Yes, London

4.2K 213 23
                                    

Tiga bulan berlalu, tour One Direction belum juga selesai, padahal sudah masuk bulan ke delapan. Seminggu yang lalu aku tahu mereka sedang berada di Australia, tadinya Niall mau kabur sebentar menyebrang laut menuju Indonesia untuk menemuiku, tapi karena jadwalnya padat jadi tidak jadi. Sekarang aku tidak tahu keberadaan mereka, karena aku belum update lagi. Belum lagi aku sudah lost contact selama satu minggu dengan Niall. Ketika aku mengirim pesan pada Niall, dia baru membalasnya ketika aku sudah tertidur. Dan di saat aku membalas pesan tersebut, giliran dia yang tidur.

Aku berguling-guling di atas kasur, hari ini aku libur dan tidak ada jadwal. Ini membuatku bosan, aku sudah on Skype tapi Niall sedang tidak on.

"Ayesa." Panggil Papa dari ambang pintu.

"Ya Pa?" jawabku bangun lalu duduk di kasur.

"Nggak ke kampus?" tanya Papa lagi.

"Libur Pa, kenapa memangnya?" tanyaku bingung, nggak biasanya banget Papa ada di rumah jam segini.

"Ikut Papa yuk." Ajaknya.

"Kemana Pa?" tanyaku.

"Ke kampus kamu."

"Lho? Memangnya mau ngapain?"

"Udah kamu siap-siap aja, kita pergi sekarang."

Papa langsung keluar kamar meninggalkanku dengan tanda tanya besar, untuk apa hari libur begini Papa mengajakku ke kampus? Tau deh lagi error kali ye otaknya, kerja mulu sih. Ya sudah aku pun menurut saja dengan apa yang Papa katakan. Aku pun bersiap, dan setelah siap aku langsung menemui Papa di lantai bawah.

"Pa." Panggilku pada papa yang sedang menonton televisi.

"Udah siap? Yuk berangkat." ajak Papa yang langsung beranjak berdiri dan merangkulku.

"Mau ngapain sih Pa? Kalo mau ajak jalan-jalan itu kemana kek yang asik, ini ngajak jalan-jalan malah ke kampus apa asiknya sih?"

Aku masih bingung, Papa kenapa? Apa iya kepalanya kebentur meja kerjanya? Tapi nggak mungkin juga sampai ngerusak sel otaknya.

"Papa pengen liat kampus kamu, udah lama Papa nggak kesana, dulu kan Papa juga kuliah disana."

Liat kampus doang? Ngapain juga ngajakin aku coba? Oke tenang pasti ada maskud terselubung di sini aku yakin.

Akhirnya aku dan Papa berangkat menuju kampusku. Setelah parkir, aku dan Papa masuk ke dalam. Sepi banget sih emang orang hari libur juga, Papa langsung mengajakku ke ruang dimana tempat dulu aku mendaftar.

"Pa mau ngapain? Mau nyolong berkas ya?" tanyaku konyol.

"Udah diem, nanti juga tahu." Jawab Papa.

Papa dan aku masuk ke sebuah ruangan, dan di sana terlihat ada seorang laki-laki seumuran papa. Siapa dia? Tapi kayaknya kalo nggak salah dia itu rector di kampus ini. Kalau tidak salah.

"Selamat siang Pak Johan." Sapa Papa saat masuk ke ruangan tersebut, kemudian bersalaman dengannya.

"Eh siang Pak Dani, silahkan duduk." Ucapnya mempersilahkan duduk pada kami.

"Maaf Pak sedikit telat, ini Ayesa tadi lama ganti bajunya."

"Oh iya nggak apa-apa, jadi gimana Pak?" tanya Pak Johan.

Jadi? Jadi apanya sih? Masa iya Papa mau kuliah lagi? Udah tua juga.

"Iya jadi saya berangkat lusa ke London dan kayaknya bakalan lama di sana."

Lusa papa ke London? Terus apa hubunganya sama tempat kuliah aku? Dan apa hubunganya sama Bapak bernama Johan ini? Aku tidak mengerti.

"Oh ya sudah, di urus sekarang saja. Jadi biar tenang kalau udah beres."

My Idol is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang