Berkumpul {WIRA ft. seluruh warga}

1K 137 16
                                    

"JERE ANJIR BALIKIN KEK ITU OREO! HADUH AYAAAAAMMMM!"

"Bleeee ga sampe."

"Yaaaammm-"

Saya menoleh dari dapur untuk melihat keributan terkini yang disponsori oleh Asha dan Jere.

"Sha, jangan teriak-teriak. Jer, balikin. Bri, pacarmu."

"Ya maap, Sak." Ucap Asha dan Jere serentak.

Minggu kedua setiap bulan berarti waktunya Enam Hari dan mba-mba pacar berkumpul di Jerian. Minus pacar saya. Hehe. Ngenes ya. Maka dari itu saya mengambil alih sesi bercerita ini.

"Heran ini sesi kumpul apa tengkar. Jadi nonton insidiyez?" Tanya saya.

"Insidious, bukan Insidiyezzzz." Sahut Jere dengan pronunciation ala bulenya. Ya gimana lidah saya lidah wong jowo.

"Yo yo, mas'e."

"Mas. Geli."

"Nyebut, Jer, masih sore udah geli kena Wira." Brian yang sibuk mencomot sosis hasil gorengan saya pun menyahut.

"Anjing gue normal."

Asha pun berdiri dan menuding Jere. Waduh, bau-bau ribut lagi.

"Heh ayam, normal itu relatif. Kurang-kurangin lah pake kata normal buat refer ke heteroseksual. Kamu tidur apa di kelas gender, yam ayam."

"Tuh denger, Jer. Menurut lu hetero itu normal, tapi menurut orang-orang non-hetero? Lu bisa jadi yang kagak normal." Brian merangkul pinggang Asha dan menariknya ke pangkuannya.

Ah, mata saya. Suka heran saya dengan trio Sastra Inggris itu. Meskipun mereka bertiga sama-sama mengambil fokus kajian budaya, tetap saja mereka sering beradu mulut. Terutama Jere dan Asha. Lebih baik saya fokus menggoreng sosis dan ote-ote saja. Eh iya, bakwan, nanti saya dimarahin Jere lagi.

"Wir, aku bantuin?"

"EH KAGET- astaghfirullah Kieran ngagetin aja."

"Saka fokus nyusun minuman tuh, aku gak dianggep." Kieran tertawa dan mengambil sutil dari tangan saya. "Aku aja yang goreng ote-ote. Kamu lanjutin deh potong-potong sawi."

"Siap, Ibu Kieran."

"Mau bikin mie berapa bungkus?"

"10 tapi dibagi dua deh, Kier."

"Gak kurang tuh? Mie instan sekarang makin tipis."

"Kalo kurang sih bikin lagi."

"Olin gimana, Wir? Kangen deh si Olin gemes."

"Gemes dong kan pacarku. Baik kok, meskipun abis ngambek dia gara-gara aku tinggal nonton anime."

"Tumben ngambek?"

"Iya jadwalnya video call tapi aku lupa."

"Klasik. Eh taruh mana nih segala sosis dan gorengan ini? Piring di pantry udah dipakai semua tuh."

"Ambil nampan aja, Kier, biar muat."

Kieran sibuk dengan bakwan dan saya sibuk memasak mie. Tak lama kemudian sesosok beruang masuk ke dapur dan memeluk Kieran dari belakang.

"Yang."

Astaghfirullah kenapa saya harus menonton pasangan-pasangan ini bermesraan, saya hanya ingin nonton film.

"Bentar ya Bapak Sayaka, ini gorengan terakhir."

Saka mengangguk dan mengecup pipi Kieran. Hm sudah terduga. Saya hanya bisa mengelus sawi seorang diri.

Second to NoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang