⚠️FOLLOW SEBELUM BACA!!!⚠️
Takdir memang suka bermain dengan kehidupan, seperti takdir Cici yang bertemu kembali dengan Divo diwaktu yang tidak disangka. Mereka kembali bertemu dan masih dihantui oleh masa lalu yang kelam.
Divo berusaha mencari seb...
Cici bersedia,"Sok imut banget sih, Sen." Cici menendang kaki Sena pelan.
"Aduh, sakit!" Sena mengasuh kesakitan, padahal Cici hanya menendang pelan kaki Sena, bahkan dia tidak mengunakan tenaga sama sekali.
Cici menatap Sena datar. "Alay ih!"
***
Matahari sudah menerangi bumi dengan bahagia. Tidak ada tanda akan turun hujan pagi ini. Cici sedang asik sarapan. Sebenarnya tidak bisa dibilang sarapan lagi, karena sekarang sudah jam 10 pagi.
Dia terlalu lelah buat bangun pagi. Untung saja Nata semalam bergadang sampai jam 5 pagi, kalau tidak Cici pasti tidak akan bangun buat solat subuh.
Setelah itu, dia berjalan ke halaman belakang rumahnya. Terdapat sebuah ruangan yang cukup besar yang berada disana. Cici memasuki ruangan itu dengan sedikit berlari kecil.
Pintu ruangan itu hanya bisa dibuka oleh sidik jari Cici dan juga Nata. Itu adalah ruangan olahraga mereka. Didalam sana terdapat kaca besar yang akan menampilkan seluruh ruangan secara terbalik.
Mereka lebih sering menghabiskan waktu disana saat kesal atau ingin menenangkan pikiran. Nata sangat bekerja keras membujuk Papanya agar membuat ruangan khusus ini untuk mereka berdua.
Dia harus mengikuti kemauan Papanya yang mengharuskan dia bersekolah di luar negeri saat SMP sambil menemani Papanya menjalankan bisnis.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cici tidak sedang ingin berolahraga sekarang, dia hanya ingin ketenangan. Dia mengambil ponselnya lalu mencolokkannya ke kabel speaker yang ada di ruangan tersebut. Terdengar suara instrumen musik klasik yang langsung menenangkan pikirannya.
Suara itu semakin menyebar keseluruh ruangan dengan sangat lembut. Bahkan pohon diluar ruangan tersebut juga menari-nari menambah kesejukan.
Perlahan Cici mulai menutup matanya, merasakan ketenangan yang sangat dalam dipikirannya. Cici selalu melakukan ini saat dia kelelahan.
Ting!
Ting!
Suara pesan masuk itu mengganggu aktivitasnya. Dengan malas dia membuka layar ponselnya.
+6282156xxxxxx Gue didepan. Lo dimana?? Gue panggil gaada yang keluar. 07:05✓✓
Cici mengkerutkan keningnya. Dia tidak tahu siapa yang sedang mengirim pesan singkat ini dan juga menganggu aktivitasnya.
Tanpa banyak bertanya lagi, Cici langsung berlari kecil menuju pagar depan rumahnya.
Terlihat seorang cowok yang berdiri disana. Dia si pemilik rambut cepak itu, siapa lagi kalo bukan Divo.