Chapter 1

23.4K 120 0
                                    

RELI'S POV

"Awwh"

Aku bangun dari tidurku. Yang kurasakan adalah pusing yang teramat sangat. Aku bangkit menyenderkan tubuhku pada tepian tempat tidur. Aku tak begitu ingat kenapa sekarang aku berada di kamar kontrakan ku. Sambil memijit-mijit kepalaku yg pening aku mencoba mengingat apa yg terjadi semalam. Satu persatu kejadian bermunculan di kepalaku. Tanpa sadar aku menangis mengingat semua yg telah terjadi.

Flashback on

6 juni 2017
Malam itu pukul 23.30 aku dan sahabatku Alice menuju ke rumah Rio kekasihku mengendarai mobil jazz milik Alice. Aku bermaksud memberinya kejutan ulang tahun padanya. Dengan memakai dress warna abu" selutut dan rambut di curly aku merasa lebih cantik dari biasanya. Meskipun sebenarnya aku ini memang sudah cantik natural tanpa dandan. Aku memiliki mata bulat dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis dan pipi yang tirus. Kata orang aku ini seperti blasteran arab. Ditambah kulit putih mulus dengan tinggi badan sekitar 171 cm dan berat badan sekitar 55 kg. Saat sedang asik-asiknya mengagumi diri sendiri tak terasa aku sudah sampai di dekat rumah Rio. Aku sengaja meminta Alice memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumah Rio.

Rumah Rio kecil, hanya ada mobil Brio merah terparkir dihalaman rumahnya yg tak memiliki pagar rumah. Rio tinggal sendiri di kota ini. Keluarganya tinggal di Jakarta, bapaknya rio sengaja membelikan rumah di semarang untuk di tinggali rio selama kuliah. Di rumah rio hanya ada 2 kamar. Kamar pertama berada tepat di depan ruang tamu. Kamar itu biasa digunakan untuk teman-temannya menginap. sedangkan kamar kedua berada si belakang di sebelah dapur. Dan kamar tersebut adalah kamar rio. Tempat dimana biasanya aku tidur bersamanya. Emmh tidak munafik aku dan rio yg sama-sama tak mendapat pengawasan dari orang tua akhirnya menjadi anak yang diluar batas wajar.

Aku dan Alice turun dari mobil dengan membawa kue ulang tahun dan kado untuk rio. Setelah sampai didepan pintu kuambil kunci cadangan yg diberikan rio 1 tahun setelah kami resmi berpacaran. Aku dan rio sudah berpacaran selama 3 tahun. Saat ku coba membuka pintu ternyata rumah rio tidak dikunci. "Huh dasar ceroboh. Bisa-bisanya udah jam segini rumah belum dikunci" gerutuku lirih. Alice yg dari tadi memperhatikan hanya tersenyum geli.

Aku membuka perlahan pintu rumahnya. Aku dan alice berjalan perlahan memasuki rumah rio. Mataku langsung tertuju ke arah meja dan kursi sederhana yg langsung terpampang saat aku membuka pintu. Aku menghampiri meja itu dan meletakan kue ultah yg sedari tadi kubawa. Pegal sekali rasanya tangan ku. Di atas meja terdapat 2 gelas dan 2 piring sisa nasi goreng. Sepertinya habis ada tamu. Kuperhatikan jam di tanganku sudah menunjukan pukul 23.57. Aku langsung membongkar box pembungkus kue dan menyalakan lilin yg bertuliskan angka 22. Belum selesai aku menyalakan lilin tiba-tiba terdengar suara lenguhan panjang seorang wanita dari kamar belakang.

"Aaaah kamu hebat sayang"

Tubuh ku langsung bergetar. Darahku mendidih sampai ubun-ubun. Mata ku memanas menahan jatuhnya air mata. Ingin sekali aku berlari kekamar rio dan memaki-maki dua setan laknat yang telah menghancurkan kebahagiaanku. Tapi aku mencoba menahan semua amarahku. Aku melanjutkan menyalakan lilin yang sempat tertunda oleh suara tadi.

Alice yang melihatku melanjutkan kegiatanku menyalakan lilin memandangku tak percaya dan seraya memberikan isyarat untuk melabrak rio. Tapi aku tak bergeming. Aku hanya membalasnya dengan senyum pedih. Aku tahu betul perasaan alice yang tak terima sahabatnya di khianati seperti itu. Alice yang tak tahan akhirnya berjalan cepat menuju kamar rio namun kaki pendeknya kalah cepat dengan langkahku untuk menyusulnya.

"tunggu alice. Percaya padaku. Biar aku yang menyelesaikannya." Aku memberikan pengertian pada alice dengan lembut dan senyum pedih ku.

"Tapi rel, cowok brengsek itu ga bisa dibiarin!" Bantah alice

Aku hanya diam menatapnya memohon.

"Baiklah." Alice menurut kemudian mengikutiku berjalan kembali ke ruang tamu.

Tak berapa lama terdengar suara pintu terbuka. Keluarlah rio yg hanya memakai boxer disusul seorang gadis bermuka imut hanya berbalut selimut hello kitty kesayanganku yg biasa kupakai saat tidur disini. Amarahku kembali membuncah. Tak terima rasanya mendapat perlakuan seperti ini. Bagaimana tidak, 3 tahun hubungan yang ku bangun susah payah harus ternoda hanya karena orang ketiga. Tapi sekali lagi aku menahan amarahku.

Dengan mesranya gadis itu memeluk rio menempelkan kepalanya pada dada bidang rio dengan berceloteh manja. Sebelum akhirnya gadis itu tiba-tiba berhenti karena menyadari keberadaanku yang sedari tadi mnyaksikan kemesraan mereka berdua. Rio mengikuti pandangan si gadis menatap kearahku. Terbelalak, itu yang aku lihat sesaat setelahnya. Rio melepaskan pelukan gadis itu dan langsung berlari kearahku.

"Sa sayang. Ka kamu ngapain disini ?" Tanya rio kelabakan.

" aku kesini mau kasih kamu kejutan. Tapi ternyata kamu yang ngasih aku kejutan. Makasih ya rio." Dengan menahan amarah aku mengucapkan kata-kata itu.

"Sayang ini gak seperti yg kamu lihat ! Dia cuma adik tingkatku. A aku cuma... Aku cuma bantuin dia ..." Belum selesai rio berkata aku sudah memotong kalimatnya.

" iyya rio aku ngerti. Udah kamu gak usah jelasin apa-apa lagi. Selamat ulang tahun. Ini kado untukmu dan akan kupastikan akan menjadi kado terakhir yg aku berikan untukmu. Terimakasih untuk 3 tahun terindah yang kamu berikan. Selamat tinggal." Tanpa menghiraukan penjelasan rio aku menarik tangan alice meninggalkan rumah yang selama 3 tahun ini menjadi saksi bisu kisah cintakudengan rio.

Flashback of

Kupu-Kupu KelabuWhere stories live. Discover now