Aku tersenyum lalu memeluk Niall "Thanks, for everything."

"I love you." balas Niall lalu mengecup puncak kepalaku.

Niall mengusap-ngusap kepalaku lalu tiba-tiba dia merenggangkan pelukan kami.

"Oh tunggu dulu, ada satu lagi."

"Apa?"

"Close your eyes."

Aku menurut dan langsung menutup mataku, lalu beberapa detik kemudian nafas Niall sangat terasa di wajahku, dan detik berikutnya aku merasakan sesuatu menempel dengan bibirku. Sudut bibirku sedikit tertarik kesamping di tengah kecupan yang Niall berikan. Aku balas mengecupnya lalu Niall melepaskannya. Aku membuka mataku dan lagi-lagi aku memandang mata biru milik Niall.

"Love you my princess." ucap Niall dengan senyuman tulus di bibirnya.

"Love you too." balasku tersenyum dan Niall mengecup lagi keningku.

"Babe, udah gelap nih udah hampir jam 7 pulang yuk." ajak Niall padaku.

"Yuk!"


Niall pun merangkul pundakku dan kita pun berjalan masuk ke dalam mobil. Dan sampai di mobil, cacing di perutku terasa meraung-raung. Astaga hari ini aku belum sempat makan, dan aku lupa jika aku belum makan.

"Babe aku lapar." Keluhku pada Niall.

"Cari deh di kursi belakang pasti banyak makanan." perintah Niall.

"Harusnya aku nggak usah tanya." kataku tertawa lalu aku pun berpindah duduk ke kursi belakang dan mencari-cari makanan.

Niall ikut terkekeh lalu menyalakan mesin mobil dan melajukannya.

"Babe dimana makanannya?" tanyaku yang sudah mencari makanan di setiap sudut, tapi aku tidak menemukan satu makananpun. Dan yang aku temukan hanyalah sampah snack yang bertebaran.

"Cari aja pasti ada."

"Nggak ada nih, aku malah nemu banyak sampah."

"Astaga! Aku lupa, kemarin Louis bilang dia lapar banget jadi dia abisin semua makanan aku." jawab Niall sambil menepuk jidatnya.

"Yahhh." kataku bersedih sambil berpindah lagi ke kursi depan.

"Ya udah cari restoran aja yuk aku juga lapar"

Di jalan aku memperhatikan jalanan dari jendela mobil dan berharap menemukan sebuah restoran tapi hasilnya nihil, yang ada hanya pohon-pohon. Lalu tiba-tiba hujan turun begitu deras dan kilat pun saling menyambar.

"Aku takut." Gumamku pelan.

"Jangan takut, ada aku." Niall menenangkanku dengan menggenggam erat tanganku.

Hujan semakin deras kilat dan petir semakin menyambar. Akhirnya Niall membelokkan mobilnya ke sebuah hotel yang sedang kita lewati. Karena tempat parkir yang berada di luar jadi mau tidak mau kami terkena guyuran air hujan ketika berlari menuju pintu utama.

"Selamat malam Tuan dan Nyonya." Sapa pegawai di depan pintu hotel.

"Malam." jawab Niall dan langsung menuju meja resepsionis.

"Pesan satu kamar VIP." Ucap Niall pada resepsionis itu.

Aku mengerutkan dahiku, "Kok cuman satu sih babe?" tanyaku pada Niall.

"Emang kamu mau tidur sendiri? Dari tadi di mobil aja takut sama petir." jawab Niall.

"Iya sih." aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal itu, lalu Niall menatapku meminta sebuah jawaban yang pasti, "Ya udah deh." jawabku akhirnya.

My Idol is My BoyfriendWhere stories live. Discover now