Juliet tidak sekampungan itu, ini bukan pertama kalinya menaiki sebuah pesawat pribadi, karena masing-masing keluarganya mempunyai jet pribadi termasuk dirinya.

Hanya saja dia jarang bahkan belum pernah menggunakan pesawat mahal miliknya. Tetapi, bentuk dan jenis sama dengan milik Victor, menurutnya.

Kekayaan Juliet lebih melipat ganda dibandingkan Victor, yang mempunyai perusahaan elektronik bukan pembuat mesin Lamborgini.

"Apa maksud semua ini?" tanya Juliet dengan kesal.

"Kita akan mendatangi pesta pembukaan cabang Axton Company," katanya, membuat Juliet yang tadinya menatap sinis menjadi diam.

Otaknya mulai berpacu mencoba celah keluar untuk melarikan diri. Sampai senyum terbit dalam wajahnya, dia menatap kembali Victor dengan sejuta rencana melarikan diri.

"Oke, tapi aku tidak mempunyai gaun."

"Akan kubelikan," ucapnya singkat.

Setelah itu mereka sama-sama hening tidak memulai percakapan, sampai akhirnya rasa ngantuk mulai melanda. Juliet merasakan matanya berat sampai dia tidak sadar bahwa alam mimpi merenggut kesadaran sepenuhnya.

***

Seattle, Amerika Serikat 10.00 a.m

Mereka telah sampai di Seattle, Juliet memandang kota ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka telah sampai di Seattle, Juliet memandang kota ini. Kota yang sudah lama tidak pernah dia datangi dengan takjub, tentu saja ini adalah kota yang ingin dia kunjungi dari dulu. Kota yang penuh dengan kenangan indah. Ada rasa bahagia dalam diri Juliet, dia memandang gedung pencakar langit di dalam mobil.

"Kau akan membawaku ke mana?" tanya Juliet pada Victor yang masih sibuk dengan tabletnya, tidak memperdulikan Juliet terus mengoceh.

"Kita menuju Penthouse, Nona," jawab Jack di depan mereka. Juliet menganggukan kepalanya saja pasrah.

Mereka semua sudah sampai di tempat, begitu luas dan tentunya sangat mewah. Tanpa sadar tangannya digenggam oleh seseorang siapa lagi kalau bukan Victor, dia hanya pasrah mengikuti langkahnya tanpa protes menuju ke dalam. Seolah bibirnya dikunci tidak diperbolehkan berbicara, tatapan itu sangat menghipnotisnya.

Tangannya terasa sangat hangat dan seolah ada aliran listrik menyengat, dia tidak bohong dengan posisi nyaman seperti ini. Sampai di dalam, genggamannya terlepas begitu saja.

Mereka berada di ruangan tengah yang sangat mewah sekali.

Mereka berada di ruangan tengah yang sangat mewah sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku ingin bicara." Seperti biasa, dia berkata dengan irit dan wajah tanpa ekspresi.

"Apa?" tanya Juliet.

Menatap Victor yang membuka dasinya dan menggulungnya di tangan kiri lalu dua kancing kemeja atas terbuka, menampakan dada bidangnya. Terlihat menggoda sampai Juliet tidak berkedip menikmati pemadangan itu, sampai suara Victor kembali terdengar olehnya.

"Sebuah kesepakatan," katanya.

"Apa maksudmu?" tanya Juliet kembali.

"Jadilah kekasihku hanya di depan media," jawabnya enteng. Juliet membalakkan matanya dan menggeleng keras.

"Tidak!" tegasnya keras.

Sampai tubuhnya terasa ditarik bersandar di jendela raksasa, dengan kedua tangan Victor menopang mengurungnya tanpa bisa bergerak sama sekali. Wajahnya mendekat ke arah Juliet dengan tatapan mengintimidasi.

Degup jantung wanita ini terasa berdetak sangat kencang, menantikan apa yang terjadi padanya. Semoga Tuhan menyelamatkan dirinya dari pria dingin ini, Juliet harap ada sebuah meteor kecil menghantam pria ini sampai pecah dan dia kabur pulang ke rumah.

Sepertinya imajinasi yang dia ciptakan cukup seru jika terjadi.

"Menolak?" tanyanya, dengan meniupkan angin ke daun telinga Juliet, sampai wanita itu bergidik geli dan merinding.

Kakinya lemas seperti jelly perbuatannya membuat efek besar bagi Juliet.

"Kau harus membantu, sebagai balas budiku menolongmu. Jika saja tidak, mungkin kau mati kehabisan darah." Menurut Juliet ini adalah kalimat terpanjang yang pernah dia dengar dari seorang Victor Melvin Dwight.

"Tidak! Aku tidak akan pernah menjadi kekasihmu, sekalipun—,"

Cup!

Tuhan mungkin sedang menghukumnya dan tidak mengabulkan doanya kali ini.

Perkataannya terhenti saat Victor mengecup bibirnya dan diam beberapa detik, rasanya manis dan membuat Victor ingin melakukannya sekali lagi. Dia kembali melumat dan mengigit bibir bawah berwarna merah jambu menggemaskan.

Tubuh Juliet merasa kaku dan panas dingin, dia merasa kakinya melemas dan tangannya yang ingin menampar beku tidak bisa digerakan. Bibirnya basah saat Victor menjauhkan wajahnya, dia mengusap bibir itu dengan ibu jarinya.

"Manis," gumam Victor dengan mata tersenyum sinis, tidak bahkan seperti meremehkannya.

Dia kembali mengecup bibirnya singkat kembali. "Aku menyukai benda ini."

***

Jangan lupa vote dan komentar, kalianlah sumber semangatku hehe.

see you...
© DESSCHYA

Instagram: @desy.yyy

Entangled with The Jerk [AXTON'S SERIES 3]Where stories live. Discover now