memisahkan kebersamaan kami.

Aku? Tentu saja kembali ke rumahku. Mengistirahatkan tubuhku yang sudah lelah, letih, lunglai dan apa lagi ya? Itulah.

 Sampai besok.





*=*

TBC

Caffeine Knight ALPA Ft. Profesor FrikOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz