24 || Selasa yang Mendung

106K 13.7K 1.3K
                                    

Chapter 24 : Selasa yang Mendung

"Ada yang rela membuang jauh-jauh egonya untuk mendapatkan kata maaf, demi menunjukkan seberapa besar penyesalannya."

***

Ini hari Selasa. Hari yang spesial untuk lidah dan perut Yasa karena ini menjadi salah satu hari dimana ia akan menyantap pastry buatan Daza. Sayangnya, hari membahagiakan ini bertepatan dengan janjinya dengan Ira untuk mengajari cewek itu pelajaran fisika.

Saat bel pulang berteriak nyaring. Yasa buru-buru mengetikkan pesan ke Daza, ia mengatakan bahwa dia sedang ada urusan di perpustakaan. Daza boleh menunggu disana atau dimana pun yang dia mau. Yang jelas, cewek itu jangan pulang dulu.

Yasa memerintahkan Ira untuk bergegas duluan ke perpustakaan selagi dia menggobrol sebentar dengan sohibnya, Putra dan Aji.

"Semangat PDKT-nya sama Ira," ucap Aji dengan cengiran iseng yang langsung dihadiahi Yasa dengan sikutan di rusuknya.

Aji meringis sambil tertawa menyebalkan. "Kalau ngajarin orang yang ikhlas, Yas. Inget, jangan emosi."

Yasa tak berkomentar. Setelah memasang jaketnya, dia menyampirkan ranselnya di bahunya seraya berjalan meninggalkan dua sohibnya. Yasa melangkahkan kaki panjangnya menuju lantai tiga dimana perpustakaan sekolah berada.

Tiba di perpustakaan yang cukup luas itu, Yasa mengedarkan pandangannya kesekeliling, mencari sosok Ira. Cewek berambut panjang bergelombang dengan kulit putih dan tubuh semampai itu duduk di salah satu kursi dengan meja panjang di depannya. Yasa berjalan mendekatinya lalu duduk di depan cewek itu tanpa menyapa.

Suasana perpustakaan di jam pulang sekolah tak seramai saat jam istirahat. Hanya ada beberapa orang yang menghabiskan waktunya di gudangnya ilmu ini. Mata Yasa dapat menangkap sosok Orion, salah satu teman yang dikenalnya sejak SMP yang kini duduk di dekat jendela dengan earphone di telinganya. Di depan cowok tinggi itu ada sebuah buku, tapi matanya malah sibuk memperhatikan layar ponselnya. Yasa geleng-geleng kepala pelan, dari lagatnya cowok itu seperti sedang menikmati wifi gratis yang ngebutnya mengalahi lari cheetah dari pada membaca buku.

"Yas?" panggilan Ira menyentak Yasa dari kesibukannya. Cewek itu memperhatikannya dengan senyum kecil yang membuatnya tampak begitu menawan. Yasa jadi terheran-heran, kenapa Ira ini tidak masuk ke ekskul modeling saja? Padahal Ira ini cukup potensial untuk menjadi seorang model sekaligus menjadi antek-anteknya Tasya and the gang.

"Kita mulai dari mana?" tanya Yasa seraya mengeluarkan buku fisikanya.

Ira yang memang sudah lebih dulu membuka buku fisikanya menunjuk salah satu judul sub bab. Hukum Kepler.

"Setahu gue, fungsi hukum Kepler di kehidupan modern itu untuk memperkirakan lintasan planet-planet atau benda luar angkasa lainnya. Lo baca-baca dulu deh coba, disitu ada Hukum I, II, III Kepler. Ada rumus sama penjelasannya juga," kata Yasa.

Ira cuma manggut-manggut sambil mengikuti intruksi Yasa. Yasa menghela napas pelan sambil menyadari bahwa dia betul-betul nggak punya bakat jadi guru atau pun mentor.

Ponsel dalam saku jaket Yasa bergetar, Yasa mengeluarkan benda itu yang memancing lirikan dari Ira.

Satu pesan masuk dari Daza.

Yasa [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang