Jeje on the Beat

17 2 0
                                    

Jeje bukan orang yang gampang iri, hanya saja jika berhadapan dengan Jeka seketika Jeje merasa iri ketika ada orang yang selalu mengirimi hadiah. Namun, terkadang Jeje juga ingin sekali membuat Jeka sadar kalau ada orang yang memberikan sesuatu setidaknya hargailah dengan membuka hadiahnya. Bukannya malah disimpan dan diabaikan.

Yang Jeje tidak suka dari Jeka, ya itu.

Dan akhirnya, Jeje juga yang kena seperti kemarin.

"Jeje, lo gak ke kantin?"

Jeje tetap diam. Sedang malas berbicara dengan Jeka.

"Je, lo marah gara-gara kemarin?"

Lagi, Jeje tetap diam. Biar Jeka tahu kalau Jeje gak suka Jeka memberikan pemberian orang lain. Kalau tidak mau, 'kan bisa ditolak secara halus.

"Oke, gue gak akan terima apapun lagi dari mereka. Dan gue janji gak akan ngerepotin lo terus." Jeje melirik Jeka, ini seperti Jeka memiliki kemampuan membaca pikiran. Kenapa setiap omongan Jeka berhubungan dengan kata hatinya?! "Kalau lo gak mau ke kantin, gue duluan."

Baru saja Jeka ingin melangkah, Jeje memanggil namanya.

"Gue ikut deh. Tapi lo gak usah nerima apapun lagi ya?"

"Iya."

(**)

Sudah seperti di dalam novel-novel remaja. Jika ada dua cowok tampan yang memasuki area kantin, sudah pasti menjadi pusat perhatian yang dimana banyak cewek-cewek sampai ngiler melihat ketampanan keduanya.

Ralat, bukan keduanya.

Cewek-cewek yang sebagian besar kelas sepuluh dan sebelas itu hanya serius memperhatikan Jeka yang sekarang malah cuek bebek seakan hal itu sudah biasa terjadi--memang benar sih--dan Jeje hanya menjadi anak bawang. Itu adalah hal yang biasa Jeje rasakan ketika bersama Jeka. Apa lagi ketika jalan berdua seperti ini.

Saat Jeka hendak duduk tepat di bangku kosong yang berada di tengah-tengah ruangan, Jeje segera menariknya menuju bangku di ujung kantin yang sudah diisi oleh dua cewek yang tampak sibuk dengan obrolan mereka masing-masing.

"Loh, kita mau kemana? Di situ 'kan kosong, Je," kata Jeka saat lengannya di tarik oleh Jeje ke ujung kantin.

"Lo mau semakin terkenal ya? Gak liat anak cewek pada ngeliatin lo kayak lo makanan langka yang enak?"

"Ya biarin aja, toh kita 'kan gak ngapa-ngapain. Cuma mau makan."

"Udah lo diem aja deh!" Dengan kesal Jeje membuat Jeka duduk di samping seorang cewek yang terlihat tidak perduli dengan keberadaan Jeka di sampingnya. Sementara Jeje sudah duduk di sebrang Jeka.

Jeje meringis tidak enak ketika cewek di samping Jeka melotot kepadanya. Ternyata Jeje salah memilih tempat. Seharusnya Jeje melarang Jeka tadi untuk pergi ke kantin. Duh!

"Lo ngapain bawa manusia ini kesini?!" Cewek itu berkata tanpa suara kepada Jeje.

Jeje mengangkat jemarinya yang membentuk angka dua dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. "Gue gak tau kalau itu lo," jawab Jeje tanpa suara juga.

Cewek itu kembali menjawab Jeje tanpa suara. "Awas kalau manusia ini sampe sadar gue ada disampingnya. Abis lo sama gue di rumah!"

Jeje meneguk salivanya dengan pelan. Kenapa hari ini Jeje merasa sial ya? Duh lagian kenapa dia harus berada disini?! Apalagi dengan rambut berbeda dari biasanya, sehingga membuat Jeje salah memilih tempat duduk!

Jeje hanya bisa berharap semoga saja Jeka tidak menyadari keberadaan Gita di sebelahnya!

(**)

HOHOHO!!

PENDEK YA?

EMANG SENGAJA SAYA BIKIN PENDEK, BIAR SAYA GAK CEPET BOSEN BIKINNYA. KARENA CERITA INI AGAK CEPET SAYA BIKIN ALURNYA.

BETEWE CERITA INI SAYA BIKIN DI LAPTOP DAN LANGSUNG UPLOAD JADI KALO ADA TYPO ATAU KESALAHAN MAAPKEUN, HEUHEU.

BONUS NIH DARI JEKA, KATANYA SALAM KENAL..

BONUS NIH DARI JEKA, KATANYA SALAM KENAL

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SALAM DARI JEJE YANG LAGI URING2AN,

DN.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Like Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang