Datangnya Rindu {WIRA}

1.6K 271 25
                                    

           

Krisna Wirasena Priyambodo. Sastra Indonesia. Status: sedang LDR dengan pujaan hati.

Saya dan Olin, kata orang-orang, adalah satu paket karena dimana ada Wira disitu ada Olin.

Febe Caroline Adrian yang saya panggil Olin ini tidak lain dan tidak bukan telah menjadi bagian hidup saya sejak SMA.

Namun takdir memisahkan kami karena Olin diterima di UGM sedangkan saya tidak, rejeki saya di Unair. Mau tidak mau saya harus meninggalkan Yogyakarta dan Olin untuk sementara.

Sudah satu tahun saya tidak pulang kampung, maka sudah setahun juga saya tidak bertemu Olin. Melihat wajah Olin dari layar smartphone sering kali tidak cukup untuk menghilangkan rindu yang sering menyeruak.

Saya hanya bisa mengusap pipi Olin melalui layar kaca saat ia dengan menggebu-gebu bercerita bahwa ia sudah menyelesaikan gambar dia.

Omelan-omelan kecil Olin akan AutoCAD yang sebenarnya tidak bersalah pun sering mewarnai video call kami,jika kami berdua sedang mengerjakan tugas.

Malam ini Olin tidak cerewet seperti biasanya. Entah hal ini pertanda baik atau buruk.

"Wira, aku kangen."

"Hmm? Sudah liat muka ganteng aku kan sekarang?"

"Idih apaan. Serius aku kangen."

"Ah Olin...."

"Aku kangen. Mau peluk."

"Aku juga, Lin..."

Kami pun terdiam untuk beberapa saat. Hampir saja saya tersedak saat mendengar pernyataan Olin setelah ini.

"Wira aku weekend ini ke Surabaya, udah pesen tiket juga."

"HAH GIMANA?"

"Aku ke Surabaya."

"JANGAN-" Saya panik. Masa saya membiarkan Olin yang nyamperin saya. Harusnya saya yang berinisiatif nyamper.

"Kok jangan....." Raut wajah Olin menunjukkan kekecewaan. Shit.

"Engga, maksudnya aku gak enak sama kamu Caroline Adrian... Harusnya aku yang nyamper..."

".....Wira"

"Ya?"

"Kita kenal udah berapa lama sih. Udah berapa lama juga kita pacaran. Pake gak enak segala...."

"Tapi lin aku merasa bersalah.... Harusnya aku yang ada inisiatif balik bentar...."

"Aku tau kamu sibuk kuliah dan Enam Hari. Aku mau ketemu Enam Hari juga. Brian ganteng, Wir, naksir deh. Terus ini juga udah bilang sama mama kamu sih hehehe nanti kamu harus jemput aku!! Bawaan aku pasti banyak soalnya tante mau nitip."

"Iya tuan putri nanti aku jemput. TAPI GAK BOLEH KETEMU BRIAN."

"PASTI KETEMU BRIAN! SAMPAI KETEMU SABTU INI BRIAN DAN WIRAAAAA!! MUAH!!"

Belum sempat saya menjawab, Olin sudah memutus video call kami. Ini anak motifnya mau ketemu Brian apa ketemu saya coba.

Hari itu di Terminal 1 Bandara Juanda. Sepanjang perjalanan menuju bandara saya tegang dan gugup. Saat melihat informasi bahwa pesawat Olin sudah mendarat, saya semakin panas dingin.

"WIRAAAAAAAA!!!!!!" Teriakan Olin rasanya bisa memecahkan seisi Bandara Juanda.

Gadis berponi itu berlari-lari sambil mendorong trolley, menghampiri saya yang masih membatu.

Antara percaya dan tidak percaya bahwa gadis yang saya rindukan setahun ini berada di depan saya dan sedang menghambur ke pelukan saya.

"Olin....." Gumam saya.

Saya memeluk Olin erat, begitu pula dengan dia. Kami berpelukan erat selama beberapa saat, mengabaikan tatapan-tapapan sinis orang-orang yang ada di bandara.

"Wira aku kangen." Olin mengusap pipi saya dan saya membawa tangannya menuju bibir saya untuk mengecupnya pelan.

"Aku juga. Banget. Yuk ke mobil." Saya menggenggam tangan Olin sejenak sebelum melepaskannya untuk mendorong trolley. "Berat banget lin? Mama bawain apa aja?"

"Gak tau tuh, Wir. Tau tau nih tante datang ke rumah aku buat nganterin ke Bandara. Aku sampe sungkan sendiri."

"Ah mama ini aku udah pesen jangan bawain banyak-banyak kasian kamu. Tapi kamu kuat banget tadi lari sambil dorong trolley?"

Olin memukul lengan saya pelan, mukanya memerah. "Kan kangen...."

"GEMES BANGET CAROLINE???" Saya menguyel-uyel pipi dia dan mencubit hidungnya. Gemes.

"Mobil siapa, Wir? Bukan mobil kamu kan ya ini?" Tanya Olin setelah mengenakan sabuk pengaman dan melihat tumpukan rokok Brian dan Jere di dashboard.

"Pinjem mobil Brian. Mobil aku radiatornya rusak, harus nginep."

"WAAAHHH MOBIL ORANG GANTENG!!"

Kalau saja kami tidak lama berpisah, mungkin saya akan pura-pura ngambek.

Tapi melihat Olin excited akan hal-hal kecil seperti ini membuat saya berjuta-juta kali lebih senang daripada dia. Ah bisa gila saya liat Olin tersenyum lebar sambil bertepuk tangan seperti ini.

"Olin,"

"Ya?"

Ia menoleh dan saya mengecup bibir Olin singkat.

"IH WIRA BILANG-BILANG KEK-"

"Kenapa harus bilang-bilang?" Tanya saya.

"Biar bisa gini." Ada kilat jahil di mata Olin sebelum dia menarik jaket jeans saya dan mengecup bibir saya, lebih lama dari yang saya tadi lakukan.

"Gini juga?" Tanya saya waktu bibir kami sejenak berpisah, hanya untuk saya kecup berulang kali.

"WIRAAAAA" Olin mendorong saya pelan dan saya hanya terkekeh.

"Nyetir dulu ya ndoro, nanti lanjut." Saya mengerling.

"APAAN KEDIP-KEDIP AHAHAHAHAHAHA LANJUT APA JUGA GATAU AKU POLOS."

Saya hanya tertawa melihat Olin yang salah tingkah dan memerah karena malu.

Tolong ingatkan saya untuk pulang. Saya perlu membalas kenekatan Olin juga. Jika tidak karena dia, mungkin saya lagi-lagi hanya bisa mengusap pipinya melalui layar kaca.

=====

hi! finally bisa update chapter ini : ") this is one of my favorite chapters ahahaha gemes banget wira olin aku pusing :   (

anyway terimakasih buat yang udah mampir!

-s

Second to NoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang