Chapter 2

19.3K 102 0
                                    

ALICE'S POV

Aku sedang menyiapkan sarapan bubur ayam yang ku beli dari penjual keliling, saat kemudian tiba-tiba kudengar isak tangis histeris pecah dari kamar Reli. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari menghampirinya. Dia terlihat sangat berantakan dengan rambut panjang awut-awutan serta riasan wajah yang luntur akibat air mata dan ingusnya. Aku langsung memeluknya mencoba memahami perasaanya. Meskipun tak ada yang tau pasti bagaimana perasaannya saat ini.

"Alice, A ... Aku.... " Reli mencoba berkata-kata di tengah isak tangisnya.

"Ssssst udah gak usah ngomong dulu." Aku mengelus rambutnya lembut mencoba menenangkannya. Reli hanya mengangguk dan menangis semakin keras menumpahkan kepedihan hatinya. Menurutku saat ini Reli hanya butuh menumpahkan semua emosinya melalui air mata. Mau sok tegar seperti apa pun Reli cuma cewek biasa, sama seperti ku yang bakal menangis jika ada yang menggores hatinya. Apalagi itu adalah orang yang selama ini dia cinta dan percaya.

Seperti dapat merasakan kepedihannya air mataku pun ikut mengalir deras tak terbendung. Aku tahu setiap jengkal kisah cinta yang terjalin antara Reli dan Rio. Saat mengingat nama Rio rasanya aku ingin menculiknya, mengikat kakinya dengan batu besar lalu ku tenggelamkan di pantai marina !

Bagaimana bisa bocah tengil itu dengan mudahnya meninggalkan Reli setelah menjanjikan pernikahan dan masa depan pada nya. Merubah Reli polosku menjadi wanita nakal sepertiku. Mengambil keperawanannya dengan mengatas namakan cinta. Oh Bulshit ! Aku benci dia dan laki-laki lainnya!

AUTHOR'S POV

"Reli aku udah beliin nasgor pedas kesukaanmu, di makan ya. Maaf malam ini aku ada job. Gak bisa temenin kamu." Alice menatap Reli iba sambil meletakan piring berisi nasgor yang mengepulkan asap beraroma menggoda.

"Thanks, lis." Reli menyunggingkan senyum gak niatnya pada Alice.

Sudah seminggu sejak kejadian malam itu Reli seperti kehilangan semangat hidupnya. Yang dia lakukan hanya melamun dikamarnya. Tidak pernah mandi, makan pun hanya sesuap dua suap. Kisah-kisah indah bersama Rio berlalu lalang dipikirannya. Hanya menambah semua luka dihatinya semakin menganga. Tiba-tiba hp Reli berbunyi.

"KLING KLING"

Selama ini Reli mengabaikan pesan-pesan yang masuk ke Hp nya. Entah ada angin apa Reli kali ini menyambar Hp nya yg berada di sebelahnya. Ya walaupun dengan muka linglung dan tatapan tidak bersemangat. Ada sekitar 1001 pesan dari berbagai sosial medianya, tapi Reli hanya membuka pesan WatsApp yang baru saja masuk ke Hp nya. Ternyata itu dari Arya teman kuliahnya.

"Rell, lama gak keliatan. Kmana aja lo ? Ntar mlm anak2 mau party nih. Ikut yuk!" Seperti itulah isi pesan singkat yang dikirimkan Arya pada Reli.

Reli tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengiyakan ajakan Arya.

" oke, jam berapa ?" Jawab Reli singkat. Setelah pesan terkirim selang beberapa detik ada balasan dari Arya.

"Jam 23.00 gw jemput ya." Reli hanya membacanya. Kemudian langsung berlalri ke kamar mandi setelah menyadari waktunya hanya 30 menit untuk mempersiapkan diri.

RELI'S POV

Udah seminggu aku terpuruk cuma gegara cowok brengsek itu. Aku gak boleh terus-terusan gini. Cowok yang membuatku menangis tak pantas untuk ditangisi. Aku cantik. Bakal aku buktiin. Aku bisa dapat 10 cowok yang lebih segala-galannya dari dia dalam waktu satu malam.

Malam ini aku menerima ajakan Arya untuk out bareng temen-temennya. Aku pernah beberapa kali ikut Alice clubbing bareng Arya. Sebenarnya selama ini aku hanya ikut-ikutan alice dan rio saat clubbing. Jujur aku gak terlalu suka dengan dunia malam seperti itu. Berisik. Bau asap rokok. Bau alkohol. Bikin kepala pusing. Aku pernah beberapa kali mencicipi minuman beralkohol dengan merk yang berbeda. Tapi sungguh. Ieuuuwh rasanya gak enak tuh. Pait. Bikin tenggorokan rasanya terbakar.

Aku sebenarnya masih ragu saat mengiyakan ajakan Arya. Aku takut terjadi sesuatu. Biasanya aku selalu dijaga oleh Alice atau Rio. Baru kali ini aku clubbing tanpa pengawasan mereka. Selama ini Arya cukup baik di depan ku dan Alice. Hanya saja aku sedikit merasakan hawa buas setiap kali dia menatapku. Aduuuh disaat seperti ini aku merindukan Alice. Andai ada Alice pasti aku tak perlu merasa ragu.

Tiba-tiba Hp ku berbunyi. Itu pesan dari Arya yang mengatakan bahwa dia sudah berada di depan kontrakanku. Aku melihat ke arah cermin merapikan riasan ku sekali lagi lalu keluar menemui Arya. Saat ku buka pintu kontrakanku, terlihat Arya mengenakan kaos Under Armor nya berdiri didekat pintu mobil siap menculikku. Melihat ketampanannya dengan sekejap keraguanku langsung sirna begitu saja. Dia terbengong saat melihatku mendekat ke arah mobilnya. Aku yakin dia terpesona dengan kemolekan tubuhku. Malam ini aku mengenakan dress merah ketat sepaha dengan belahan dada yang menyembul kemana-mana.

" cantiik bener rel, pake baju merah lagi kayak si manis jembatan ancol." Arya melontarkan leluconnya yg di susul dengan tawa kedua temannya yg sedari tadi ikut memandangiku dari dalam mobil.

"Si manis jembatan ancol apanya, si manis jembatan ambrol kali hahaha." Balas ku seraya ikut tertawa dan masuk ke dalam mobil yang sudah di buka kan pintunya oleh Arya

Kupu-Kupu KelabuWhere stories live. Discover now