Wisuda

1.1K 140 2
                                    

Semua cerita pasti berakhir, namun akhir tersebut juga merupakan awal dari segalanya.

Hari ini trio ubur-ubur (Jere, Saka, Brian) wisuda, menyisakan Wira dan Davin di FIB. Mereka berdua pun tengah mengejar SKS agar segera dapat lepas dari belenggu perkuliahan.

Tiga tetua Enam Hari ini sukses wisuda bersama-sama karena Jere menunda yudisiumnya. Crazy rich rantau sih bebas.

Kalau boleh jujur, saya mules. Bahkan rasanya saya yang lebih deg-degan dari Brian yang tersenyum lebar dengan toga yang tersemat dengan apik saat ia mengetuk apartemen saya untuk berpamitan.

"Cha, udah cakep belum?"

"Cakep cakeppp, udah sana buru. Nanti telat."

Brian menangkup pipi saya dan mendaratkan satu kecupan panjang.

"Emmwah! Aku tunggu di dalem ya nanti. Dadah sayangnya Brian."

"Dih mentang-mentang wisuda jadi centil ya. Dadah sayangnya Acha."

Brian mengecup bibir saya sekali lagi sebelum ia menutup pintu.

Jangan bilang-bilang ya, saya menangis sejadi-jadinya sesaat setelah ia menutup pintu. Bukan tangisan sedih, namun saya bangga melihat Brian yang mengorbankan jam tidurnya sejak ia aktif dalam Enam Hari. Tidak terhitung berapa banyak hari yang ia lewatkan dengan 2-4 jam tidur saja demi menyelesaikan tugas dan menulis lagu. Belum lagi jika ia ditugaskan panitia untuk menginap saat ada kegiatan kemahasiswaan.

Bisa jadi Brian adalah Hannah Montana, memiliki dua kehidupan yang berbeda. Namun Brian hanyalah Brian,

Brian selalu bilang ia tidak akan bisa sejauh ini jika tanpa dukungan saya dan Enam Hari. Namun saya selalu merasa insekyur karena saya tidak bisa memberikan apapun selain support dan stok usel-usel. Yang terakhir penting sih kata Brian. Hehe.

.
.
.

Saya dan Enam Hari (+ para pacar) sepakat untuk berangkat bersama.

"Bi, kaget gak tuh nanti si Jere liat kamu?" Tanya Kieran yang duduk di sebelah saya. Oh ya, saya duduk di antara mereka.

"Antara kaget atau aku ditimpuk toga. Hahahaha. Dia galau banget tuh waktu kemarin aku bilang aku ada shift dadakan."

"Tapi aneh rasanya mereka wisuda. Siapa yang nyangka tiga arek gendeng (anak gila) bisa lulus."

Sayup-sayup terdengar lagu yang menambah ke-mellow-an suasana perjalanan menuju tempat wisuda.

"Biar makin sedih." Wira yang sedang menyetir, menoleh dan memberikan cengiran khasnya.

"Fokus nyetir napaaa- malah nyetel lagu." Cibir Bianca.

"Nih balas dendam, buk, kemarin aku gangguin sesi peluk-peluk lucu sama Jere?"

"Ah brengski membuka aib. Tuh pacar LDR urusin dulu nanti disamber yang lain."

"Bian....."

"Ucucu bapak sopir kacian anen pacal."

"Yang penting gak pernah kegep lagi bobo lucu."

"WIRA ENAK AJA."

Saya dan seisi mobil tertawa renyah mendengar pertikaian antara Wira dan Bianca. Efek Wira dan Jere sering beradu mulut yang tidak penting, Bianca jadi sering terlibat juga. Ah, mungkin momen-momen ini tidak akan ada lagi beberapa taun kedepan.

Mencari parkir sudah seperti olahraga ekstrim saja - susah dan menantang. Dan sekarang kami tengah melakukan olahraga ekstrim part kedua di dalam aula wisuda hanya untuk mencari trio ubur-ubur.

Second to NoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang