Buka bukunya halaman 123

2.6K 90 10
                                    

ALI

"Ali!" terdengar suara Randy memanggilku dari kejauhan. Ternyata teman-teman basketku sudah berkumpul di meja favorit kami. Tentu saja aku menghampiri mereka, meskipun aku sebenarnya ingin makan bersama Raib dan Seli.

"Hai, guys!" aku menempati tempat duduk sebelah Randy dan menatap benda berlapis koran yang bertumpuk manis di depanku.

"Buka saja, Ali." ucap Hendra yang tengah menghabiskan sarapan bubur ayamnya.

"Sekarang?"

"Tidak. Tahun depan."

Mereka tertawa ketika aku bertanya. Bisa-bisanya mereka bercanda! Padahal aku sedang serius...

"Kamu pasti suka kok kadonya.."

Yang benar saja, ketika aku membuka kadonya, terlihat dengan jelas sepasang sepatu basket berwarna merah dengan aksen putih. Pas sekali ketika aku membutuhkan sepatu baru.

"Kalian hebat, bisa membaca pikiranku!" aku berseru.

"Tentu saja, Ali." Randy merangkul bahuku. "Kita selalu tahu apa yang kamu inginkan."

Hendra menyikut perutku. "Termasuk perempuan yang kamu incar.."

Perempuan? Siapa?

"Aku tidak mengincar siapapun.."

"Sudah.. jangan bohong.. kami semua sudah tahu kok." Nadhif ikut menyengir seperti kuda.

Sialan!



//


RAIB

Lagi-lagi pelajaran biologi diadakan pembagian kelompok dan sesi diskusi. Seperti biasa, penentuan anggota-anggota kelompok dilakukan dengan mengocok nama layaknya arisan ibu-ibu RT. Dua minggu yang lalu, aku satu kelompok dengan Randy dan Hendra. Ya, Randy dan Hendra yang kebetulan teman basket Ali. Meskipun sebenarnya aku jarang berbicara dengan mereka di kelas, ternyata mereka tidak canggung denganku dan tetap bercanda seperti biasanya.

"Silakan ketua kelasnya mengambil tiga nama untuk kelompok pertama," ucap guru biologiku.

Ketua kelas kami menutup matanya dan mengambil beberapa gulungan kertas dalam sekali genggam. Karena mengambil terlalu banyak, sebagian dikembalikan hingga hanya tersisa tiga gulungan. Perlahan ia membuka gulungan pertama, seiring dengan irama drum roll yang dimainkan oleh beberapa anak laki-laki di kelas.

"Ali." ucapnya. Nama pertama yang dipanggil akan menjadi ketua kelompok.

Oh, tentu saja Ali akan menjadi ketua kelompok yang baik dan bertanggung jawab, pikirku. Selama aku memerhatikannya, ia tak pernah memedulikan tugas apa pun baik dalam bentuk soal-soal pilihan ganda, esai, ataupun powerpoint. Bahkan, aku pernah ditelepon jam 11 malam oleh teman sekelompoknya hanya gara-gara ia belum mengirim materi yang ditugaskan. Temannya ini ingin aku yang menghubungi Ali agar ia mau mengirimkannya. Memangnya aku ibunya Ali!? Mana aku tahu Ali sedang apa, di mana, dengan siapa? Asumsi yang lucu sekali ya, teman sekelompoknya Ali.

Maka dari itu, aku sangat ragu padanya kalau ia menjabat sebagai ketua kelompok.

"Seli." lanjut ketua kelasku.

Bagus. Seli adalah perempuan yang dapat bertanggung jawab. Setidaknya kalau Ali malas, Seli bisa mengingatkan dia. Lagi pula, Ali sudah terbiasa dimarahi oleh Seli. Biasanya setelah diceramahi, Ali akan kapok dan langsung mengerjakan tugasnya. Ah, aku tenang mendengar nama Seli disebutkan setelah Ali.

RA - ALI - SELI [fanfiction serial Bumi]Where stories live. Discover now