Cheryl dan Vivian terkikik, sementara Flora berusaha menahan tawa seraya menggeleng-geleng. Tak heran. Di antara mereka berempat, hanya dirinyalah yang masih mempertahankan keperawanan hingga menikah.

"Tapi jangan kebablasan sampai seratus hari kayak gue ya, Flo," goda Cheryl.

"Ih, jangan dong. Ini bukan lahiran kali, Cher," Vivian menimpali. "Lagian kapan hamilnya kalau Flo nggak ngasih Kak Dicko jatah berbulan-bulan?"

Hamil? Kali ini kata itu membuat Flora tercenung.

"Iya, nih. Gue yakin kalian nggak nunda punya momongan, kan? Kalau dari cerita lo waktu itu, kayaknya Kak Dicko udah kebelet pengin punya anak."

Flora membenarkan ucapan Cheryl dalam hati. Meski tak terkatakan, dia yakin Dicko mendambakan kehadiran buah cinta mereka. Mengingat betapa senangnya Dicko menghabiskan waktu bersama Anne dan Zac.

"Flo?"

Panggilan dari Rena menyadarkan Flora. "Oh-eh, iya. Gitu, deh. Tapi kami belum pernah bicarain tentang itu."

Sebagai orang yang sering dicurhati oleh Flora tentang kegundahannya, Cheryl memahami ekspresi wajah sahabatnya itu. "Kali ini, lo harus lebih terbuka sama Kak Dicko, Flo. Jangan pernah ambil kesimpulan dan keputusan sepihak. Bicarakan berdua supaya kalian bisa saling bahu-membahu menyelesaikan masalah. Oke?"

Untuk pertama kalinya sejak beberapa menit terakhir bersama ketiga sahabat super mesumnya, Flora tersenyum.

*

*

Malam yang melelahkan setelah berkutat seharian di dapur Chez Elles. Flora berjalan keluar dari bangunan restoran ditemani Reta. Sejak dirinya pingsan di ruang pendingin bahan makanan beberapa bulan lalu, Reta selalu mencemaskannya dan sering menemani lembur mempersiapkan menu untuk esok hari. Meski akibatnya, gadis itu selalu ketinggalan bus.

"Kamu yakin nggak mau saya antar pulang? Sebentar lagi suami saya jemput, kok."

Reta mengangguk seraya tersenyum meyakinkan. "Tenang aja, Chef. Ojol ada di mana-mana. Lagian rumah saya masuk gang kecil, jadi emang lebih mudah kalau pakai ojek."

"Iya juga, sih. Ya udah, saya tungguin sampai abang Ojol-nya nyampe sini, ya. Nggak boleh nolak."

"Sip, Chef." Reta mengeluarkan ponsel, hendak memesan ojek melalui aplikasi online.

Suara raungan halus motor terdengar mendekat. Flora menyipit saat sorot lampu mengenai wajahnya. Honda Gold Wing berwarna merah berhenti tepat di hadapannya dan Reta. Penampilan sang pengendara sangat gagah berbalut jaket kulit hitam. Tubuh jangkungnya tampak pas berada di atas motor keluaran Negeri Sakura itu. Dan Flora merasa mengenal sosoknya.

Benar saja. Saat lelaki itu membuka helm, wajah Jonathan yang tengah tersenyum langsung terlihat. Terdengar pekik tertahan dari sisi samping kiri Flora. Perempuan itu menoleh. Reta tampak jauh lebih terkejut dibanding dirinya.

"Ada yang butuh ojek?" tanya Jonathan tanpa melepas senyum manisnya.

Telunjuk Flora segera mengarah pada Reta. Yang ditunjuk tampak kehilangan kata-kata. Flora segera menyikut gadis itu.

"Tuh, Pak Bos nawarin pulang bareng." Flora menahan tawa saat melihat reaksi Reta yang seolah baru tersadar dari trans.

"Anu... itu... Chef aja."

"Lha, kok saya? Kan yang butuh ojek tuh kamu, Reta." Tawa Flora akhirnya lolos juga. Perempuan itu lalu menoleh pada Jonathan yang memandangi Reta dengan lekat. Mendadak dia menyadari sesuatu. "Eh, Jo. Nanti kalau Dicko sampai, suruh tunggu dekat pos satpam aja, ya. Aku mau ke toilet dulu. Kebelet, nih. Bye, Jo! Bye, Retha!"

Turn Up (Sekuel Flora-Dicko) Where stories live. Discover now