Prolog

730 90 5
                                    

_Cupid : True Love_


Malam ini, pukul sepuluh lewat dua puluh menit, hujan deras mengguyur Ibu Kota. Suasana di sebuah apartemen mewah terlihat sepi karena cuaca buruk di luar. lagi pula siapa yang mau menghabiskan malam yang dingin untuk sekadar keluar dari kamar apartemen yang hangat dan nyaman.


Ia, wanita muda berusia dua puluh satu tahun, melangkah masuk kedalam lift menuju lantai tujuh gedung apartemen. Debar jantungnya tidak karuan, pikiran negatif singgah di kepalanya setelah sejam yang lalu menemui seseorang yang amat membencinya. Lebih tepatnya membenci hubungan yang ia jalin selama tiga tahun dengan seseorang.


Gadis cantik, cerdas, dan berkelas itu lebih cocok dengannya dari pada dirimu.


Kalimat itu terngiang dikepalanya. Ia segera menggeleng cepat. Ia berusaha menghilangkan kecemasan itu dengan meremas kedua tangannya yang dingin.


Temui dia malam ini. Kau akan terkejut menyaksikan dia menyambut kedatangan wanitanya yang telah kembali.


Ting!


Pintu lift terbuka. Ia menghela napas berat kemudian melangkah keluar lift. Belum jauh melangkah dari lift, langkahnya terhenti begitu melihatnya. Ia bisa melihat pemandangan menyakitkan itu dari jarak lima meter. Melihat punggung wanita yang telah kembali, Melihat wajah lelaki yang esok hari akan menjadi suaminya, melihat mereka berdua yang tengah berpelukan.


Matanya dengan mata si lelaki bertemu.


Melihat kedatangan calon istrinya yang tidak diduga, lelaki itu mendorong bahu wanita yang memeluknya. Melepas pelukannya secara sepihak.

Perasaan kecewa menggerogoti lubuk hatinya. Tepat setelah terdengar suara petir menggelegar, ia berbalik kembali masuk kedalam lift. Samar-samar ia mendengar suara deru langkah sepatu saat pintu sudah tertutup. Ia juga mendengar suara lelaki itu memanggil namanya.


Ia tidak butuh penjelasan. Semuanya sudah cukup jelas. Ia tahu persis siapa wanita yang telah kembali itu walau tidak sempat melihat wajahnya. Wanita itu adalah wanita yang pernah mengisi hati lelakinya sebelum bertemu dengan dirinya. Ternyata ucapan orang yang ditemuinya sejam yang lalu benar. Ia kecewa.


Begitu pintu lift terbuka, ia segera berlari menuju mobilnya yang terparkir. Mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi. Suara petir yang menggelegar tidak menciutkan nyalinya. Ia malah semakin mempercepat kecepatan mobilnya.


Siapa yang tidak terluka dikhianati calon suaminya? Padahal mereka akan menikah esok.


Apapun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu.


Suara lelaki itu berputar seperti kaset dikepalanya. Apa yang telah ia lakukan? Kenapa ia begitu ceroboh? Besok adalah hari penting mereka. Kenapa ia tidak memberikan lelaki itu kesempatan untuk menjelaskan semuanya? Kenapa ia begitu mudah terhasut omong kosong orang-orang yang menentang hubungan mereka? Lelaki itu selalu percaya padanya. Lantas kenapa ia tidak bisa mempercayai lelaki itu?


Bodoh.


Ia segera memutar stir mobilnya. Namun karena kondisi jalanan licin akibat hujan deras, mobilnya berputar tak terkendali. Ia segera menginjak rem. Nahas, remnya tidak berfungsi. Sebuah mobil melaju dari arah berlawanan. Walaupun si supir telah menginjak rem, semua sia-sia. Jarak mobil mereka sudah sangat dekat. Mobil itu pun menabrak mobil yang ia kendarai. Dari arah lain, sebuah truk tidak sempat membanting stir untuk menghindar. Kecelakaan beruntun pun tidak terkendali.


Brak!!


Apakah aku akan mati? Aku bahkan belum sempat meminta maaf pada orang yang ku cintai. Aku yakin, aku percaya padanya. Seseorang... ku mohon tolong aku... aku tidak mau mati begitu saja... siapapun tolong aku... jika aku diberikan kesempatan untuk bertemu dengannya, aku akan melakukan apa saja dan menerima risikonya... tolong selamatkan aku...

.

.

.

CUPID : TRUE LOVEWhere stories live. Discover now