03. Musuh sang bidadari

Start from the beginning
                                    

"Keluarlah dari persembunyianmu, Dewi Hamerra,"

Hamerra tidak kaget jika keberadaannya di ketahui karena Wangi yang berada di tubuhnya tidak bisa di sembunyikan.

Tapi suara iblis itu begitu dingin dan membuat bulu kuduk Hamerra merinding seketika. Bahkan suara dingin nya menjadikan suhu udara di sekitar bertambah dingin sampai-sampai burung-burung yang bertengger di atas pohon berterbangan seperti menganggap suara itu adalah sebuah ancaman untuk mereka.

Sett!

Sekelibet bayangan hitam tiba-tiba berada tepat di hadapan Hamerra, ternyata iblis itu, ia berdiri dengan membelakangi Hamerra.

Iblis itu membalikan tubuhnya menghadap Hamerra, dan Hamerra kembali di buat terpukau dengan parasnya yang benar-benar rupawan dari jarak yang lebih dekat, bahkan ketampanannya melebihi Argus dan Ares yang selama ini menjadi simbol ketampanan negri Phonix bahkan Negri Putih, itulah kasak kusuk yang ia dengar dari beberapa pelayan di istananya. Meskipun begitu rupawan namun aura jahat yang menakutkan begitu kentara dari iblis itu.

"Apa yang dilakukan Putri dari Negri bidadari sepertimu pada tengah malam berada di tengah hutan?"

Sekali lagi, suara iblis itu membuatnya merinding.

"Bukan urusanmu!" Hamerra mencoba mengintimidasi iblis itu dengan tatapannya,

"K--kau mau apa?" tanya Hamerra gugup ketika iblis itu melangkahkan kakinya untuk mendekat. Hamerra pun mundur beberapa langkah sampai tubuhnya menempel pada sebuah pohon. Hamerra melupakan kutukan sekaligus kekuatan yang dimilikinya karena terkesima oleh tatapan sedingin salju dari sang iblis.

"Aaa....."

Hamerra langsung menolehkan wajahnya ke sumber suara, jerit dari wanita yang ketakutan dan kesakitan.

Dengan Reflek Hamerra mendorong tubuh iblis itu agar menjauh.
Baru beberapa langkah, Hamerra menghentikan langkahnya ketika ia menyadari sesuatu, tangan Hamerra tidak sengaja menyentuh kulit dada iblis itu yang tidak tertutup bajunya, namun Hamerra tidak mendengar suara sesak seperti makhluk-makhluk yang pernah ia sentuh dengan sengaja ataupun tidak.

Apa iblis itu langsung mati? Pikir Hamerra dalam hati.

Hamerra menolehkan wajahnya untuk melihat keadaan sang iblis. Ternyata perkiraannya salah, iblis itu tengah berdiri tegak dalam keadaan baik-baik saja. Iblis itu malah sedang menatap Hamerra dengan tatapan datar dengan aura predator yang kuat.

Suara jeritan kembali terdengar dari arah timur hutan, Hamerra pun tanpa berpikir panjang langsung membungkukan tubuhnya untuk terbang menuju suara jeritan itu,

Tak berselang lama, ia mendapati iblis penghisap darah lainnya sedang menghisap darah makhluk yang di anggap suci oleh penghuni Negri Putih, yaitu seekor Unicron bertanduk yang merupakan jelmaan dari Peri yang murni.

Hamerra kembali terbang dan ia langsung mencekik iblis penghisap darah tersebut, iblis itu merintih kesakitan seperti sedang mengalami siksa api neraka,

BUG!

Tiba-tiba tubuh Hamerra terhempas dengan keras menabrak sebuah pohon sebelum jatuh di atas tanah. Darah biru keluar dari mulut di balik cadarnya. Hamerra merasakan tubuhnya kembali terangkat ke atas dan dalam sekejap, ia di banting kembali ke atas tanah dengan amat keras tampa ampun.

Hamerra mengerjap-ngerjapkam matanya, merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya dengan tubuh yang kaku tidak bisa di gerakan seperti ada lem tak kasat mata yang merekatkan tubuhnya pada tanah.

Hamerra terbatuk dan kembali darah biru segar keluar, begitu menggiurkan bagi para iblis penghisap darah yang mulai berdatangan satu persatu mengelilingi tubuh lemah Hamerra yang terbaring di atas tanah.

Lendir yang keluar di antara taring tajam mereka cukup membuktikan seberapa menggiurkannya darah harum milik Hamerra.

"Kalian akan mati, jika menghisap darah Dewi terkutuk itu." peringat dari suara dingin menyeruak di antara pepohonan.

Christoff berjalan menghampiri kerumunan iblis berdarah dingin yang sedang mengelilingi tubuh Hamerra.
Para abdinya langsung menyingkir memberikannya jalan, lalu ia berjongkok di sisi tubuh Hamerra.

"Jadi benar kau yang membunuh para pemburuku?"

"Kalian pantas musnah dari alam semesta ini!" balas Hamerra dengan suara lemah.

"Sebelum kau memusnahkan kami, aku yang akan memusnahkan mu terlebih dahulu Dewi menjijikan..." Ancaman Christoff disabut tawa cemo'oh oleh para abdinya untuk Hamerra.

"Aku tidak takut iblis!"

Christoff mengangkat sebelah tangannya ke udara seperti sedang mencekik sesuatu, dan di detik itu juga Hamerra seperti merasakan lehernya tercekik tangan besar tak kasat mata, begitu panas seperti api yang membakar lehernya, begitu sesak seperti ada yang menyumbat rongga parunya.

'Ini sangat sakit ibu'

Rintih Hamerra dalam hati,

Christoff tersenyum menyeringai ketika melihat air mata yang mengalir di pelupuk mata Hamerra.

Seringai ejekan dari Christoff seperti kekuatan untuk Hamerra. Dengan kekuatan yang tersisa, Hamerra berusaha mengangkat kedua tangannya yang seperti merekat dengan tanah.

Dan,

Hamerra berhasil menggenggam tangan Christoff yang masih dalam posisi mencekiknya.

"CHRISTOFF!" teriak suara salah satu abdinya yang ketakutan ketika tangan Hamerra berhasil menyentuh tangan Christoff.

BUG!

Hamerra kehilangan kesadarannya ketika merasakan benda tumpul menghantam kepalanya.

*****

T. B. C

- Hamerra

- Christoff

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Christoff

- Christoff

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dewi HamerraWhere stories live. Discover now