⚠️FOLLOW SEBELUM BACA!!!⚠️
Takdir memang suka bermain dengan kehidupan, seperti takdir Cici yang bertemu kembali dengan Divo diwaktu yang tidak disangka. Mereka kembali bertemu dan masih dihantui oleh masa lalu yang kelam.
Divo berusaha mencari seb...
Nata dan Cici masuk keruang pas masing-masing untuk memakai baju pilihan mereka. Lalu mereka keluar secara bersamaan.
"Tadaa..." Teriak Nata.
"Mas mas, potoin kami dong." Cici memakil salah satu pegawai yang bekerja di toko itu. Mas yang dipanggil Cici menerima ponsel Cici sambil tersenyum.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Wahh, mbak sama masnya cocok ya. Pacaran ya?" tanya mas yang tadi mem-foto mereka berdua. Nata yang mendengar pertanyaan itu bukannya menjawab justru malah tertawa geli.
"Engga lah mas, kami saudara kandung kok," jawab Cici sekenanya dan menerima ponselnya sambil terkekeh pelan.
"Iyaa, abang adek mas. Cuma terlalu romantis aja," celetuk Nata asal.
Cici dan Nata memang merupakan saudara yang sangat romantis. Bahkan kalau kalian melihat mereka, kalian tidak bakal percaya sebenarnya mereka adalah saudara kandung. Banyak yang salah paham.
Setelah mereka membeli beberapa baju dan hoddie, Nata mengajak mereka singgah ke sebuah rumah makan sederhana yang berada di dekar pintu masuk mall.
Mereka sudah lapar, terutama Nata yang sejak tadi sudah memberi kode dengan bunyian perutnya sebanyak tiga kali. Cici yang dari tadi bergelantungan di lengannya Nata sampai terdengar.
Mereka memilih duduk di pojok ruangan yang menghadap ke jendela. Cici meletakkan barang belanjaan mereka di dekat dinding pembatas, mereka sudah memesan makanan dan Nata saat ini sedang memesan latte didekat kasir.
Cici sedang memainkan tisu yang berada tepat dihadapannya, berusaha menghilangkan bosannya menunggu makanan datang. Tiba-tiba satu suara membuatnya menghentikan kegiatannya.
"Hai."
Cici mendongak, mendapati seorang cowok yang sepertinya tidak asing dimata Cici.
"Lagi sama Nata ya?" tanya cowok itu lagi, Cici hanya mengangguk. Dia masih berusaha mengingat siapa orang ini.
Kayaknya ga asing deh, siapa ya? Aduhh jangan kambuh deh pelupanya. Ketularan Zena kan, ih!batin Cici.
"Kok malah diem? Jangan bilang lo lupa sama gue."
Cowok itu tersenyum manis kepada Cici. Seketika Cici teringat sesuatu.
Senyum itu, gue kenal. Batin Cici lagi.
Cici mengigit bibir bawahnya, dia sudah ingat sekarang. "S-sena?"