Prolog

71.1K 3.1K 106
                                    

Hati kita seperti permata
Begitu indah menyilaukan
Semua buta karenanya
Menutup mata tanpa peringatan

Terdapat kasih sayang di dalamnya
Memberikan cinta dan kebahagian
Terdapat kebencian di dalamnya
Memberikan kemarahan dan kesedihan

Ia menuntun bawahannya
Seperti dewa yang tak berdaya
Bermain-main tanpa berbicara
Layaknya setan yang menggoda

Kita hina seperti suatu kejahatan
Sesungguhnya ia adalah keadilan

Suatu kilatan merah menyerang ke arah sosok berjubah hitam. Serangan itu dapat ditangkis dengan mudah. Menyisahkan sisa-sisa pecahan kaca merah di sekitarnya.

Sosok berjubah hitam itu berjalan ke arah seorang gadis bermata merah. Gadis yang sama yang barusan menyerang sosok berjubah hitam itu.

Sosok itu semakin mendekat dan gadis itu melihat tangan si berjubah hitam berdarah.

Detak jantung sang gadis berdetak cepat. Tanpa membuang waktu, gadis itu segera lari menjauhi sosok berjubah hitam itu.

"Kamu mau pergi kemana?" tanya sosok itu.

Sosok berjubah hitam itu tidak mengejar gadis itu dan membiarkannya menghilang dari wilayah berapi. Pergi jauh dari kota kelahirannya dan menghiraukan suara ledakan yang dijatuhkan dari langit.

Bukanlah bintang yang dapat memberikan harapan, melainkan pembawa kehancuran.

Gadis bermata merah itu hanya dapat melihat sekelilingnya sambil mencari jalan keluar. Tidak disangkanya warna yang ada disekitarnya justru tidak membuatnya takut.

Walaupun jatungnya berdetak dengan cepat, gadis itu justru melihat keindahan di sekitarnya.

Api yang berkobar itu seperti kembang api.

Penduduk yang berlarian ke sana-sini mencari bantuan justru terlihat seperti menari.

Apa  yang dilihat melalui mata merah gadis itu berbeda dari orang lain.

Avrora : Water VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang