Untitled (Part 3)

1.3K 96 27
                                    

Sehari saja, satu jam saja, semenit saja
Hanya ingin mengatakan

Mr. Airplane
Tunggu sebentar

- Airplane

'Sekolahku.
Disini, kenangan akan kutinggalkan.
Namun disini, rasa akan kutanggalkan.'

Anak-anak surainya melayang riang beriring deri senja yang menerjang tubuh porselen milik Rose. Sang gadis melepas sejenak kacamatanya kala merasa tak nyaman dengan netranya. Kelopak  mengerjap hingga benda rapuh mendarat di pipi. Sontak jari telunjuk terarah mengambil benda itu.
Bulu mata.

Fyu~

Rose meniup ringan bulu mata itu dari ujung telunjuknya. Deru membawanya terbang menjauh. Dan menjauh.

"Terima kasih untuk semua inspirasi yang kau beri walau tanpa kau sadari. Izinkan aku menantimu hingga jiwa ini tak sanggup melakukannya lagi."

Langkah June terhenti. Sayup-sayup kokleanya menangkap suara Rose yang masih berdiri di balkon barat puncak Ajisai Gakuen berbisik pada deru angin.

"Pabila benang merah takdir tak miliki titik temu. Aku bahagia sempat mengenalmu."

De javu.

'Kata-kata itu.' batin June mencoba membolak-balik memorinya. Rasanya June pernah mendengar kata-kata itu. Tapi kapan dan dimana?

'Lorong gelap dan padang alang-alang. Iya, aku mendengarnya kala berada diantara lorong gelap dan padang alang-alang.'
Kata-kata itu tak bisa June lupakan. Sebab kata-kata itu seakan berjasa menarik June keluar dari tempat tak berujung tersebut.

'Jika Rose mengetahuinya, berarti kata-kata itu bukan milik Tzuyu.' June segera mengayunkan langkah menuju sang gadis porselen yang masih bersandar pada pagar, membelakanginya. Tangan June meraih bangau terakhir yang berada di kantongnya seraya melepas hoodie merah kesayangannya lantas menjinjingnya dengan satu tangan.

"Ne, kikoeteru?" bisik Rose tak sadar akan keberadaan June.

"Ha'i. Aku dengar." jawaban dari suara serak khas di belakangnya membuat Rose berbalik.

"Itu kau. Roseanne." seru June.
"Fajar menyaksi pijak pemilik manik yang tak sanggup bertemu kilat listrik di puncak memori." baca June.

"Analisisku, pertama 'Fajar menyaksi pijak', fajar hadir di timur, jika timur di ibaratkan sebagai salah satu sudut pada segitiga dengan trigonometri maka sisi depan yang berhadapan dengan sudut itu adalah arah Barat. Sedangkan 'Puncak memori' itu adalah Tempat ini. Puncak ini. Lalu, 'pemilik manik yang tak sanggup bertemu kilat listrik'. 'Kilat listrik' itu adalah Petir, dan kau terkadang memanggilku dengan sebutan itu. Ksatria Petir." simpul June seraya melangkahkan pijakannya hingga berada tepat dihadapan kaki Rose.

"Tatap mataku Roseanne." ujar June menggenggam lantas mengangkat dagu Rose hingga berhadapan dengan parasnya. Namun Rose mengatupkan kelopaknya erat-erat.
"Ini perintah!" seru June. Rose mau tak mau membuka netranya. Dua pasang manik kelam itu bertemu.

Tes!

Air mata Rose menetes begitu saja. June menurunkan jemarinya. Rose segera menyeka netranya.

Ajisai Gakuen -Hydrangea School- [JunRos, BobLis, JenBin] (END)Where stories live. Discover now