26 || Dimaafkan

109K 13.6K 3.9K
                                    

Chapter 26 : Dimaafkan

"You were looking at me like you wanted to stay." -Perfect Stranger, Jonas Blue.

***

Yasa berjalan menuju kelas X IPS 2 yang terletak di lantai bawah. Setibanya di depan kelas tersebut, Yasa menyandarkan punggungnya ke tembok kelas dengan kedua tangan tersimpan di saku celana. Samar, Yasa dapat mendengar suara ribut siswa siswi kelas X IPS 2 yang baru saja mengakhiri jam pelajaran hari ini.

Manusia pertama yang keluar dari kelas X IPS 2 ialah Bu Herawati, guru Geografi kelas 10 yang mungkin berusia 40 tahunan. Dengan cepat Yasa langsung menyalaminya sopan. Kemudian, dua orang cewek muncul dari balik pintu. Ketika melihat Yasa, dua cewek tersebut langsung terpelongo. Sesaat kemudian, dengan raut berubah semangat, dua cewek itu mendekat.

"Lho, Kak Yasa tumben main kesini, nyariin siapa?" tanya seorang cewek berambut sepinggang dengan bandana abu-abu di kepalanya.

Perlahan tapi pasti, lautan siswa siswi kelas X IPS 2 mulai bermunculan keluar kelas.

"Daza," jawab Yasa pelan.

"Oh, Daza. Kakak emang kenal dia?" tanya satu cewek yang lain.

"Kalau nggak kenal ngapain dicari," sahut Yasa.

Dua cewek itu mendadak canggung diketusin kakak kelas mereka yang berwajah ganteng dengan image cool-nya ini, "Hehe, kirain kesini karena penasaran sama mumi di kelas kami."

Awalnya Yasa tidak mengerti arah pembicaraan cewek berbandana abu-abu ini. Namun kemudian Yasa ingat bahwa ada sebuah mitos di kelas X IPS 2. Mitos di balik pintu rahasia yang terletak di bawah papan tulis dengan warna cat pintu yang senada dengan warna dinding. Banyak siswa-siswi, dari berbagai angkatan dan kelas menyebutkan bahwa di balik pintu rahasia itu ada tempat penyimpanan mumi dan benda terlarang lainnya, namun juga ada yang mengatakan bahwa disana ada lorong rahasia yang merupakan jalan untuk keluar sekolah. Mitos ini sama populernya dengan mitos adanya Mbak Melati di pohon beringin belakang sekolah. Meski begitu, Yasa tetap tidak terpengaruh dan tidak peduli.

Yasa cuma menarik satu sudut bibirnya ke atas. Sekadar untuk menanggapi lelucon garing tersebut.

Tepat saat itu, Daza muncul bersamaan dengan Erik.  Daza yang menyadari kehadiran Yasa di depan kelasnya mendadak bingung.

"Kak Yasa? Ngapain disini?"

Yasa melirik sekitarnya, "Gue mau ngomong sama lo bentar."

Ucapan Yasa sukses menarik perhatian dua cewek yang tadi bertanya dengannya dan juga mengundang tatapan curiga Erik.

"Rik, gue aja yang anter Daza pulang hari ini," ucap Yasa pada Erik sebelum cowok itu banyak berkomentar. Kemudian pandangan Yasa beralih pada dua cewek tak berkepentingan itu, "kalian ngapain masih disini?"

"Eh?" cewek berbandana menyahut kaget. "Nggak kok, Kak, hehe. Udah mau pulang ini. Dadah, Daza, Erik," lalu dua cewek itu berbalik pergi.

Daza melirik Erik. Sejujurnya dia sedang tidak ingin berbicara pada Yasa sekarang, tapi melihat cowok itu sampai mendatanginya seperti ini, Daza rasa memang saatnya lah dia berbicara untuk meluruskan kejadian kemarin. Soalnya kemarin, bahkan ketika Yasa mengantarnya pulang, Daza tak mengucapkan apapun, termasuk ucapan terimakasih. Daza jadi merasa sedikit tidak sopan dengan kakak kelasnya satu ini.

Yasa [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang