02'

278 55 3
                                    

Diam.



Nadine belum buka suara, entah apa dia tidak ada niatan menjawab pertanyaan perempuan didepannya yang selaku walikelas nya.

Dan baru menyadari ada lebam yang terlihat masih baru pada sudut bibir siswinya itu.

"Aku---"ucap Nadine akhirnya, namun terpotong oleh ucapan walikelas nya.

"Tunggu dulu, apa yang terjadi dengan sudut bibir mu?"

Mendengar pertanyaan walikelas nya, Nadine langsung meletakkan telapak tangan kirinya pada lengan kanannya yang terdapat memar juga. Menutupi nya.

"Saya tak sengaja terbentur saat dibus, saat itu bus yang saya tumpangi sangat ramai dan desak-desakan." Ucapnya mencoba menjawab dengan jawaban yang masuk akal.

"Baik, alasan mu masuk akal. Lalu, bagaimana dengan absen mu tiga hari dari sekolah? Orang tuamu juga sulit sekali untuk hubungi." Ucapnya.

"Orang tua saya sedang ada pekerjaan di luar kota, mungkin sinyal disana kurang bagus." Dusta Nadine.

"Baiklah, kali ini ibu tidak akan bertanya lebih detail. Ibu tidak akan memaksa kamu menjawab, kamu pasti akan menjawab dengan jawaban yang sama seperti kejadian sebelumnya. Ibu tau kau sudah bosan diruang ini. Tapi, ibu harap kau bisa mengurangi absen mu dikelas Nadine. Karena itu dapat memengaruhi nilai mu, kamu anak yang cukup berprestasi tapi kalau sering bolos akan mempengaruhi nya juga. Sudah banyak catatan tentang masalah absensi mu, seharusnya itu tidak terjadi pada siswi berprestasi seperti mu." Nasehat sang guru.

"Baik Bu akan ku usahakan. Apa sekarang saya boleh keluar?" Ucap Nadine.

"Ya. Sekarang kau boleh kembali ke kelas, ikuti pelajaran dengan baik."

"Saya permisi dulu Bu." Ucap Nadine kemudian keluar dari ruangan itu.

Diluar ruangan itu ia bertemu dengan guru pengganti yang tadi sempat menghampiri walikelasnya.

Guru itu tersenyum kepada Nadine, dan Nadine malah terus berjalan melewatinya.

Guru pengganti itu masuk keruangan yang didalamnya terdapat walikelas Nadine.

"Permisi Bu."

Walikelas Nadine melihat siapa yang datang, ternyata guru pengganti lagi.

"Duduklah." Ucapnya.

Setelah guru muda itu duduk, walikelas Nadine segera angkat suara.

" Kau mau bertanya tentang Nadine lagi." Katanya menebak kedatangan guru muda itu ke ruangan nya.

"Terimakasih, ibu sepertinya sudah tau tujuan saya. Jadi apa yang dikatakan gadis itu?" Tanyanya to the point.

"Aku tidak bertanya terlalu banyak padanya. Karena dia pasti akan mengatakan alasan yang sama dengan kejadian sebelumnya." Jawabnya.

"Alasan seperti apa memang nya?" Tanyanya lagi.

"Tak sengaja terbentur meja, terbentur saat di bus atau alasan yang bisa didengar cukup masuk akal." Jelas guru walikelas.

"Tapi, kenapa bisa sering kali terjadi padanya?" Ucap guru pengganti itu pada dirinya sendiri.

"Dari awal dia sekolah disini memang seperti itu." Walikelas Nadine memberitahu.


******


Nadine tak langsung menuju kelasnya, terlebih dahulu ke toilet untuk membasuh wajah nya dengan air. Karena dirasanya wajahnya sudah mulai pucat.

Ia melihat wajahnya pada bagian sudut bibir nya yang memang masih terlihat lebam dari pantulan kaca.

'bagaimana bisa aku lupa untuk menyamarkan lebam ini.' batin Nadine sambil memperhatikan sudut bibirnya.

I MYSELFWhere stories live. Discover now