Chapter 18 - Empat Ekor Macan

2 0 0
                                    

Indonesia, Juni 2018

Shuffle Coffee



Selamat pagi kawan-kawanku. Udah kenal kan sama aku? Yaudah gausah kenalan lagi. Sekarang aku sedang bergulat dengan ketel dan kopi beserta segala tektek bengeknya. Menyeduh cangkir demi cangkir yang jumlahnya ratusan. Berapa lapis? Ribuan. Hahaha

Kali ini aku sedang dalam acara Charity Event di Shuffle Coffee. Menyeduh gelas demi gelas untuk para pengunjung yang akan menukarkan barang-barang yang tak terpakainya dengan segelas kopi hasil seduhanku. By the way, aku tak sendiri. Aku dipasangkan dengan ... ehem ... calon masa depanku, Manda.

Tadinya aku hanya akan berkunjung untuk melihat-lihat saja, sedikit berpartisipasi dengan membawa beberapa bajuku yang sudah tak terpakai. Tapi, saat masuk aku melihat acaranya sangat ramai dengan pengunjung yang bejibun. Disaat itulah aku melihat ... ehem ... calon masa depanku sedang kesusahan dengan pesanan yang gak ketulungan jumlahnya. Gak tega dong. Jadi aku minta izin sama Frans untuk membantu di balik bar.

Bukannya disambut dengan baik, malah kena sambar gulungan majalah. Huft. Tapi ya, tetap aja aku masuk ke balik meja bar dan membantu ... ehem ... calon masa depanku yang terlihat kerepotan.

Diluar dugaan, kerja samaku dengan Manda menghasilkan sebuah kerja tim yang sangat baik. Bergerak dengan efektif dan efisien, serta Manda yang dapat mengimbangi kecepatanku. Memang, calon masa depan itu harus bisa mengimbangi pasangannya. Sip nih. Dah lah cocok.

Aku menuangkan hasil seduhanku ke dalam empat gelas sekaligus. Kaget ya? Yah, mau tak mau kalian yang bercita-cita menjadi barista harus bisa seperti itu. Membuat gerakan yang efektif dan efisien, selagi menunggu air panas bisa digunakan untuk menggiling kopi atau menimbang bahan untuk minuman lain, harus bisa juga membuat porsi banyak dalam satu kali penyeduhan. Tentu saja tanpa mengurangi rasa. Ingat, rasa adalah segalanya.

Selesai dengan cangkir-cangkir yang terisi, aku berbalik melihat Manda yang baru saja selesai dengan caffe latte-nya. Gambarnya masih bagus meski harus bergelut dengan alur yang sangat cepat. "Manda, apa lagi yang belum?"

Manda menoleh padaku dengan raut muka yang tak bisa kuartikan. "V60 sepuluh, caffe latte hot delapan, cappuccino hot lima, green tea hot lima, Vietnam drip dua belas, vanilla latte dingin empat, mango cheese enam, thai tea tujuh, caramel latte sebelas."


Sableng.


Seramai itukah? Baiklah, demi ... ehem ... calon masa depanku sepertinya aku harus mengeluarkan mode kilat.

"Manda, mundur! Panasin air, terus siapin cup!" perintahku.

Aku menggulung lengan kemejaku sampai sikut, sambil melihat bagian dalam meja bar secara keseluruhan. Tata letak mesin dan alat-alatnya, bahan serta sirup yang akan digunakan. Aku memejamkan mata selama lima detik dan membukanya. "It's show time."

Dimulailah atraksi yang kalian pun pasti akan terkejut. Tanganku yang hanya dua aku gerakan secepat kilat dengan akurasi tinggi, mengambil, menimbang, menyimpan, melempar, dan memasangkannya kembali, bahkan beberapa alat dan bahan sampai beterbangan. Semoga mata kalian bisa mengimbangi kecepatan tanganku ini.

"Mas Alvi, nambah pesenan. Caffe latte dingin delapan, caramel latte dingin dua puluh, V60 empat, Aeropress tiga, capucino hot lima."


Sableng quadrat.


Aku menambah kecepatan tanganku. Secepat yang aku mampu. Bahkan Frans yang semula mau ikut membantuku pun aku tendang keluar dari area bar. Hahaha. Udah, bos ngurusin tamu aja sana, bagian bar biar gue yang urus.

Caffeine Knight ALPA Ft. Profesor FrikWhere stories live. Discover now