Chapter 6.

650 24 9
                                    

Claire P.O.V

Aku duduk dibangku karidor kelas yang sudah lama tak terpakai. Jarang sekali ada murid lewat sini, bahkan ada yang bilang disini itu angker-lah, banyak penghuninya-lah.

Sekalipun disini penghuninya 'Nyi Roro Kidul' aku -sangat- tak peduli. Sekarang yang ku butuhkan adalah ketenangan. Ya, ketenangan.

Ku senderkan kepalaku ke dinding. Kepalaku terasa berdenyut-denyut. Ku pejamkan mata sejenak, menghirup udara di siang hari ini cukup membuatku sedikit tenang.

Kalau aja waktu itu aku gak mau disuruh buat buang foto-foto 'terkutuk' itu pasti gak bakal kayak gini!

Sekarang aku butuh teman, ya teman.

Apa aku harus menarik salah satu teman sekelasku untuk datang kesini, duduk bersamaku, mendengarkan ceritaku?

Satu jawaban yang singkat, padat dan sangat jelas, yaitu NO!

Kalau semua menganggapku 'aku memiliki banyak teman' itu benar. Tapi mereka fake! Kuulangi sekali lagi 'Mereka fake!'.

Mereka hanya datang kepadaku disaat-saat mereka butuh. Kalau tidak butuh? Jangan ditanya mereka pasti akan menganggapku tidak ada dibumi ini, sekalipun aku ada didepan mata mereka. Yang pasti mereka akan -segera- membutakan mata mereka.

Contohnya sekarang. Mustahil bukan, jika dalam satu kelas tak ada seorangpun ke kantin pada jam istirahat? Kalau seandainya ada yang beranggapan ‘bisa saja’ memang bisa tapi itu sangat kecil kemungkinannya. Mungkin kalau mereka bukan fake, mereka akan berlari mengejarku disaat seperti ini. Menenangkanku setidaknya bertanya ‘Kau baik-baik saja Claire?

Aku tersenyum miris. Kau berkhayal terlalu jauh Claire Nattlie!

Tapi ada saatnya mereka terlihat baik dihadapanku. Yang kini setelah ku amati ternyata mereka baik pada ada maksud tertentu. 'Ada udang dibalik batu' cocok sekali untuk mereka.

Ku akui, aku memang sedikit telmi, ceroboh dan lemot berpikir dalam masalah seperti ini. Aku sangat mudah dibodohi, dipengaruhi, terutama dibohongi.

Aku sadar akan itu. Cara berpikirku yang sempit, yang hanya melihat dari satu sisi dan mengabaikan sisi yang lainnya. Yang cepat mengambil keputusan tanpa melihat bagaimana nasib kedepannya.

Semua pasti akan berpikir betapa menyedihkannya hidupku ini, 'Udah jomblo, ceroboh, telmi, temennya fake semua lagi! Ck, ck, ck kasian!'

Itu yang ku takuti! Aku takut jika semua orang tau bagaimana nasibku yang sebenarnya. 

Tidak, aku tak takut jika orang tau aku jomblo a.k.a tak punya pacar, karena memang begitu kenyataannya. Setidaknya aku perna menyukai seseorang, mungkin juga untuk saat ini.

Aku takut jika semua tau bahwa apa yang mereka lihat sekarang bukanlah apa yang sebenarnya terjadi. Semua akan berpikir aku sangat menyedihkan dan mengasihaniku.

Satu hal yang harus diketahui! Aku benci dikasihani!

Mungkin aku seperti anak kecil yang mudah dibohongi dengan jajan atau kejutan-kejutan kecil lain, tetapi keras kepala. Yaitu itulah aku Claire Nattalie .

Itulah sebabnya kenapa aku tak suka Leviana membantuku waktu itu. Aku merasa dia mengasihaniku lalu ia menolongku, aku berpikir ia menganggapku lemah dan harus ditolong.

Ntah kenapa aku langsung berpikir seperti itu, tapi berkat Agatha waktu itu (PUZZLE chap. 4) ada benarnya juga. Mungkin Leviana berniat baik kepadaku, tak ada maksud tersembunyi seperti mereka.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang