Chapter 8.

623 22 3
                                    

"Istirahat!"

Kenneth menyeka keringat yang mencapai ke dagunya dengan kesal. Jujur saja, Kenneth sangat tidak suka olahraga, baginya, itu hanya bisa menguras seluruh tenaga yang seharusnya dipakai untuk hal yang lebih bermanfaat.

Ia berjalan cepat menuju bangku lapangan dan meneguk sebotol air putih hingga lega.

"Hai, Ken,"

Suara yang nggak asing bagi telinga Kenneth membuatnya otomatis menengok ke asal suara itu.

"Lama nggak ketemu ya,"

"....Chloe?"

"Hehe, lo makin kece aja!" Gadis yang dipanggil 'Chloe' tadi menyikut bahu Kenneth pelan.

"Lo ngapain disini?"

"Ngapain lagi," Gadis itu menaruh pantatnya di bangku lapangan, tepat di sebelah Kenneth berada. Mata Hazel nya menelusuri wajah Kenneth dengan serius.  "Gue mau ketemu lo."

"Gue tau lo pasti mau bicarain soal itu sama gue," Kenneth terdiam sebentar dan mengambil ancang-ancang untuk mengutarakan pertanyaannya. "Soal Alana, apa benar ...orang itu pelakunya?"

*

Semua ekskul sudah bubar. Anak-anak berhamburan keluar dan dalam waktu sekejap, sekolah mulai sepi.

Di sudut sekolah, tampak Mark yang masih asyik ber-selfie ria dengan tongsis baru yang dibelikan ayahnya itu, Pak Robin.

"Oy, Marko."

Mark yang nggak mendengar panggilan seseorang itu masih sibuk dengan tongsisnya sambil sesekali mengetik sesuatu di iPhone ber-casing biru donker nya itu.

"Marko Polo!"

"Lo manggil siapa sih-- Eh, Kendi?"

Akhirnya lelaki itu memutar kepalanya dan menatap seseorang itu bingung---lebih tepatnya pura-pura nggak tau.

"Bangke, gue manggil lo." Kenneth memutar bola matanya kesal. "And, nama gue Kenneth, bukan Kendi."

"Hell-o! Kalo lo gamau dipanggil Kendi, jangan manggil gue pake 'Marko' juga keles, apalagi ditambahi 'Polo' itu. Emangnya gue kacang polong?" Omel Mark panjang lebar dan yang diomelinya hanya memandang kesal lelaki itu.

"Oh iya, Mark, gue ijin gabisa mampir ke rumah lo nanti. Ada urusan penting mendadak--"

"Oh my god, Ken--" Putus Mark cepat sembari hampir TIDAK SENGAJA memeluk Kenneth yang otomatis mundur beberapa langkah melihat tingkahnya. Merasa homo dan canggung, Mark pun berdeham kecil. "Ehem. Maksud gue, makasih banyak Kendi, lo penolong gue! Tau aja kalo gue butuh istirahat untuk menenangkan hati dan pikiran sejenak. Belajar itu bikin otak kita mumet dan yang gue butuhkan sekarang cuman refreshing. So, saat refreshing yang gue lakuin bakal ngupdate di berbagai socmed gu--"

BUGH!

"Aw! Gausah nonjok kepala gue bisa? Kalo tau-tau nanti gue dapet 12 jahitan gimana?" Komentar Mark sambil meringis kesakitan.

"Gue belum selesai ngomong bego." Jeda, "Karena gue gabisa mampir ke rumah lo, yang bakal gantiin gue nanti si OSIS."

Mark melebarkan matanya dan dilanjutkan dengan lengosan pelan.

"Oh god ..., gue males nih."

"Salah lo sendiri. Ok, gue cabut dulu ya."

Sebelum Kenneth melangkahkan kakinya, tangan Mark sudah duluan mencengkeram lengan Kenneth erat.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang