Sindrom Pra-nikah

964 75 3
                                    

By : itsmeboo_

Jisoo POV

"Namaku Seokmin. Salam kenal, Noona."

Aku masih ingat perkenalan pertama itu, 7 tahun yang lalu. Saat itu, Seokmin, juniorku yang 2 tahun lebih muda dariku, datang membawakan payung untukku. Ia datang menghampiriku di halte bus saat hujan lebat turun dan tidak ada siapapun di halte. Dengan senyuman, atau mungkin lebih cocok kusebut dengan cengiran seperti kuda, ia datang memberikan payung dan memperkenalkan dirinya.

"Siapa yang tidak mengenalmu, Noona. Seluruh kampus juga pasti tau siapa seorang Hong Jisoo. Aku mengetahui tentangmu dari majalah kampus. Kau terkenal sebagai seorang yang jenius. Kau benar-benar hebat!"

Itulah jawaban yang ia berikan saat aku bertanya darimana ia tahu tentang diriku. Entah kenapa aku tersenyum saat ia dengan semangatnya menceritakan tentang kekagumannya saat melihat prestasiku di majalah kampus. Biasanya, aku tidak terlalu suka saat orang-orang memujiku, tapi kali ini, entah kenapa aku menjadi merasa bangga saat ia memujiku.

Saat itu, 7 tahun yang lalu, adalah awal kedekatan diriku dengan Seokmin. Lee Seokmin, laki-laki berhidung bangir yang sangat suka tertawa dengan hal yang bahkan tidak lucu berhasil membuatku tertarik untuk dekat dengannya.

Dia, Lee Seokmin, calon suamiku.

-Sweet to Remember-

Seokmin POV

"Makanya, lain kali kalau aku beri tau tuh nurut, jadi seperti ini kan akhirnya."

Itu adalah omelan dari seorang Hong Jisoo, wanita yang merupakan seniorku 2 tahun diatasku. Omelan itu muncul saat aku sakit karena terlalu semangat berlatih untuk pertandingan basket antar kampus yang menyebabkan aku kelelahan dan jatuh sakit.

"Iya, noona, lain kali aku akan mendengarkanmu."

Aku menjawab dengan lemah sambil tubuhku bersandar di kepala kasur. Jisoo noona sedang menyiapkan bubur untukku.

"Kau memang harus mendengarkan aku. Kau selalu bandel jika berurusan dengan kesehatanmu sendiri."

Jisoo noona duduk di sampingku, di pinggir kasur. Ia memegang semangkuk bubur dan bersiap untuk menyuapiku.

"Sekarang habiskan bubur ini dan minum obatmu. Aaa.."

Aku hanya diam tersenyum memandanginya saat ia menyodorkan sendok berisi bubur ke depan mulutku.

"Kenapa kau hanya tersenyum? Cepat makan atau.."

Belum sempat Jisoo noona selesai bicara, aku sudah memotongnya. Aku masih ingat ekspresi lucunya saat aku mengatakan kalimat itu.

"Jadilah kekasih seorang Lee Seokmin, noona."

Jisoo noona seketika menaruh sendoknya kembali ke mangkuk. Ia menunduk, mengalihkan tatapannya dariku, namun dapat kulihat semburat rona merah di pipinya. Aku mengambil inisiatif untuk menarik dagunya agar ia kembali menatapku.

"Jika noona berpikir bahwa aku main-main dengan perkataanku barusan, tolong buang pikiran itu jauh-jauh. Aku rasa kedekatan kita selama 3 bulan ini sudah cukup membuktikan bahwa aku memang menyukaimu. Aku rasa noona juga dapat merasakan sinyal-sinyal yang aku berikan," aku menatap Jisoo noona dengan kesungguhan dan ketulusan. "Sekali lagi kukatakan, jadilah kekasih seorang Lee Seokmin, noona."

Jisoo noona melepaskan tanganku di dagunya dengan kasar. Ia mengembungkan pipinya pertanda ia kesal. Sangat lucu.

"Kau bahkan tidak bertanya untuk memintaku. Apa yang kau katakan tadi seperti sebuah suruhan."

Sweet to Remember - SeoksooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang