Dia masih punya banyak pekerjaan. Nanti akan mengajak Sasuke bicara lebih banyak dan berunding dengan pengawas-pengawas Panti Asuhan serta sang Ibu Kepala.

**

Sejak siang Naruto menolak makan. Apapun yang di suguhkan, di tawari, di iming-imingiㅡdi tolak. Beberapa kali Karin membujuk pun tak mempan. Si pirang benar-benar tak ingin menyentuh makanan. Padahal dia tak sarapan, tak pula makan siang. Malam ini menolak juga. Membuat beberapa pengawas Panti Asuhan yang bergantian menjaganya pusing. Terlebih Karin.

Belum reda kesedihannya atas keadaan si pirang, di tambah remaja lelaki itu tak mau makan. Hanya berbaring seharian di ranjang. Sesekali bertanya mengenai Sasuke yang ia panggil 'Teme' dengan suara parau.

Karin meletak mangkuk berisi makanan di atas nakas di sebelah ranjang. Menghela napas panjang sembari memandangi Naruto yang entah menatap apa di langit-langit kamar. Remaja bersurai pirang itu menolak mengarahkan pandangannya pada si gadis Uzumaki yang menawari makanan. Bertingkah cuekㅡseakan Karin tak ada. Mengabaikan si gadis berambut merah.

"Naruto!" pintu menjeblak terbuka bersamaan dengan sebuah suara memanggil si pirang, di susul napas putus-putus si pelaku keributan mendadak.

Karin serta Naruto langsung mengarahkan pandangan ke arah pintu. Di sana berdiri seorang pemuda berambut raven dengan napas tersendat-sendat. Si pirang segera bangkitㅡmelupakan tubuhnya yang lemah karena tidak mendapat nutrisi hari iniㅡkemudian turun dari ranjang. Menghampiri si raven dan menghambur ke pelukan pemuda itu.

Meski napasnya belum teratur, Sasuke dengan senang hati menyambut si pirang. Membalas pelukan itu dan mendekap tubuh Naruto. Diam-diam mendaratkan kecupan singkat di leher tan remaja belasan tahun tersebut. Sasuke sambil mengatur pernapasan menggiring si pirang yang masih memeluknya ke arah ranjang kemudian mendudukkan Naruto di tepinya.

Melepas pelukan Naruto lalu berjongkok di hadapan remaja berambut pirang itu. Iris blue shappire bertemu onyxs milik si raven. Senyum tipis terukir di sudut bibir Sasuke, "Karin-nee bilang kau sakit," ia mulai berkata setelah napasnya normal, "Apa sekarang sudah lebih baik?"

"Naruto tidak makan seharian ini, bagaimana mungkin dia baik-baik saja." Karin menyahut dari belakang punggung si pirang.

Naruto menoleh sebentar ke belakang untuk memberikan tatapan sengit, namun tak berpengaruh pada si gadis Uzumaki. Lalu menghadap ke arah Sasuke lagi, dia menggelengkan kepala, "Naru lapar, tidak."

Si raven menghela, "Meskipun begitu kau harus tetap makan. Kalau kau sakit, aku tidak akan mau bermain denganmu."

Raut muka Naruto berubah sedih. Satu-satu teman yang ia miliki hanya Sasuke. Jika si raven tak mau bermain dengannya, dia tidak punya teman lagi. Naruto tidak mau! Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Menggeleng kuat-kuat, menolak pernyataan Sasuke barusan.

Sepertinya hanya Sasuke yang bisa membujuk si pirang. Karin menghela lega kemudian mengambil mangkuk berisi makanan yang tadi ia letak di atas nakas dan bangkit dari kursi yang di duduki. Menghampiri si raven yang masih berjongkok di depan Naruto dan menyerahkan mangkuk yang dipegang. "Ku serahkan padamu," katanya.

Sasuke mengangguk dan Karin meninggalkan kamar ini. Tinggallah si pirang dan si pantat ayam. Si raven berpindah ke sisi di sebelah Naruto, "Kau harus makan supaya cepat sembuh, ne?"

Naruto tampak menimbang-nimbang. Menatap makanan di mangkuk lalu matanya beralih pada Sasuke. Tak ingin mengecewakan si ravenㅡdan ... agar Sasuke masih mau berteman dengannyaㅡNaruto mengangguk, mengiyakan. Seulas senyum tersungging di bibir tipis pemuda Uchiha menyebabkan bibir si pirang ikut melengkung.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang